GridHEALTH.id- Berapa suhu normal pada bayi? Ya… sekitar 36—37,5oC dengan pengukuran suhu aksiler (di ketiak).
Kenapa suhu tubuh bayi bagitu penting diketahui? Sebab, mekanisme pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi sempurna sehingga suhu tubuhnya bisa cepat menurun dan dapat menyebabkan hipotermia.
Baca Juga : Hati-hati, Ini Dia Tiga Penyebab Tak Lancar Menyusui ASI
Kondisi hipotermia amat berbahaya karena berisiko tinggi membuat bayi mengalami sakit berat bahkan kematian.
Menurut dr. BRW. Indriasari, SpA, MSi. Med., M.Kes, dari RSIA Budhi Jaya seperti dikutip dari laman nakita.grid.id, hipotermia adalah kondisi dimana temperatur tubuh kurang dari 36°C.
Ada dua jenis hipotermia, yaitu hipotermia sedang (suhu tubuh 32°C—36°C) dan hipotermia berat (suhu tubuh bayi < 32°C).
Semua dengan pengukuran temperatur suhu tubuh aksiler. Bila pengukuran suhu dilakukan di rektal atau anus, suhu normalnya antara 0,5—1oC di atas suhu aksiler.
Bayi yang bagaimanakah yang rentan mengalami hipotermia? Bayi prematur (bayi yang usia saat lahir kurang dari 37 minggu), bayi berat bayi lahir rendah (kurang dari 2.500 gram), bayi dengan skor apgar (kurang dari 7), dan bayi dari ibu dengan riwayat kehamilan kembar dua atau lebih.
Namun-namun bayi-bayi normal pun rentan terkena hipotermia bila ada pemicunya, misal, baju basah atau ruangan terlalu dingin.
Baca Juga : Ibu Hamil Tua Sulit Tidur Nyenyak? Ini Tips Untuk Mengatasi
Indriasari menyebutkan, hipotermia pada bayi dapat diprediksi sejak ia masih dalam kandungan sehingga begitu lahir, bayi bisa segera diberi penanganan yang cepat dan tepat.
Dokter, misalnya, bisa mendeteksi apakah bayi memiliki risiko hipotermia dengan membaca sekilas status riwayat kehamilan Moms: bagaimana taksiran berat janin, umur kehamilan, juga sosial ekonomi.
Sosial ekonomi ini berhubungan dengan nutrisi, kalau nutrisi kurang, bayi umumnya akan kecil.
Baca Juga : Cinta Disebut Bisa Ubah Tubuh Perempuan, Ini Hal Lain yang Akan Berubah Ketika Seseorang Jatuh Cinta
Jika ada rencana operasi sesar pun, dokter akan melihat umur kehamilan si ibu, bila kurang 37 minggu, taksiran berat janin dari USG sekitar 2.200 gram, misalnya, maka bayi bisa berisiko hipotermia.
Tentunya, untuk mengetahui bayi tersebut hipotermia atau tidak, ketika lahir akan diukur suhu tubuhnya sesuai dengan parameter pengukuran menggunakan termometer yang diletakkan di ketiak.
Lihat postingan ini di Instagram
Mengenali hipotermia bisa dilakukan dengan cara mencermati bayi. Pegang kaki dan tangannya, bila terasa dingin, bayi mungkin mengalami kedinginan, coba selimuti dia, gendong dan susui bayi.
Bila bayi juga tampak malas minum/berkurang minumnya, kurang aktif, wajah pucat, kebiruan, napasnya cepat atau berat, ukur suhu tubuhnya dengan termometer.
Jika memang hipotermia segera bawa bayi ke dokter.
Untuk mengurangi risiko hipotermia, kita dianjurkan mengukur suhu setiap 3 jam sekali.
Baca Juga : Terungkap, 3 Fakta Mengapa Wanita Bisa Hidup Lebih Lama Daripada Pria
Ibunya juga dianjurkan sering menyusui bayi. Kalau bayi tidak atau belum bisa mengisap puting susu, usahakan berikan bayi ASI perah.
Hangatkan kamar bayi dengan lampu sekitar 15—40 watt taruh lampu sekitar 50 cm dari boks bayi dan pancarkan ke bayi.
Jangan biarkan bayi tidur di ruangan yang suhunya terlalu dingin. Suhu aman AC untuk bayi adalah 26˚C.
Baca Juga : Rahasia Langsing Zee Zee Shahab, Makan Banyak Tapi Tetap Langsing
Selalu selimuti bayi (terutama yang baru lahir) dan pakaikan topi untuk menutupi kepala dan telinganya.
Pemakaian tutup kepala ini penting mengingat 25% panas hilang melalui kepala.
Jangan lupa memeriksa popok bayi. Kalau si kecil pipis, segera ganti popoknya. Tidak disarankan memakai popok sekali pakai.
Sebabnya bila lupa diganti dalam waktu lama, dikhawatirkan popok akan terlalu basah dan membuat bayi kedinginan.
Jangan lupa lakukan skin to skin contac. Tempelkan bayi ke dada ibunya, suhu tubuh ibunya yang hangat akan dialirkan pada bayi.
Baca Juga : Tanda Tubuh Tidak Sehat Salah Satunya Mudah Lelah, Ini Solusinya
Salah satu kegunaan memberikan ASI secara langsung pada bayi adalah memberi kesempatan si ibu melakukan kontak kulit dengan bayinya. (*)
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar