GridHEALTH.id - Saking cintanya pada yoghurt, kakek ini sampai tak sadar menghabiskan hampir setengah ember cat tembok.
Punya tekstur dan warna yang hampir mirip membuat kakek tersebut mengira cat tembok yang dimakannya itu adalah yoghurt.
Tak khayal aksi nyelenehnya itu sempat menjadi perbincangan hangat di awal tahun 2019 ini.
Dilansir dari laman Mirror, kakek pecinta yoghurt tersebut bernama Bobby, dimana kisahnya itu diketahui setelah sang cucu, Alex mengunggah foto dan menceritakan kakeknya yang nekat makan cat tembok.
Menurut Alex kejadian itu bermula ketika dibuat terkejut ketika mendapati mulut si kakek berlumuran cat berwarna hijau mint.
Sementara itu setengah kaleng cat di sampingnya sudah dalam kondisi setengah kosong.
Alex lalu mengunggah foto Bobby dan menulis, "Jadi kakek saya baru saja menghabiskan setengah kaleng cat tembok hari ini, dia mengira itu yoghurt," ujar Alex.
Menurut cerita lengkap dari Alex, kakeknya itu memang sangat menggemari yoghurt, bahkan ibunda Alex sering membelikan 7 liter yoghurt vanilla dalam seminggu.
Baca Juga: Studi Mengatakan Wanita Ternyata Lebih Kebal Flu Dibanding Pria
Apa yang dilkukan Bobby tentu sangat berisiko pada kesehatan tubuhnya sendiri.
Perlu diketahui, cat tembok mengandung berbagai bahan kimia berbahaya jika tertelan, diantaranya:
1. Toulena
Dilansir dari laman Cleveland Clinic , bahan kimia ini berfungsi sebagai pelarut atau pengencer yang digunakan untuk mempertajam warna pada cat tembok.
Baca Juga: Camilan Sejuta Umat yang Biasa Dijadikan Teman Begadang dan Ngobrol, Ternyata Merusak Ginjal
Menurut dr. David Orton, zat ini dapat merusak sistem saraf, terlebih jika tertelan atau dikonsumsi dalam jangka panjang.
Dalam jangka pendek, para penggunanya juga dapat merasakan beberapa efek negatif, mulai dari iritasi mata, pusing, serta mudah lupa.
2. Xylene
Tidak menolak kemungkinan, cat tembok juga mengandung xylene yang terkadang membuat baunya sangat menyengat.
Baca Juga: Risiko Makan Nasi Sisa Kemarin, Mulai dari Diare Sampai Muntah
Jika paparan xylene terlalu tinggi dapat menimbulkan gangguan kesehatan, seperti penglihatan kabur, mata memerah, iritasi kulit, iritasi pada hidung dan tenggorkan, sakit kepala, sakit perut, kerusakan hati, ginjal, dan sistem pernapasan, bahkan dapat hilang kesadaran atau bisa jadi kematian.
3. Bisphenol A (BPA)
Cat tembok dapat mengandung bisphenol A (BPA).
Baca Juga: Studi Mengatakan Wanita Ternyata Lebih Kebal Flu Dibanding Pria
Dilansir dari Better Health, BPA juga mengganggu hormon metabolisme dan berperan dalam penyakit jantung, obesitas, dan diabetes.
Bahkan jika seorang pria yang sering mengonsumsi makanan atau minuman yang terpapar BPA dapat mengalami penurunan produksi sperma.
4. Benzena
Kandungan benzena yang cukup tinggi pada cat dapat menyebabkan susmsum tulang belakang tidak dapat meproduksi sel darah dengen semestinya.
Selain itu, beberapa penelitian menyatakan bahwa benzena dapat menyebabkan sistem kekebalan tubuh karena sel darah putih berkurang sehingga menyebabkan anemia, bahkan jangka panjangnya dapat menyebabkan leukemia.
Untungnya, Bobby, kakek Alex Stein ini tidak mengalami keracunan bahkan tidak menunjukkan beberapa gangguan kesehatan.
Bahkan saat diperiksa oleh pihak poison control, mereka hanya menertawakan karena kakek 90 tahun ini yang senang melontarkan gurauan dan menceritakan rasa cat tembok yang lebih enak dibandingkan yoghurt yang biasa ia konsumsi.
Tak ketinggalan, Alex langsung mengunggah video yang memperlihatkan bahwa sang kakek baik-baik saja dan masih bisa beraktivitas dengan normal.
"Kakek saya memang selalu suka menghibur orang-orang. Dia tidak perduli jika orang-orang tertawa melihatnya," lanjut Alex.
Terkait mengapa lansia seperti Boby tersebut bisa biasa saja mengonsumsi sesuatu yang sebenaranya bukan untuk dimakan seperti cat tembok.
Hal ini dikarenakan panca indera setiap orang memang akan berkurung secara bertahap seiring bertambahnya usia, tidak hanya kemampuan kognitif saja.
Dalam masalah indera pengecapan sendiri, melansir Medline Plus, ternyata indera tersebut memang akan berkurang pada usia 40-50 tahun untuk wanita dan 50-60 tahun untuk para pria.
Pada usia 60 tahun, para lansia mulai menyadari mereka kehilangan sebagian sensasi rasa. Biasanya dimulai dari asin dan manis, kemudian pahit dan asam.
Hal ini dikarenakan proses pergantian mendeteksi aroma secara rutin mati dan tak bekerja dengan baik sehingga sel sensor berkurang jumlahnya.
Baca Juga: Di Madura Seorang Suami Aniaya Istri yang Tengah Hamil 6 Bulan Hingga Tewas, Sang Anak Ikut Terlibat
Selain itu, terjadi pula pengurangan pada syaraf yang membawa sinyal ke otak dan pada bagian yang memroses rangsang penciuman.Indera penciuman juga melemah karena berkurangnya jumlah lendir yang dihasilkan, penipisan lapisan hidung, dan perubahan hormon.
Bahkan, penyakit tertentu, luka di kepala, dan beberapa obat-obatan juga dapat memengaruhi penciuman ini.
#berantasstunting