GridHEALTH.id - Cerita sedih datang dari penyandang gangguan bipolar juga Tiktoker cantik.
Dia adalah Afina Syifa, mahasiswi Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unpad-Bandung.
Setelah dinyatakan positif Covid-19, Afina Syifa mengalami alergi kulit serius dan langka yang dikenal dengan Steven Johnson Syndrome.
Nah, karena kondisinya ini Afina Syifa mengaku nyaris bunur diri karena depresi.
Dikatakan oleh Afina Syifa, dilansir dari PRbekasi (9/3/2022), Steven Johnson Syndrome adalah sindrom langka yang merupakan reaksi terhadap obat atau infeksi.
Menurut Dokter kulit yang menanganinya, alergi yang dialami oleh Afina adalah karena obat gangguan bipolar yang selama ini dikonsumsinya.
Alhasil, karena mengidap Steven Johnson Syndrome, Afina merasakah sakit di sekujur tubuhnya.
Tidak hanya itu, kulitnya pun hancur dan mengelupas bahkan sampai ke area wajah dan bibir.
Untuk diketahui, Afina Syifa yang merupakan penyintas bipolar disorder dan Borderline Personality Disorder (BPD).
Menurut Afina Syifa, dilansir dari Unpad.c.id (10/10/2022), “Kalau BPD adalah gangguan kepribadian, kalau bipolar adalah gangguan mood,” terangnya.
Benar, bipolar adalah gangguan mood yang memiliki dua fase, yaitu manik dan depresi.
Ketika berada di fase manik, penyintas bipolar mengaku merasa sangat senang dan bahagia.
“Aku punya energi banyak banget sampai dada aku tuh deg-degan dan kepala aku pusing banget,” cerita Afina.
Tapi saat datang fase depresi, Afina merasa sangat sedih hingga pernah berada di titik terendah dan dirawat rumah sakit jiwa.
“Tapi ketika aku ada di titik terendah, aku mikir ternyata aku dikasih kesempatan untuk hidup itu ada maknanya dan sebenarnya ada orang-orang yang sayang sama aku,” katanya.
Menurut Afina Syifa dirinya baru sadar mengalami gangguan kesehatan mental saat kuliah semester dua.
“Aku waktu itu masuk kelas terus aku ngerasa semua orang benci, gak suka sama aku. Tiba-tiba ada overthinking kayak gitu,” ujarnya.
Karena itu, Afina mengisolasi dirinya di kostnya selama tiga hari.
Baca Juga: Dua Tahun Pandemi, Mengapa Ada Orang yang Tidak Pernah Terinfeksi Covid-19?
“Selama tiga hari itu aku ngerasa gak berguna, gak ada yang sayang sama aku, bahkan orangtua pun aku ngerasa mereka gak sayang sama aku. Aku cuma bisa nangis tidur nangis tidur dan gak makan selama tiga hari,” tuturnya.
Setelah mendapat perawatan dan edukasi, kini Afina mengerti, asumsi bahwa tidak ada yang menyayangi dirinya adalah fase yang dibuat oleh fase depresi.
Saat itu, sempat terlintas di benak Afina bahwa solusi dari keadaannya yang sedang depresi adalah bunuh diri.
“Akhirnya aku langsung cari di google, how to kill myself without hurt myself,” ungkap Afina.
Namun, karena pernah mendapatkan kuliah tentang kesehatan mental, Afina tersadar ada sesuatu yang salah dengan kesehatan mentalnya.
“Akhirnya aku langsung cari psikolog Bandung, datang ke situ, daftar, dan cerita apa yang aku rasain,” tuturnya.
Psikolog yang menangani Afina kemudian memberi diagnosa bipolar disorder setelah sekitar satu minggu pemeriksaan.
Afina pun diberi treatment berupa obat dan terapi oleh psikolog dan psikiater.
“Kalau ada gejala apalagi ada indikasi menyakiti diri sendiri, itu harus pergi ke psikolog atau psikiater,” kata Afina.
Baca Juga: Jangan Dulu Digaruk, Ini 5 Hal yang Bisa Jadi Penyebab Telinga Terasa Gatal
Menurutnya, self-diagnose itu tidak baik karena kita tidak tahu bagaimana cara menanganinya.(*)
Baca Juga: Baking Soda Sebagai Antasida Alami Untuk Mengatasi Asam Lambung