GridHEALTH.id – Helen Keller International bersama dengan PERDAMI Sulawesi Selatan, IDAI Sulawesi Selatan, dan RSPTN Universitas Hasanudin meluncurkan prakarsa baru skrining untuk pencegahan kebutaan akibat retinopati prematuritas (Retinopathy of Prematurity/RoP) pada Kamis (19/12/2019).
Retinopati prematuritas adalah gangguan mata bayi prematur yang berpotensi kebutaan.
Baca Juga: Kenali Retinopati Prematuritas, Penyakit Mata yang Dialami Bima, Anak Cynthia Lamusu
Gangguan penglihatan karena ROP dapat terjadi mulai tahap ringan sampai berat, yang dapat mengakibatkan ablasi retina dan kebutaan permanen pada anak-anak.
Menurut Dr. Satya Prabha Kotha, Regional Advisor for Eye Health, Helen Keller International, retinopati prematuritas dapat dicegah, dan jika terdeteksi dini, dapat didiagnosa dan dirawat.
“Lima belas persen bayi dilahirkan prematur di Indonesia setiap tahun, dan akses ke unit perawatan intensif neonatal (NICU) di Indonesia, terutama di daerah perkotaan, meningkat. Namun, skrining untuk ROP tidak dilakukan secara konsisten,” ujarnya.
Prakarsa ini menerima pendanaan penuh dari program Seeing Is Believing, yang merupakan inisiatif global dari Standard Chartered Bank.
Seeing is Believing (SiB) adalah program global Standard Chartered untuk mengurangi kebutaan dan gangguan penglihatan yang bisa dihindari.
Baca Juga: Aneka Pantangan Untuk Ibu Hamil yang Selama Ini Dianggap Benar Ternyata Mitos
Bertempat di Gedung IPTEKS Universitas Hasanudin, penandatanganan Perjanjian Kerja Sama mengenai prakarsa skrining RoP ini dilakukan oleh Direktur Utama RSPTN Universitas Hasanuddin, Ketua PERDAMI Sulawesi Selatan, dan Ketua IDAI Sulawesi Selatan.
Penandatanganan tersebut disaksikan oleh perwakilan dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan, Dinas Kesehatan Kota Makassar, dan Standard Chartered Bank.
Di Makassar, data di RSUP Wahiddin Sudirohusodo dan RSPTN Universitas Hasanuddin menunjukkan bahwa sejak 2013 hingga 2019, terdapat 682 bayi prematur yang diskrining dan 45 di antaranya mengalami ROP.
Dari total bayi yang mengalami ROP, 9 bayi memperoleh perawatan laser dan injeksi dan 4 bayi kehilangan penglihatan karena terlambat skrining.
Protokol nasional untuk skrining dan terapi ROP sudah tersedia, namun kesulitan yang terjadi di lapangan adalah perpindahan bayi prematur yang sedang dalam perawatan intensif di suatu rumah sakit ke rumah sakit tersier, yang biasanya memiliki peralatan dan personil yang memadai, dapat memperburuk kondisi bayi tersebut.
Baca Juga: Artis FTV Ini Meninggal Di Usia Muda, Makanan Panas Jadi Biang Keladi Pemicu Kanker Lidah
Diana Mudadalam, Country Head of Corporate Affairs Standard Chartered Bank Indonesia, berkata, “menunjukkan kepedulian terhadap sesama dan saling bersinergi untuk bersama-sama mencegah kebutaan di Indonesia merupakan fokus utama program Seeing is Believing dari Standard Chartered Bank.”
“Kami senantiasa berkolaborasi bersama pemerintah dan mitra terkait lainnya untuk menjalankan berbagai inisiatif antara lain melalui pemberian akses pemeriksaan mata yang terjangkau bagi masyarakat,” ujarnya.
Baca Juga: 6 Hari Lagi Gerhana Matahari Cincin Dapat Dilihat di Tanjung Pinang
Dr. dr. Habibah S. Muhiddin Sp.M(K), Ketua PERDAMI Sulawesi Selatan menyampaikan, “melihat kondisi dan data yang ada di Makassar, maka kami memunculkan inovasi untuk melakukan skrining di rumah sakit tempat bayi prematur dirawat.”
Upaya “jemput bola” ini bertujuan agar penglihatan bayi-bayi prematur dapat terselamatkan sehingga kualitas hidup mereka lebih baik.
Di sisi lain, ini merupakan upaya untuk melengkapi sistem pelayanan kesehatan yang sudah berjalan, sampai masing-masing rumah sakit mampu menjalankan mekanisme pencegahan kebutaan akibat ROP.
Dengan diluncurkannya Prakarsa ini, penanganan kasus ROP diharapkan lebih baik sehingga terwujud upaya deteksi dini dan penanganan ROP yang tepat pada bayi prematur.
Implementasi program akan membutuhkan partisipasi dari pemerintah, organisasi profesi terkait, dan manajemen rumah sakit.
Baca Juga: Permen Karet Tidak Merusak Gigi, Punya 6 Manfaat Kesehatan Salah Satunya Redakan Asam Lambung
Pelaksanaan skrining ROP sejalan dengan salah satu tujuan Sustainable Development Goals (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan), yaitu untuk menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan bagi semua orang di segala usia.(*)
#berantasstunting