Find Us On Social Media :

Khawatir Tahi Lalat Berubah Jadi Kanker Kulit? Periksa Dengan Metode ABCDE

Pada beberapa kasus, tahi lalat bisa menjadi kanker. Panduan ABCDE adalah alat pemeriksaan diri untuk menilai tahi lalat apakah ada keganasan atau tidak.

GridHEALTH.id - Hampir setiap orang memiliki tahi lalat, sejenis pertumbuhan kulit yang biasanya tidak berbahaya tetapi dalam kasus yang jarang terjadi dapat menjadi kanker.

Dikenal secara medis sebagai nevi, mereka terbentuk ketika melanosit, jenis sel yang terutama ditemukan di kulit, tumbuh dalam kelompok.

Melanosit menghasilkan pigmen melanin alami, zat yang menggelapkan kulit kita setelah terpapar sinar matahari.

"Tahi lalat dapat dilihat sebagai upaya kulit yang gagal untuk melindungi dirinya dari sinar cahaya," kata Dr. Christoffer Gebhardt, wakil direktur Departemen Dermatologi dan Venereologi di Hamburg-Eppendorf Medical Center di Jerman dikutip dari The Daily Sabah (02/10/2020).

Sebagai jenis pertumbuhan kulit jinak yang paling umum, tahi lalat datang dalam berbagai warna, bentuk dan ukuran.

Biasanya cokelat, bisa juga cokelat, hitam, merah, biru atau merah muda. Sebagian besar berbentuk oval atau bulat dan berdiameter kurang dari 6 milimeter.

Baca Juga: Selain Tahi Lalat, Kuku Juga Bisa Menjadi Penanda Kondisi Kanker

Baca Juga: Di Tengah Kontroversi Perlu Tidaknya, Lockdown Ternyata Masih Jadi Pilihan, Buktinya Inggris Akan Terapkan Selama Satu Bulan

Mereka bisa halus, berkerut, rata atau terangkat, dan mungkin memiliki rambut yang tumbuh darinya. Tahi lalat bisa berupa bawaan atau didapat.

Penyebab pasti dari yang pertama tidak jelas. Tahi lalat yang didapat, yang umumnya muncul di masa kanak-kanak atau remaja, disebabkan oleh kombinasi predisposisi genetik dan paparan radiasi ultraviolet (UV) dari matahari.

 Yang disebut bintik-bintik penuaan, juga disebabkan oleh paparan radiasi UV yang berkepanjangan. Mereka umumnya tidak berbahaya.

Tetapi pada beberapa kasus, tahi lalat bisa menjadi kanker. Maka sangat dianjurkan kita  harus memeriksakan diri ke dokter kulit setiap tahun jika  memiliki tahi lalat yang terlihat tidak biasa, tumbuh atau berubah.

"Secara statistik, hanya satu dari 10.000 tahi lalat yang berkembang menjadi melanoma ganas - dengan kata lain kanker kulit," kata Gebhardt, menambahkan bahwa semakin banyak tahi lalat yang kita miliki, semakin besar risiko kanker kulit.

"Jika Anda memiliki lebih dari 50 tahi lalat, Anda lima kali lebih mungkin mengembangkan kanker kulit, dan Anda 10 kali lebih mungkin jika Anda memiliki lebih dari 100," kata Gebhardt.

"Anda juga berisiko lebih tinggi secara signifikan jika kerabat tingkat pertama, orangtua atau saudara kandung, menderita kanker kulit," lanjutnya.

Baca Juga: Begadang Hingga Kurang Tidur Bisa Picu Meningkatnya Tekanan Darah

Baca Juga: 5 Makanan Bikin Susah Tidur Nyenyak, Jangan Konsumsi di Malam Hari

Sulit untuk memutuskan apakah pertumbuhan kulit terlihat mencurigakan atau tidak. Tapi seperti yang ditunjukkan oleh dokter kulit Dr. Katharina Schuerings dari lembaga yang sama.

"Panduan ABCDE adalah alat pemeriksaan diri penting yang dapat membantu Anda menilai tahi lalat apakah ada keganasan atau tidak," kata Schuerings.

A untuk bentuk asimetris. B untuk border atau perbatasan yang tidak beraturan. C untuk color atau warna yang berubah atau tidak rata artinya semakin banyak warna yang dimiliki tahi lalat, semakin mencurigakan.

D untuk diameter lebih dari 6 milimeter. E untuk evolving atau berkembang seperti tahi lalat yang telah berubah ukuran, bentuk, warna atau tinggi, atau mulai gatal atau berdarah.

Jika memiliki tahi lalat yang tampak mencurigakan atau ada pertumbuhan kulit yang tidak pasti, segera temui dokter kulit.

Jika terdeteksi dan ditangani secara dini, kanker kulit biasanya dapat disembuhkan. Tetapi tahi lalat kanker perlu diangkat dengan operasi.

Baca Juga: 5 Tanda Serangan Infeksi Jamur Pada Vagina yang Harus Segera Diobati

Baca Juga: 5 Jenis Buah Ini Ternyata Ampuh Bersihkan Racun di Dalam Tubuh

Ada kalanya, tahi lalat diangkat karena alasan estetika atau karena berada di tempat yang gampang menyebabkan iritasi, misalnya di bawah bra atau di area ikat pinggang.

Schuerings mencatat, bekas luka di tubuh akibat pengangkatan lewat operasi,  dibandingkan dengan yang di wajah,  tidak sembuh dengan baik alias masih akan terlihat. (*)

#berantasstunting #hadapicorona