Find Us On Social Media :

Jangan Minta Disesar, Luka Bekas Operasinya Rentan Infeksi dan Mengalami 7 Masalah Ini

Operasi sesar sangat mengandalkan benang jahit medis khusus untuk penyumbuhan luka bekas operasi.

Peningkatan risiko selama kehamilan di masa depan

Setelah operasi sesar ibu menghadapi risiko komplikasi serius yang lebih tinggi pada kehamilan berikutnya daripada setelah melahirkan secara normal alias pervaginam.

Baca Juga: Ternyata Cokelat Kaya Magnesium yang Bisa Turunkan Risiko Diabetes, Ini Makanan Lainnya

Semakin banyak bekas sayatan ibu miliki, bekas operasi sesar, semakin tinggi risiko plasenta previa juga plasenta akreta.

Risiko rahim sobek terbuka di sepanjang garis parut dari operasi C-section sebelumnya (ruptur uteri) juga lebih tinggi jika pada persalinan berikutnya ingin mencoba VBAC alias persalinan pervaginam/normal setelah sesar.

Di luar itu, satu hal yang harus diketahui oleh kita semua, menurut laman WHO infeksi di tempat operasi bukan hanya masalah bagi negara-negara miskin.

Di Amerika Serikat, mereka berkontribusi pada pasien yang menghabiskan lebih dari 400.000 hari ekstra di rumah sakit dengan biaya tambahan US $ 10 miliar per tahun.

Oleh karena tingginya risiko infeksi luka bekas operasi, tak terkecuali pada operasi sesar, WHO meluncurkan pedoman global tentang pencegahan infeksi di lokasi bedah pada 3 November 2016.

Pedoman WHO baru ini berlaku untuk negara mana pun dan cocok untuk adaptasi lokal, dan memperhitungkan kekuatan bukti ilmiah yang tersedia, implikasi biaya dan sumber daya, serta nilai dan preferensi pasien.

Baca Juga: Life Style Sehat Populer: Mulai dari Diet Pisang ala Orang Jepang, Hingga Botoks ala Presenter Robby Purba

Di Indonesia sendiri, melansir marketeers.com, Adianto Nugroho, dokter spesialis bedah dari rumah sakit MRCCC Siloam Hospitals Semanggi mengatakan saat ini Surgical Site Infections (SSI) masih sering terjadi di Indonesia dengan persentase antara 5%-8%.

Kesimpulannya, prevalensi healthcare-associated Infections (HAI) di Indonesia sebanding dengan negara lain. “Namun, prevalensi SSI pada pasien bedah di Indonesia tinggi. Sebab itu, dibutuhkan pencegahan SSI,” jelas Adianto.

Masih dari laman yang sama, Hari Paratono, dokter spesialis obstetri dan ginekologi, mengatakan salah satu hal penting yang dapat dilakukan untuk mencegah SSI berdasarkan guidelines WHO adalah preoperative bathing.

Baca Juga: Anaknya Sempat Cekcok dengan Jennifer Dunn, Bunda Sarita: 'Aku Punya Jam-Jam Tertentu Untuk Nangis'

Direkomendasikan untuk membersihkan seluruh bagian tubuh untuk mengurangi jumlah bakteri pada permukaan kulit pasien selama menjalanakan operasi, sehingga dapat mengurangi risiko terjadinya SSI.

WHO juga merekomendasikan penggunaan benang berlapis antimikroba dalam beberapa jenis operasi guna mengurangi risiko terjadinya SSI.(*)