GridHEALTH.id - Ramadan tahun 2020 ini seakan menorehkan sejarah kelam di jagat raya, seluruh umat muslim di dunia harus dihadapkan dengan virus corona yang menyebar tanpa diketahui.
Berbagai imbauan untuk tetap di rumah saja, pemberlakukan PSBB, hingga larangan mudik pun telah ditetapkan pemerintah guna memangkas angka penyebaran virus corona.
Namun seakan tak peduli dengan keselamatan diri, masih banyak orang yang nekat melanggar imbauan-imbauan tersebut.
Bahkan di bulan puasa ini, tak sedikit masyarakat yang memadati jalanan saat ngabuburit tiba (waktu menjelang buka puasa).
Baca Juga: Alasan Kenapa Saat Pandemi Virus Corona Konsumsi Gula Harus Dihindari
Padahal, para ahli hingga Badan Intelejen Negara (BIN) telah memprediksikan puncak penyebaran Covid-19 akan terjadi pada bulan puasa atau Mei 2020.
Prediksi ini didapatkan dari setelah pemerintah membuat permodelan terkait penyebaran virus corona yang sudah ada di Indonesia."Jadi, kalau kita hitung-hitung, masa puncak itu mungkin jatuhnya di bulan Mei, berdasarkan permodelan ini. Bulan puasa, bulan puasa," ujar Deputi V BIN Afini Boer.
Menurutnya, kemungkinan puncak penyebaran virus corona akan terjadi pada hari ke 60-80 sejak pertama kali diumumkan di Indonesia, yaiu pada 2 Maret 2020.
Baca Juga: Bukan di Sistem Pernapasan, Wanita Ini Alami Gejala Baru Covid-19 Sakit Perut Luar Biasa
Sementara, Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito juga menjelaskan prediksinya terkait Puncak kasus Virus Corona di Indonesia dalam konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Retno Marsudi serta Ketua Gugus Tugas Doni Monardo, Kamis (16/4/2020).
"Dan angka kasus (positif) pada saat Puncak itu, secara akumulatif diprediksi mencapai 95.000 kasus," ujar Wiku.
Namun, bukan berarti kasus positif covid-19 di Indonesia akan berhenti total pada Mei 2020.
Setelah melewati puncak virus corona, kemungkinan akan terjadi penurunan kasus pada bulan-bulan berikutnya.
"Selama Juni-Juli, kasus konfirmasi positif (diprediksi) sudah akan mencapai 106.000 kasus," ujar Wiku.
Meski begitu, ia juga mengingatkan bahwa angka yang diungkapkannya itu hanya prediksi alias belum pasti terjadi.
Angka-angka tersebut didapatkan dari hasil simulasi para ilmuwan dan ahli.
"Kami sudah me-review dan mengombinasikan semua prediksi itu," kata Wiku.
Pemerintah terus berusaha untuk memastikan agar kondisi di lapangan nantinya tak separah yang sudah diprediksi para ilmuwan dan ahli itu.
"Kami selalu berusaha keras agar prediksi tak menjadi kenyataan," pungkasnya.
Terlepas dari itu, aksi ngabuburit saat pandemi corona ini sebagian telah dibubarkan oleh pihak aparatur negara.
Aksi razia saat ngabuburit tersebut berupaya guna memutus tali penyebaran virus corona yang makin merajalela di Tanah Air. (*)
#hadapicorona #berantasstunting