Find Us On Social Media :

Bimbang di Tengah Polemik Vaksin Covid-19 Dosis Ketiga, Masyarakat....

WHO mengkritik program booster vaksin Covid-19.

GridHEALTH.id - Semenjak varian Omicron merebak diberitakan media, vaksin Covid-19 ketiga pun menjadi seksi sebagai bahan berita.

Banyak media yang mempublish berita mengenai vaksin Covid-19 dosis ketiga alais booster.

Dalam pemberitaan dari banyak media, banyak ragam isu, pendapatm dan statment yang dipublish.

Karenanya kita semua dibuat bimbang dengan tengah polemik vaksin Covid-19 ketiga.

Sebab untuk vaksin Covid-19 dosis ketiga ini tidak sedikit pula yang tidak setuju.

Untuk diketahui, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), dosis vaksin Covid-19 letiga alias booster merupakan dosis vaksin yang diberikan pada seseorang yang telah memiliki perlindungan yang cukup setelah vaksinasi, tetapi kemudian menurun setelah jangka waktu tertentu.

Dosis booster ini juga diberikan pada beberapa vaksinasi lainnya, seperti cacar air, tetanus, dan campak.

Sejatinya Vaksin Covid-19 Dosis Ketiga

Baca Juga: 6 Penyakit Infeksi Kelamin Pria dan Gejalanya yang Sering Terjadi, Salah Satu Penyebabnya Gigitan Kutu

Dosis booster berbeda dengan dosis tambahan atau additional dose.

Dosis tambahan diberikan pada orang-orang yang mengalami gangguan kekebalan sedang hingga berat dan tidak membangun perlindungan yang cukup ketika pertama kali mendapatkan vaksinasi.

Hal ini dapat terjadi pada beberapa orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah dan pada vaksin COVID-19.

CDC juga merekomendasikan orang dengan gangguan kekebalan sedang hingga parah untuk menerima dosis tambahan (ketiga) dari vaksin mRNA COVID-19.

Tapi dosis ketiga vaksin Covid-19 ini ada pro dan kontra.

Kalau menurut penelitian, dosis ketiga vaksin Pfizer memang dapat meningkatkan perlindungan dari keparahan untuk orang-orang berusian 60 tahun ke atas.

hanya saja WHO, jika kita melihat secara global, pemberian dosis ketiga ini akan memperburuk ketidaksetaraan karena meningkatnya permintaan vaksin yang kian melangka

Di seluruh dunia, melansir amari.itb.ac.id, terdapat negara-negara yang tingkat vaksinasinya sangat rendah atau bahkan belum menerima vaksinasi.

Nah, di Indonesia sendiri, jumlah penduduk yang sudah mendapat vaksin dosis pertama dan kedua pun memiliki perbedaan lebih dari 10% dari target.

Baca Juga: Alhamdulillah, Mulai Sekarang Masuk Arab Saudi Tidaak Perlu Karantina, Jika Sudah 2 Kali Disuntik Vaksin Ini

Dikutip dari BBC, persentase penerima vaksin COVID-19 di negara Mesir dan Vietnam baru sekitar 2%.

Di sisi lain, varian virus korona yang tergolong variant of concern, seperti varian Delta, dapat muncul ketika cakupan vaksin rendah dan tingkat penularan di komunitas tinggi.

Jadi dengan pertimbangan ini, pasokan vaksin yang tersedia diharapkan diutamakan bagi mereka yang belum mendapatkan vaksinasi secara lengkap.

Selain itu, saat ini, bukti peningkatan efektivitas penggunaan vaccine booster masih terbatas dan kurang meyakinkan.

Pendapat WHO Prihal Vaksin Covid-19 Dosis Ketiga

WHO masih memantau situasi secara hati-hati untuk bisa merekomendasikan penggunaan vaksinasi dosis ketiga.

Meskipun demikian, banyak negara sudah meluncurkan booster, seperti Israel, Amerika Serikat, dan Dubai. Bagaimana dengan kebijakan di Indonesia?

Baca Juga: Mulai Hari Ini, Vaksin Covid-19 Lengkap Jadi Syarat Wajib Penumpang Pesawat Dari Bandara Soekarno-Hatta

Pada akhir Juli lalu, Kementerian Kesehatan merilis Surat Edaran (SE) Nomor HK.02.01/I/1919/2021 yang memuat ketentuan penggunaan vaksin dosis ketiga.

SE tersebut menyatakan bahwa vaksinasi dosis ketiga diberikan kepada SDM Kesehatan yang bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan yang telah mendapatkan dua dosis vaksinasi COVID-19 lengkap.

Selain itu, pemberian dosis ketiga ini dapat menggunakan jenis vaksin yang sama (Sinovac) ataupun berbeda (Moderna) dengan jarak pemberian antara dosis kedua selama tiga bulan.

Pemerintah Indonesia telah menerima hibah vaksin Moderna sebanyak 8 juta dosis. Vaksin Moderna ini direncanakan digunakan hanya sebagai booster bagi tenaga kesehatan dan masyarakat yang belum menerima vaksin.

Baca Juga: ELISA dari IPB Mampu Deteksi Keberhasilan Pembentukan Antibodi Pasca Imunisasi dan Pada Pasein Covid-19 Sembuh

Untuk masyarakat sendiri, Menteri Kesehatan Budi Sadikin menyampaikan bahwa booster direncanakan akan dimulai pada Januari 2022 ketika penerima vaksin telah mencapai target 206,8 juta penduduk.

Nasib Vaksin Covid-19 Sinovac

Disamping itu, vaksin booster Sinovac sempat disebut tidak efektif.

Namun, pihak Sinovac mengatakan hal yang sebaliknya. Yakni dosis ketiga disebut 'efektif dalam meningkatkan penetralan melawan strain Omicron'. Selain itu 94% penerima tiga dosis Sinovac menghasilkan antibodi penetralisir yang cukup.

Sayang Sinovac tidak merinci tingkat antibodi seperti apa yang dihasilkan oleh tiga dosis Sinovac. Nikkei Asia Review menyebut Sinovac tidak menanggapi permintaan komentar.

Di Indonesia, BPOM sedang ada uji coba untuk booster. Ini dilakukan secara homologous (tiga dosis dengan jenis yang sama) atau heterologous (dosis ketiga berbeda jenisnya dengan dua dosis pertama).

Sinovac jadi salah satu yang diujicobakan oleh Balitbangkes (Balai Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan) dengan Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Universitas Indonesia (UI).

Selain CoronaVac Sinovac, ada juga uji coba menggunakan vaksin primer (dua dosis awal) AstraZeneca. Keduanya diujicobakan dengan booster Sinovac, AstraZeneca dan Pfizer.

Pendapat yang menyatakan Sinovac tidak ampuh untuk melawan Omicron, ditemukan oleh penelitian dari University of Hong Kong (HKU) dan Chinese University of Hong Kong.

Baca Juga: Perbaiki Fungsi Liver Penyandang Diabetes, Konsumsi 4 Jenis Makanan Ini

Para peneliti menemukan vaksin booster dari jenis vaksin yang paling banyak digunakan di dunia tidak menghasilkan antibodi penetral virus yang cukup.

Sementara untuk dosis ketiga dari Pfizer dan BioNTech secara signifikan meningkatkan perlindungan untuk mereka sebelumnya telah mendapatkan dua dosis Sinovac.

Booster Pfizer disebut 'mencapai perlindungan optimal terhadap varian Omicron," kata Malik Peiris, profesor HKU yang juga memimpin penelitian, dikutip dari Nikkei Asia Review, Jumat (24/12/2021).(*)

Baca Juga: Horee Tahun Baru 2022 Sekolah Tatap Muka, Mumpung Sedang Libur Siap-siap, Ini Aturan dan Syarat Terbarunya