GridHEALTH.id - Obat Covid-19 saat ini sedang menjadi isu gelobal yang banyak dibicarakan ahli dan masyarakat.
Setelah ada klaim obat Covid-19 dari dua perusahaan farmasi besar dunia, semakin tinggi harapan masyarakat dunia untuk bisa keluar dari pandemi Covid-19 yang sudah berjalan dua tahun ini.
Tapi disatu sisi, banyak juga khawatir harga obat Covid-19 dari dua perusahaan farmasi raksasa tersebut tidak terjangkau.
Baca Juga: Inilah Berbagai Komplikasi yang Bisa Terjadi Akibat Kanker Serviks
Namun dibalik itu ada berita mengejutkan dari sebuah penelitian yang sudah dipublikasikan dalam jurnal lancet.
Diberitakan, sebuah penelitian terbaru menemukan obat antidepresan dapat mengurangi risiko penyakit Covid-19 parah pada hampir sepertiga orang yang berisiko tinggi.
dalam keterangannya disebutkan, para peneliti menguji obat antidepresan yang biasa digunakan untuk depresi dan gangguan obsesif-kompulsif karena diketahui bisa mengurangi peradangan dan tampak menjanjikan.
Baca Juga: Kondisi Gala Sky Putra Vanessa Angel Setibanya di Rumah Duka Hari Ini
Menurut Dr. Angela Reiersen, seorang profesor psikiatri di Universitas Washington di St. Louis yang mengerjakan penelitian tersebut, yang diterbitkan dalam The Lancet Global Health, obat yang dijual dengan merek Luvox, adalah selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI).
Para peneliti telah membagikan hasilnya pada Institut Kesehatan Nasional AS, yang menerbitkan pedoman pengobatan, dan mereka mengharapkan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia WHO.
Hal tersebut disebutkan dalam pemberitaam ABC News (28/10/2021).
Untuk diketahui, mengenai obat antideprasan untuk mengobati infeksi Covid-19 ini, para peneliti menguji antidepresan ini pada hampir 1.500 pasien terpapar virus corona di Brasil yang berisiko sakit parah karena masalah kesehatan lainnya, seperti diabetes.
Baca Juga: Bisakah Wanita Penyandang Kanker Serviks Hamil? Ini Kata Dokter
Dalam penelitian, melansir Tempo.co (28/10/2021), objek penelitian minum antidepresan di rumah selama 10 hari, sisanya mendapat pil dummy.
Mereka dilacak selama empat minggu untuk melihat siapa yang harus dirawat di rumah sakit atau menghabiskan waktu lama di ruang gawat darurat ketika rumah sakit penuh.
Hasilnya, kelompok yang menggunakan obat tersebut, 11% membutuhkan rawat inap atau perpanjangan rawat inap di UGD, dibandingkan dengan 16% dari mereka yang menggunakan pil dummy.
Baca Juga: Jumlah Kasusnya Banyak di Indonesia, Kanker Serviks Bisa Dialami Wanita Muda
Hasil penelitian ini membuat ahli independen yang memantau penelitian merekomendasikan untuk menghentikannya lebih awal karena hasilnya jelas.
Pertanyaan tetap tentang dosis terbaik, apakah pasien dengan risiko lebih rendah juga bisa mendapat manfaat dan apakah obat ini harus dikombinasikan dengan perawatan lain.
“Jika WHO merekomendasikan ini, Anda akan melihatnya dipergunakan secara luas,” kata peneliti Dr. Edward Mills dari McMaster University di Hamilton, Ontario.
Masih menurutnya, bahwa banyak negara miskin memiliki obat ini. Karenanya, “Kami berharap ini akan menyebabkan banyak nyawa diselamatkan.”
Adapun obat antidepresan yang dimaksud adalah pil fluvoxamine. Untuk penggunaannya, dilansir dari Tempo.co (28/10/2021), hanya akan menghabiskan biaya 4 dolar AS. Ini artinya tidak sampai Rp60 ribu untuk satu dosis pengobatan Covid-19.
Untuk diketahui, perawatan antibodi IV berharga sekitar $2.000 dan pil antivirus eksperimental dari Merck untuk COVID-19 adalah sekitar $700 per dosis.
Fluvoxamine dijual di Amerika Serikat dengan nama Luvox.
Menurut National Institute of Health (NIH), Obat Antidepresan adalah inhibitor reuptake serotonin selektif yang digunakan untuk mengobati kondisi kesehatan mental seperti depresi dan gangguan obsesif-kompulsif.
Baca Juga: Inilah Manfaat Buah Jeruk untuk Kecantikan, Salah Satunya Mencerahkan Kulit
NIH menyebutkan, obat ini dipakai sebagai pengobatan potensial untuk Covid-19 karena sifat anti-inflamasinya, tetapi bukti penelitian yang mendukung penggunaannya masih terbatas hingga saat ini.
Namun NIH menyebutkan, melansir Tribunnews (28/10/2021), tidak merekomendasikan penggunaannya pada orang yang mengidap virus.
Untuk diketahui, dari hasil penelitian, selain seperti yang telah disampaikan di atas, pengobatan dengan fluvoxamine dengan plasebo pada hampir 1.500 orang dewasa Brasil dilakukan pada objek penelitian yang tidak divaksinasi dengan Covid-19, satu orang meninggal dari kelompok yang mendapat fluvoxamine dan 12 kematian pada kelompok placebo/dummy.
"Mengingat keamanan fluvoxamine, tolerabilitas, kemudahan penggunaan, biaya rendah dan ketersediaan luas, temuan ini mungkin memiliki pengaruh penting pada ... manajemen klinis Covid-19," kata Reis, profesor kedokteran di Pontifical Catholic University di Belo Horizonte, Brasil.(*)