Find Us On Social Media :

Stop Penggunaan Plastik BPA Sekarang Juga, Demi Kesehatan Jangka Panjang

Jangan gunakan produk BPA demi kesehatan jangka panjang.

GridHEALTH.id - Penggunaan produk bersenyawa kimia Bisphenol-A (BPA) kini telah menjadi masalah serius internasional, termasuk di Indonesia.

Hal ini tentu penting untuk disadari oleh setiap masyarakat, demi kesehatan keluarga jangka panjang.

Baca Juga: Kemenkes Kena Imbas Ancaman Jokowi Bubarkan 18 Lembaga, Benarkah Tujuh Pejabat Dicopot dari Jabatannya?

Lankah yang perlu dilakukan tentunya menghindari pemakaian produk berbahan BPA alias BPA Free.

Menurut Dokter Spesialis Anak, dr Yuliatmoko Suryatin senyawa kimia BPA yang ada pada botol plastik dan dipanaskan bisa berbahaya bagi kesehatan jangka panjang terutama bagi anak-anak dan janin.

Baca Juga: Setelah Surat Jalan, Publik Kembali Digegerkan Dengan Beredarnya Surat Tes Covid-19 Milik Djoko Tjandra

Baca Juga: Usai Diperiksa Propam, Pembuat Surat Jalan Djoko Tjandra, Brigjen Prasetijo, Langsung Sakit Darah Tinggi

"Misalnya si bayi minum susu yang botolnya ikut dipanaskan, nah itu akan mengurai masuk ke dalam tubuh bayi yang akan memicu banyak masalah kesehatan, seperti gangguan pertumbuhan, gangguan perilaku, gangguan fungsi tubuh sendiri, gangguan hormonal, dan akhirnya bisa mengganggu kesehatn secara keseluruhan," ungkapnya.

Diketahui Bisphenol-A (BPA) pertama kali ditemukan pada 1890-an untuk mengasilkan plastik polikarbonat yang kuat.

Baca Juga: Tragis, Bayi Lahir Tanpa Kepala Akibat Ibu Melahirkan Sendirian

Biasanya bahan kimia ini ditambahkan ke wadah makanan dan produk kebersihan.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat atau FDA menyarankan anak-anak dan Ibu hamil memprioritaskan penggunaan produk BPA free untuk mencegah efek berbahaya BPA pada Ibu maupun pada janin.

Baca Juga: Masih Wajib Tes Covid-19 sebelum Bepergian Walau SIKM Dihapus, Perhimpunan Dokter Patologi: 'PCR dan Rapid Test Tidak Menjadi Syarat Perjalanan'

Baca Juga: Riwayat Penyakit Paru-paru yang Diderita Komedian Omas Hingga Renggut Nyawanya

Perlu diketahui, ketika bahan kimia ini berada di dalam kaleng atau botol plastik, BPA tersebut bisa masuk ke dalam makanan atau minuman bahkan dapat masuk ke dalam tubuh ketika menelan makanan atau minumannya.

FDA mengatakan ada sejumlah penelitian terbaru yang dilakukan pada tikus yang menunjukkan hubungan antara tingkat kimia dan infertilitas yang tinggi, diabetes, obesitas, penyakit jantung, dan tekanan darah tinggi.

Baca Juga: Selain Dedaunan, Berikut 3 Alternatif Pengganti Kantong Plastik untuk Menyimpan Daging Kurban

Selain itu, plastik BPA juga berbahaya bagi bayi karena terbukti dapat memengaruhi berat badan lahir, perkembangan hormonal, perilaku dan risiko kanker.

Sementara itu, penggunaan plastik BPA juga dapat dikaitkan dengan masalah kesehatan berikut:

Baca Juga: Gangguan Lambung Jadi Fokus saat Pandemi Covid-19, 7 Makanan Murah Ini Ampuh Mengusir Sakit Perut

- Gangguan fungsi hati.

- Gangguan sistem kekebalan tubuh.

- Gangguan fungsi otak.

- Gangguan pernapasan.

Baca Juga: Tergolong Rentan Terinfeksi hingga Berujung Kematian, 3 Kelompok Ini Dilindungi Pemerintah di Masa Pandemi

- Asma.

- Persalinan prematur.

Apalagi jika plastik ini bercampur dengan makanan atau minuman panas, dapat bereaksi yang menimbulkan berbagai senyawa yang terkandung dalam plastik dapat bercampur dengan makanan dan minuman.

Untuk itu, FDA merekomendasikan untuk menggunakan gelas kaca, atau botol minum stainless steel untuk menghindari bercampurnya zat dalam plastik ke makanan atau minuman kita.(*)

Baca Juga: Menkes Terawan Dicecar, DPR Sebut RS Sengaja Ubah Status Pasien jadi Positif Covid-19 Demi Insentif Puluhan Juta Rupiah

 #berantasstunting

#hadapicorona