Angka peroksida menunjukkan tingkat kerusakkan minyak karena oksidasi.
Nah, tingginya angka peroksida menujukkan telah terjadi kerusakan pada minyak tersebut dan minyak akan segera mengalami ketengikan serta sudah mengalami oksidasi.
Minyak goreng curah cenderung terpapar oksigen dan cahaya yang lebih besar dibanding minyak kemasan.
Sebab, distribusinya yang tidak menggunakan kemasan sehingga lebih mudah terpapar.
Paparan oksigen, cahaya, dan suhu tinggi merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi oksidasi.
Diberitakan Kompas.com, 12 Desember 2021, Kemendag sebelumnya merencanakan larangan penjualan minyak goreng curah yang akan mulai berlaku 1 Januari 2022.
Namun, larangan itu tak jadi terlaksana.
Baca Juga: Tips Anti Lemas Saat Vaksinasi Covid-19 di Bulan Puasa, Ini Caranya
Pemerintah membatalkan larangan penjualan minyak goreng curah mulai akhir 2021 setelah melakukan pertimbangan yang panjang dan matang.
Alasan dibatalkannya pelarangan penjualan minyak goreng curah adalah untuk memberikan kemudahan dan kesempatan bagi usaha mikro kecil menengah (UMKM) dalam menjalankan usahanya, khususnya kemudahan mendapatkan minyak goreng dengan harga terjangkau.
Hasil Penelitian Minyak Goreng
Melansir Jurnal Kesehatan Poltekkes Palembang (30/7/2018), dalam penelitian pra- eksperimental. Sampel minyak goreng diambil secara acak berdasarkan tingkatan harga.