"Pada saat itu, dari bagian rumah sakit petugas laboratorium menyatakan ibu saya memang positif tifus dan DBD dan juga ada seperti cairan di paru-paru atau fleklah," terangnya.
Namun karena ada cairan di paru-paru, sang ibunda dibawa ke ruang isolasi.
Di sinilah letak kejanggalan terjadi, pihak keluarga menilai mengapa hanya sakit tifus dan DB serta ada cairan di pari-paru, seorang pasien harus menjalani masa isolasi.
Baca Juga: Jelang New Normal, IDI Ingatkan 3 Hal yang Penting Dilakukan Tenaga Medis
Tak hanya itu, para tenaga medis yang merawat ibu tersebut juga dilengkapi alat pelindung diri (APD).
"Ketika masuk diruang isolasi ibu saya hari pertama itu seperti orang depresi, karena tidak ada yang menemani sampai-sampai ibu saya membawa infusan ke perawat yang meminta pindah dari ruang isolasi apalagi pihak petugas medisnya menggunakan baju hazmat dilengkapi Alat Pelindung Diri lengkap semuanya, jadi Ibu saya semacam gamang, itu yang menjadi satu ketakutan ibu saya," kenang sang anak.
Namun sayangnya, di hari ketiga perawatan intensif tersebut, sang ibu meninggal dunia.
"(Ibu saya) Akhirnya meninggal dunia dengan keterangan tifus dan DBD dan disurat kematian ibu saya yang di tanda-tangani oleh dr. Viktor status ibu saya keterangannya tifus dan DBD bukan Covid-19," jelasnya.
Sayangnya, kejanggalan lain kembali dirasakan pihak keluarga.