Dokter, misalnya, bisa mendeteksi apakah bayi memiliki risiko hipotermia dengan membaca sekilas status riwayat kehamilan Moms: bagaimana taksiran berat janin, umur kehamilan, juga sosial ekonomi.
Sosial ekonomi ini berhubungan dengan nutrisi, kalau nutrisi kurang, bayi umumnya akan kecil.
Baca Juga : Cinta Disebut Bisa Ubah Tubuh Perempuan, Ini Hal Lain yang Akan Berubah Ketika Seseorang Jatuh Cinta
Jika ada rencana operasi sesar pun, dokter akan melihat umur kehamilan si ibu, bila kurang 37 minggu, taksiran berat janin dari USG sekitar 2.200 gram, misalnya, maka bayi bisa berisiko hipotermia.
Tentunya, untuk mengetahui bayi tersebut hipotermia atau tidak, ketika lahir akan diukur suhu tubuhnya sesuai dengan parameter pengukuran menggunakan termometer yang diletakkan di ketiak.
Lihat postingan ini di Instagram
Mengenali hipotermia bisa dilakukan dengan cara mencermati bayi. Pegang kaki dan tangannya, bila terasa dingin, bayi mungkin mengalami kedinginan, coba selimuti dia, gendong dan susui bayi.
Bila bayi juga tampak malas minum/berkurang minumnya, kurang aktif, wajah pucat, kebiruan, napasnya cepat atau berat, ukur suhu tubuhnya dengan termometer.
Jika memang hipotermia segera bawa bayi ke dokter.
Untuk mengurangi risiko hipotermia, kita dianjurkan mengukur suhu setiap 3 jam sekali.
Baca Juga : Terungkap, 3 Fakta Mengapa Wanita Bisa Hidup Lebih Lama Daripada Pria
Ibunya juga dianjurkan sering menyusui bayi. Kalau bayi tidak atau belum bisa mengisap puting susu, usahakan berikan bayi ASI perah.
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar