GridHEALTH.id - Kasus kematian bayi baru lahir di Indonesia termasuk yang paling tinggi.
Hal itu diungapkan langsung oleh Ketua umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr. Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K), saat membuka media briefing 'Deteksi Dini Penyakit Jantung Bawaan pada Bayi Baru Lahir', Senin (13/12/2021), yang diikuti oleh GridHEALTH.id.
Menurutnya hal ini harus menjadi perhatian kita semua, terutama para orangtua.
Piprim mengatakan bahwa kematian bayi baru lahir paling sering terjadi pada saat bayi memasuki usia 6 hari pertama kehidupan.
Dimana dari 80 % kasus kematian bayi terjadi di rentang usia tersebut.
Penyebab paling umum kematian bayi itu diketahui adalah kelahiran kongenital atau kelainan bawaan yang salah satunya penyakit jantung bawaan (PJB).
"Kelahiran kongenital itu menyumbang cukup besar sekitar 7 %. Dimana kelainan kongenital yang sering itu adalah penyakit jantung bawaan," kata Piprim.
Baca Juga: Penyebab Anak Dengan Kelainan Jantung Bawaan Sering Alami Malnutrisi
Paling Sering Jadi Penyebab Kelahiran Kongenital
Terkait PJB, penyakit ini rupanya terdiri dari banyak turunan.
Menurut Piprim yang sering menyebabkan kematian bayi baru lahir adalah penyakit jantung bawaan kritis.
Penyakit ini umumnya sulit dideteksi sejak awal lantaran bayi akan terlihat sehat.
Namun kondisi tersebut dapat berubah 180 derajat dalam beberapa jam atau hari pasca bayi dilahirkan.
Jika penyakit jantung bawaan kritis ini tak terdeteksi sejak dini, risiko kematian bayi akan sangat besar.
"Penyakit jantung bawaan ini yang butuh pertolongan segera, butuh pemberian obat-obatan segera, atau tindakan medis segera. Jika tidak, dia tidak bisa tertolong," jelas Piprim.
Karenanya Ketua Umum IDAI tersebut mengimbau para tenaga kesehatan, baik itu bidan, dokter umum, maupun dokter anak yang menolong persalinan mewaspadai kasus ini.
Serta dapat mendeteksi kasus penyakit jantung bawaan kritis sedini mungkin serta mampu memberikan pertolongan pertama dengan baik.
Baca Juga: Bayi Tiba-tiba Membiru, Hati-hati Penyakit Jantung Bawaan Sianosis
Gejala Penyakit Jantung Bawaan
Sementara itu terkait tanda dan gejala penyakit jantung bawaan kritis yang sulit terdeteksi orangtua dihimbau untuk selalu waspada akan perubahan sekecil apapun yang terjadi pada bayi.
Menurut Ketua Unit Kerja Koordinadi Kardiologi IDAI Dr. Rizky Adriansyah, Sp.A(K)., penyakit jantung bawaan kritis memang tidak selalu bergejala atau memiliki tanda-tanda.
Sehingga, jika orangtua mendapati gejala yang tidak biasa pada bayi meski sudah berusia 1 bulan, baiknya segera melakukan pemeriksaan.
"sebagai contoh saat lahir dikatakan sehat, kemudian waktu umur 1 bulan saat bayi imunisasi hepatitis B, diperiksa jantung ternyata detaknya abnormal padahal anaknya sehat-sehat saja. Jadi gejalanya hanya suara jantung tidak normal, itu salah satu pertanda," tambah Rizky.
Menurutnya pemeriksaan sangat penting untuk mendeteksi risiko penyakit jantung bawaan kritis meski bayi mengalami gejala yang tidak berat.(*)