"Adanya PPKM juga tidak efektif, karena yang vitalnya 3T tidak optimal," ujarnya.
"Buktinya banyak sekali contoh antara himbauan dan realisasi dalam kebijakan tidak bersinergi. Misalnya jangan bepergian tetapi ada diskon perjalanan, ini adalah bukti yang sudah berkali terlihat, kita tidak ingin klaster tapi ada pilkada dan," tambah Dicky, Minggu (17/1/2020).
Dicky menjelaskan, estimasi terendah kasus harian di Indonesia sudah naik menjadi 50.000 per hari, dan sebelumnya 40.000 per hari.
Dengan penemuan kasus paling tinggi di angka 14.000, masih ada gap kelemahan deteksi kasus.
Baca Juga: Hari Peluk Nasional Jatuh Tiap 21 Januari, Ini Manfaat dari Berpelukan bagi Tubuh KIta
Dicky memperingatkan hal ini bisa berbahaya karena akan menyebabkan lonjakan kasus kesakitan dan kematian.
"Gap (selisih) temuan kasus minimal 40 ribu yang bisa kita temukan, kita baru bisa menemukan seperempatnya, kalau dibiarkan adalah hal yang sangat serius karena penambahan dari kasus yang tidak terdeteksi akan berpola eksponensial dan meledak," katanya.
Terlepas dari itu, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito mengatakan kebijakan perpanjangan PPKM bergantung pada tingkat kedisiplinan masyarakat dalam mematuhi aturan-aturan yang telah ditentukan.