Find Us On Social Media :

Serba Serbi Batuk yang Merupakan Sahabat Penolong Manusia

Beda batuk sahabat manusia. Terlihat menyiksa, tapi sebenarnya penolong.

GridHEALTH.id - Batuk Harus Dihilangkan, atau Dibiarkan? Sahabat atau Musuh?

Penting diingat, menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), batuk adalah salah satu gejala umum common cold atau selesma. Batuk juga merupakan gejala influenza. Penyebab umum kedua penyakit ini adalah virus.

Batuk sebenarnya merupakan upaya tubuh untuk mengeluarkan benda asing dari saluran pernapasan di dalam tubuh.

Baca Juga: 11 Macam Sakit Kepala yang Paling Banyak Dirasakan, dan Penyebabnya

Jadi, bila hanya batuk sesekali, hal itu masih normal karena mungkin itu hanyalah respons alami tubuh saat saluran pernapasan menerima gangguan dari luar.

Namun, bila batuk secara terus-menerus, kemungkinan besar saluran pernapasannya sedang bermasalah. 

Menurut dr. Endah Citraresmi, SpA(K) saat ditemui Gridhealth.id di acara Pesat Jakarta 2019 pada Minggu (7/4/2019), sakit batuk pilek yang sering kita alami atau anak alami tidak butuh antibiotik.

Antibiotik tidak dapat bekerja terhadap virus dan tidak akan menolong untuk meredakan sakit batuk pilek.

Baca Juga: Lakukan 5 Gerakan Jari Sederhana Ini Untuk Redakan Gejala Arthritis

Batuk pilek biasa disebut juga dengan common cold atau selesema ini umumnya disebabkan oleh berbagai macam virus yang menyebar melalui udara dan kontak dengan orang yang sedang terjangkit.

Gejala yang timbul biasanya 1-3 hari setelah tertular virus dan biasanya menetap sekitar 1 minggu sampai 2 minggu.

Tanda dan gejala yang terjadi pada penderita selesma ini, diantaranya:

Baca Juga: 4 Tanda Ketidaksuburan Pada Wanita, Salah Satunya Haid Tidak Teratur

Baca Juga: Warga di Denpasar Tolak Cek Suhu Pakai Thermo Gun, Takut Merusak Otak

- Bersin.

- Hidung tersumbat.

- Batuk.

- lendir mengalir ke tenggorokan (post nasal drip).

- Mata berair.

- Sakit kepala ringan.

- Sakit badan ringan.

Baca Juga: 4 Kemungkinan yang Terjadi Jika Muntah Anak Berwarna Kuning

Gejala ini diawali dengan lendir berwarna bening seperti air, berubah warna menjadi putih, kuning, hingga hijau yang menandakan akan  sembuh.

Tapi jika sakit batuk pilek ini berlangsung lebih dari 2 minggu dan tak kunjung reda walau sudah mengonsumsi obat pereda gejala, segera lakukan pemeriksaan kesehatan ke dokter.

Di masa pandemi Covid-19, seseorang yang terinfeksi corona bisa dilihat dari jenis batuk yang menyertainya.

Pasalnya, menurut data WHO di saat demam menjadi gejala paling umum dari virus corona, sekitar 67,7 % pasien pasti mengalami batuk, terutama batuk kering.

Batuk kering adalah apa yang kami sebut batuk tidak produktif, karena tidak ada dahak yang muncul.

Batuk kering biasanya ditandai dengan tenggorokan yang gatal.

Baca Juga: Studi: Sebagian Besar Bayi Mati Dalam Kandungan Akibat Plasenta Buruk

Batuk berdahak biasanya merupakan gejala dari sesuatu yang lebih ringan, seperti pilek atau alergi.

Meski begitu batuk berdahak juga bisa menandakan gejala dari bronkitis dan pneumonia.

Penting diingat, batuk yang disebabkan oleh virus umumnya akan sembuh dengan sendirinya selama kita memiliki kekebalan tubuh yang baik.

Biasanya gejala batuk dan gejala lainnya seperti hidung berair, bersin, lemah, dan sedikit demam akan sembuh kurang dari seminggu.

Ada juga yang namanya batuk alergi. Menurut American College of Allergy, Asthma & Immunology, jika seseorang sering batuk kering, tapi tidak ada virus penyebabnya, bisa jadi pemicu utamanya yaitu alergi.

Baca Juga: Gelombang Ketiga Covid-19 di Hong Kong, Berasal dari Asisten Rumah Tangga hingga Anak Buah Kapal

Baca Juga: Gegara Main Tak Pakai Masker, Seorang Anak Membuat Sekeluarga Positif Covid-19, Ayahnya Paling Parah

Batuk alergi ini tidak seperti batuk atau pilek biasa yang bisa sembuh hanya dalam waktu tiga hingga tujuh hari saja.

Batuk alergi dapat berlangsung selama lebih dari tiga minggu bahkan hingga berbulan-bulan.

Jika batuk diakibatkan oleh adanya alergi, mungkin yang harus diperhatikan batuk terjadi selama beberapa musim, atau di beberapa lingkungan.

Batuk alergi ini tidak diketahui dengan jelas penyebab utamanya apa, karena pada setiap orang reaksi terhadap alergen (pencetus alergi) pasti berbeda.

Beberapa penelitian menyebutkan alergi yang dapat menyebabkan batuk ini dapat disebabkan oleh debu, udara, bulu hewan peliharaan, serbuk sari, jamur, atau alergen umum lainnya.

Batuk ini akan terasa semakin gatal saat kita berada dalam posisi berbaring, duduk, bahkan di saat malah hari.

Baca Juga: Ultimatum Jokowi d Istana Prihal Covid-19; Vaksin asal China Bisa Tersedia Dalam 3 Bulan ke Depan, Tim Angkat Tangan

Melansir dari WebMD, beberapa perawatan untuk mengurangi batuk akibat alergi, yaitu dengan cara:

1. Tetap terhidrasi

Saat batuk terjadi sekresi yang kuat di bagian belakang tenggorokan sehingga perlu air untuk meminimalisirnya.

"Minum cairan membantu menipiskan lendir di bagian tenggorokan," kata Kenneth DeVault, MD, profesor kedokteran di Mayo Clinic.

Minum air putih juga membantu menjaga selaput lendir tetap lembap, bahkan membantu di musim dingin, ketika udara di sekitar rumah cenderung kering.

2. Cobalah tablet hisap dan minuman hangat

Cobalah untuk minum tablet hidap mentol, hal ini dapat mematikan bagian belakang tenggorokan, dan itu akan cenderung mengurangi refleks batuk.

Minum teh hangat dengan madu juga bisa menenangkan tenggorokan.

"Ada beberapa bukti klinis untuk mendukung strategi ini," ujar Mark Yoder, MD, asisten profesor kedokteran, perawatan paru dan kritis di Rush University Medical Center, Chicago.

Baca Juga: Kelihatannya Nyaman, Bekerja di Kasur Selama WFH Ternyata Berisiko

3. Mandi air hangat dan gunakan pelembap ruangan

Mandi air panas dapat membantu batuk dengan melonggarkan saluran di hidung dan tenggorokan.

Menghirup uap panas dari air hangat saat mandi juga dapat membantu meredakan batuk tidak hanya karena pilek, tetapi juga dari alergi.

Pengunaan humidifier atau pelembap ruangan dapat menjadi kunci yang baik untuk mengusir batuk alergi yang mengganggu.

Namun Robert Naclerio, MD, kepala otolaringologi di University of Chicago menyatakan kelemahan humidifier ini harus selalu dibersihkan secara rutin agar memompa jamur yang dapat bersarang di dalamnya.

Baca Juga: Bukan Pria Brewokan, Peneliti Asal AmerikaSebut Pria Botak Lebih Berisiko Terpapar Virus Corona

Baca Juga: Bukan Pria Brewokan, Peneliti Asal AmerikaSebut Pria Botak Lebih Berisiko Terpapar Virus Corona

4. Hindari asap dan pewangi

Parfum dan pewangi ruangan kamar memang memberi kesan ruangan menjadi wangi dan bersih.

Namun kedua benda ini ternyata memicu batuk alergi timbul kembali.

Selain itu, asap rokok, asap kendaraan, atau asap pembakaran makanan seperti sate dan steak di udara terbuka pun memicu batuk alergi menjadi tambah parah.

Bagi penderita batuk akibat alergi, sepertinya asap dan pewangi ini harus dihindari, apalagi di saat menjelang tidur atau bangun tidur.

Udara dingin yang bercampur dengan asap dan pewangi ini akan men dorong paru-paru dan tenggorokan sehingga terasa gatal bahkan bisa saja menjadi sesak napas.

Baca Juga: Pengumuman Data Harian Covid-19 Tak Ada Lagi, Satgas; Akan Muncul Dampak Informasi yang Sulit Diterima

5. Minum obat batuk

Ketika mandi air panas dan teh panas sudah dikonsumsi tapi batuk tidak reda, coba dapat beralih ke obat-obatan yang dijual bebas untuk meredakan batuk, seperti:

-Dekongestan

Dekongestan meredakan hidung tersumbat dengan menyusutkan jaringan hidung yang bengkak dan mengurangi produksi lendir.

Obat ini juga mengeringkan lendir di paru-paru dan membuka saluran udara.

Obat-obatan ini berbentuk pil, cairan, dan semprotan hidung dengan banyak merek dagang.

Cari dekongesten yang mengandung fenilefrin atau pseudoefedrin sebagai bahan aktif meredakan batuk.

Tetapi hati-hati karena obat-obatan ini dapat meningkatkan tekanan darah, sehingga penderita hipertensi, penyakit jantung atau masalah medis lainnya perlu berhati-hati dalam menggunakannya.

Baca Juga: Fakta Micin yang Mengagetkan Karena Kalah Oleh Informasi MSG yang Tidak Sepenuhnya Benar

Selain itu, terlalu sering menggunakan dekongestan dapat menyebabkan kekeringan yang berlebihan, yang dapat memicu batuk kering.

Cara terbaik untuk menggunakannya selama 2 atau 3 hari dan kemudian berhenti.

Baca Juga: Survei, Ternyata 80 % Orang Tidak Tahu Cara Mandi yang Bersih

- Ekspektoran

Jika batuk sangat banyak sehingga dada menjadi sakit dan tidur malam menjadi buruk, pertimbangkan penekan batuk seperti dextromethorphan.

Dr. Yoder merekomendasikan penggunaan penekan batuk (ekspektoran) hanya pada malam hari saja.

Untuk batuk non alergi, penanganannya cari tahu dulu jenis batuk yang dialami agar bisa melakukan pengobatan yang tepat.

1. Batuk Berdahak

Batuk berdahak disebut juga dengan batuk produktif karena menghasilkan lendir setiap kali batuk. Jenis batuk ini paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, ataupun jamur yang menyerang saluran pernapasan.

Infeksi tersebut mengakibatkan produksi lendir meningkat menjadi lebih banyak. Untuk menghilangkan lendir yang berlebihan pada paru dan saluran udara lainnya, tubuh akan memberi respons berupa batuk disertai dengan keluarnya lendir.

Baca Juga: Indera Penciuman yang Hilang Akibat Covid-19, Begini Cara Agar Hidung Kembali Mencium Bau

Kita biasanya mengalami batuk berdahak bila terserang pilek atau flu. Namun, batuk berdahak juga bisa menjadi pertanda adanya masalah kesehatan pada paru-paru, seperti asma, bronkitis, hingga kanker paru-paru.

Batuk berdahak biasanya bisa sembuh dalam waktu 1 sampai 2 minggu dengan pemberian obat pelega tenggorokan atau batuk, mengonsumsi minuman hangat atau makanan berkuah, dan beristirahat yang cukup.

2. Batuk kering

Berbeda dari batuk berdahak, batuk kering sama sekali tidak menghasilkan lendir saat batuk. Jenis batuk ini biasanya menyebabkan sakit tenggorokan dan akan memburuk pada malam hari.

Batuk yang dialami bayi biasanya merupakan batuk kering yang terasa mengganggu di dada dan merupakan gejala dari pilek atau flu. Anak-anak juga bisa mengalami batuk kering bila muncul rasa gatal di tenggorokan.

Baca Juga: Gebrakan Baru Menkes Terawan, Tetapkan Keputusan Menteri Prihal Klaim Penggantian Biaya Perawatan Penyakit Infeksi

Batuk kering dibagi lagi menjadi beberapa jenis, salah satunya adalah batuk mengi yang bisa menimbulkan bunyi napas, seperti “ngik-ngik”.

Kondisi ini umum terjadi pada anak berusia sekitar 6 bulan sampai 3 tahun. Meskipun bisa membaik pada siang hari, tapi batuk mengi akan memburuk ketika malam tiba. 

Batuk dengan bunyi mengi bisa jadi merupakan gejala asma atau bronkiolitis.  Meskipun jarang terjadi pada anak berusia di bawah 2 tahun, tapi asma bisa dialami oleh Si Kecil apalagi bila terdapat riwayat orangtua yang mengidap asma atau bila anak pernah mengalami alergi saat masih bayi.

Selain batuk mengi, ada pula batuk rejan yang terjadi karena infeksi bakteri. Batuk ini sering menyerang anak-anak dengan gejala berupa batuk terus-menerus yang diikuti dengan perubahan suara menjadi serak dan rasa sakit di tenggorokan.

Adapun pengobatan untuk batuk kering bertujuan untuk membasahi saluran pernapasan dan mengatasi penyebab batuk kering.

Pengobatan batuk kering yang biasanya dilakukan adalah berupa inhalasi uap yang berfungsi membasahi jalan napas di tubuh, serta mengurangi iritasi dan meredakan rasa sakit pada tenggorokan.(*)

Baca Juga: Covid-19 Makin Mengganas di India, Masyarakatnya Berbondong-bondong Puja Dewi Corona

#berantasstunting

#HadapiCorona