Find Us On Social Media :

4 Aplikasi Oximeter Bisa Diandalkan, Beda Cara Kerja dengan yang Dijepit di Ujung Jari

Oximeter apps bisa digunakan, tapi tidak untuk menjadi patokan medis. Tetap harus gunakan oximeter medis.

GridHEALTH.id - Biasanya untuk mengukur tingkat saturasi oksigen menggunakan alat yang dinamakan oximeter.

Alat oximeter ini berbentuk kecil.

Cara menggunakannya dengan dijepitkan di ujung jari.

Alat oximeter ini proses kerjanya mengirimkan dua panjang gelombang cahaya yang berbeda melalui pemindaian ujung jari oleh sensor.Gelombang cahaya tersebut adalah merah (red light) dan infrared.

Hemoglobin, protein yang membawa oksigen ke dalam darah, menyerap lebih banyak infrared ketika membawa oksigen.Sebaliknya, jika tidak membawa cukup banyak oksigen maka menyerap lebih banyak cahaya merah.

Nah, dari situlah perangkat menghitung seberapa banyak oksigen yang bersirkulasi di dalam tubuh.Tapi kini sudah ada oximeter yang berbeda dengan alat biasa digunakan oleh medis.

Baca Juga: Percepat Pemulihan Pasien Covid-19 Dengan Makan 6 Buah Berikut Ini

Oximeter tersebut menggunakan teklologi digital berbasis apps. Jadi penggunaannya bisa dengan menggunakan android atau smartsphone. Tidak perlu berli alat lagi yang harganya kini ratusan ribu hingga jutaan.

Dilansir dari laman resmi fossbytes.com, berikut ini beberapa aplikasi yang dipercaya dapat mengukur saturasi oksigen dalam tubuh selama isolasi mandiri:

1. Aplikasi CarePlix Vitals

Aplikasi CarePlix Vitals merupakan aplikasi rintisan CareNow Healthcare yang dipercaya dapat mengukur satuan oksigen seseorang.

Pasalnya, saat dilakukan uji coba antara hasil aplikasi dan juga hasil oximeter yang diperoleh dari toko medis lokal.

Ditemukan bahwa aplikasi ini menunjukkan hasil yang cukup akurat selama setiap pengujian. Ini menggunakan senter belakang ponsel untuk mendeteksi level SpO2.

2. Aplikasi MFine

MFine merupakan aplikasi yang memungkinkan seseorang dapat mengecek kadar oksigen dalam tubuh yang bisa diunduh untuk android melalui play store.

Sebab dalam aplikasi ini dilengkapi dengan pemeriksa Spo2 terintegrasi dan masih dalam versi beta dalam artian perusahaan sedang meningkatkan teknologi Aplikasi tersebut.

Baca Juga: Hilangkan Wajah Kusam dengan Lendir Siput Agar Sehat dan Bercahaya

Untuk cara pemakaiannya sendiri aplikasi ini masih memanfaatkan kamera ponsel dan juga cahaya senter.

Dan pada saat dilakukan pengujian antara hasil dari aplikasi dan juga hasil oximeter yang diperoleh dari toko medis lokal maka ditemukan hasil yang mendekati antara keduanya meski dilakukan pengujian berulangkali.

3. Aplikasi Blood oxygen

Blood oxygen merupakan aplikasi yang bermanfaat untuk memantau tingkat oksigen darah serta detak jantung.

Untuk pemantauan SpO2, aplikasi akan meminta pengguna untuk memeriksa pola pernapasan melalui fungsi start/stop.

Tidak ada proses pendaftaran dan pengguna dapat menggunakannya secara langsung.

Setelah tes pernapasan, ini memberikan rentang yang mungkin tidak jelas bagi pengguna.

Aplikasi harus digunakan untuk referensi pribadi saja.

4. Aplikasi Pulse Oximeter Tracker

Baca Juga: 9 Makanan Tinggi Protein yang Baik Dikonsumsi Pasien TBC, Bisa Bantu Pemulihan

Sama dengan aplikasi lainnya, Pulse Oximeter Tracker merupakan aplikasi yang memungkinkan seseorang dapat melacak satuan oksigen dalam darah seseorang atau SpO2.

Aplikasi ini hanya memungkinkan penggunanya untuk melacak data yang direkam secara teratur dan tidak untuk memantau kadar oksigen.

Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik pengguna harus menambahkan data ke platform secara manual yang dapat dilihat dalam tampilan statistik yang rapi.

Uji Coba Oximeter Berbasis Aplikasi

Pertanyaannya, apakah hasil pengukuran saturasi oksigen menggunakan aplikasi oksimeter di ponsel bisa dijadikan patokan?

KompasTekno menjajal aplikasi O2 Meter yang dikembangkan oleh Animesh Jana.

Aplikasi ini sudah diunduh lebih dari 100.000 kali, dan mendapatkan rating 4.0.

Ketika dijajal, pengguna hanya perlu meletakkan jari telunjuk di kamera belakang ponsel.

Kemudia klik "start" supaya aplikasi bisa mengukur saturasi pengguna melalui kamera tadi. Setelah menunggu beberapa saat, aplikasi akan memberikan hasil pengukuran saturasi dalam darah.

Percobaan dilakukan sebanyak dua kali, mengukur saturasi oksigen dengan menggunakan jari telunjuk tangan kanan dan kiri.

Baca Juga: 5 Trik Simpel Untuk Mengatasi Asam Lambung yang Sering Kumat

Keduanya memberikan hasil yang sama, yakni saturasi oksigen normal di rentang 99 persen.

Oh iya, aplikasi O2 Meter ini tak hanya menyediakan pengukuran saturasi oksigen darah saja, melainkan juga pengukuran detak jantung, frekuensi pernapasan, tekanan darah, hingga semua tanda vital.

Disclaimer dari Pengembang Oximeter Berbasis Aplikasi

Meski menyediakan berbagai macam pengukuran yang berkaitan dengan kondisi kesehatan seseorang, pengembang aplikasi O2 Meter telah memberikan disclaimer (peringatan) penggunaan aplikasinya itu.

Salah satunya ialah untuk tidak menjadikan hasil pengukuran dari aplikasi O2 Meter sebagai patokan utama.

"Aplikasi kami tidak diuji atau diverifikasi, jadi akurasi mungkin berbeda pada beberapa perangkat," tulis Animesh Jana selaku pengembang aplikasi O2 Meter di Google Play Store.

Tak hanya itu, pengembang juga memperingatkan pengguna bahwa aplikasi O2 Meter ini tidak dimaksudkan untuk digunakan dalam mendiagnosis kondisi apapun, atau juga tidak ditujukan untuk mencegah penyakit apapun.

"Aplikasi kami tidak boleh digunakan sebagai perangkat atau produk medis. Konsultasikan dengan dokter, jika Anda memerlukan keperluan medis," tulis Animesh Jana.

Beberapa aplikasi oksimeter lainnya juga memberikan disclaimer yang mirip. Misalnya, Pulse Oximeter. Saat dijajal, aplikasi ini tidak memanfaatkan kamera untuk mengukur saturasi oksigen, seperti aplikasi O2 Meter.

Aplikasi Pulse Oximeter menggunakan metode tahan napas selama mungkin, semampu pengguna.

Baca Juga: Orang Dengan 8 Kondisi Ini Berisiko Mengalami Infeksi Tulang Osteomielitis

Pengguna diarahkan menekah tombol "start" untuk memulai tahan napas, dan menekan tombol lanjutan bila sudah tidak kuat.

Nah, dari situlah aplikasi Pulse Oximeter menyajikan hasil pengukuran saturasi oksigen pengguna.

Saat hasil pengukuran muncul, aplikasi memberikan peringatan bahwa hasil pengukuran menggunakan aplikasi Pulse Oximeter hanya berupa estimasi.

"Hasil aplikasi hanya rekomendasi estimasi dan tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis nilai saturasi oksigen, yang tepat," tulis Pulse Oximeter.

Uji Coba yang Dilakukan Dokter

Mengenai oximeter berbasis aplikasi ini, Direktur kantor kedokteran Universitas Alabama di Sekolah Kesehatan Birmingham, Walter Schrading, bersama koleganya, pernah mengevaluasi kinerja tiga aplikasi oksimeter pada 2019.

Hasilnya, aplikasi-aplikasi itu tidak cukup meyakinkan untuk mengidentifikasi orang yang tidak memiliki cukup oksigen.

Menurut Schrading, meskipun aplikasi tersebut bisa melakukan pemeriksaan oksimetri, tapi hasilnya tidak akurat, terutama jika kadar oksigen dalam darah sudah sangat rendah.

Orang yang sebenarnya memiliki kadar oksigen rendah, bisa saja disebut "normal" oleh aplikasi.

"Mereka (aplikasi pemeriksaan oksimetri) tidak bekerja dengan baik ketika Anda benar-benar membutuhkannya untuk melakukan pemeriksaan, saat kadar oksigen Anda sudah sangat rendah," jelas Schrading.

Baca Juga: 4 Pilihan Obat Diare untuk Ibu Menyusui, Aman Tanpa Efek Samping

Karenanya Schrading mengatakan, mengandalkan aplikasi untuk mengecek level oksigen dalam darah secara mandiri bisa berakibat fatal.

Di beberapa penelitian lain, aplikasi pemeriksaan oksimetri di gadget juga disarankan untuk tidak dijadikan acuan utama.

Misalnya, seperti penelitian yang diterbitkan oleh Center for Evidence-Based Medicine Universitas Oxford.

Dalam penelitian itu disebutkan beberapa alasan mengapa aplikasi pemeriksaan oksimetri di gadget sebaiknya tidak dijadikan acuan utama.

Pertama, kumpulan data atau dataset yang diujikan tidak menyertakan berbagai macam jenis kulit.

Kedua, dataset yang diuji mencakup kisaran saturasi oksigen yang terbatas. Sebagian besar berada pada kisaran normal, yakni 95-100 persen.

Sementara oksimeter yang digunakan secara klinis harus mencakup saturasi oksigen 70 persen hingga 100 persen.

Ketiga, tidak ada dataset independen yang menguji akurasi aplikasi.

"Saturasi oksigen yang diberikan oleh teknologi seperti itu (aplikasi di smartphone atau smartwatch) sebaiknya tidak dipercaya," tulis penelitian tersebut.

Baca Juga: Cara Mudah Turunkan Berat Badan di Usia 50 Tahun, Lakukan Saja Hal Ini

Kita pun harus paham, smartphone rata-rata hanya memiliki cahaya putih (white light).

Sehingga, smartphone tidak bisa memeriksa secara akurat, dilansir dari The Verge (2/7/2021).(*)