Disisi lain, Associate Profesor Hsu Li Yang juga menambahkan bahwa kering dan dinginnya suhu oleh penyejuk ruangan lebih memudahkan virus untuk menyerang manusia.
"AC menjadi sesuatu yang membantu di Singapura, terutama saat musim panas. Namun, ruangan tertutup lebih kering dan dingin sehingga mudah menyebarkan penyakit pernapasan," ujarnya.
Tak hanya itu, WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) bahkan menganjurkan para dokter untuk merawat pasien terduga virus corona di ruangan yang tetap memiliki ventilasi yang baik.
Namun meski sejumlah ahli menganggap AC bisa jadi medium penularan virus corona, namun ada juga yang tidak sependapat dengan argumen tersebut.
Misalnya saja Amesh A. Adalja, MD, pakar penyakit menular dari Johns Hopkins Center for Health Security AS seperti dilansir dari Health (30/5/2020).
"Saya tidak menganggap laporan di Wuhan (terkait penularan Covid-19 lewat AC) bisa mewakili risiko penularan virus corona secara keseluruhan," kata Adalja.
Menurut dia, sampel yang diambil dalam laporan tersebut terbilang kecil.
Namun, Adalja sependapat jika setiap orang perlu mulai memperhatikan pola aliran udara AC untuk meminimalkan risiko tertular virus corona.
Ahli penyakit menular dari Cleveland Clinic, Kristin Englund, MD, juga menyebut temuan kasus pengunjung restoran positif Covid-19 di Wuhan belum bisa dijadikan patokan.
Karena, tidak semua pengunjung restoran yang turut terpapar AC di sana positif Covid-19.
Banyak variabel yang perlu dipertimbangkan, tidak hanya AC semata. Kendati laporan tersebut masih membutuhkan penelitian lebih lanjut, Englund menyatakan AC dan kipas angin dapat menggerakkan udara di dalam ruangan.
Baca Juga: Tidur dengan Kipas Angin Bisa Sebabkan Paru-paru Basah, Bagaimana dengan AC?