Salah satu bahan baku pembuatan PC adalah Bisphenol-A (BPA).
Kemasan berbahan PC dapat mengandung BPA sisa dari proses produksi dan juga dari proses degradasi PC selama pemakaian.
BPA terindikasi menyebabkan gangguan fungsi hormon dan penyakit kronis seperti kanker.
BPA dari wadah PC dapat berpindah ke dalam air/makanan dengan laju perpindahan bergantung pada pH, waktu kontak, dan temperatur kontak.
Uni Eropa telah memperketat kadar BPA dalam makanan dari 0.6 mg/kg makanan menjadi 0.05 mg/kgmakanan pada tahun 2018.
PET dibuat dari bahan baku asam tereftalat (TA) dan etilen glikol (EG) dengan bantuan katalis berbasis antimon (Sb), Germanium (Ge), atau Titanium (Ti).
Baca Juga: Hanya Beberapa Menit Setalah Lahir, 4 Bayi Kembar Ibu Muda Usia 22 Tahun Meninggal
Bahan-bahan tersebut dapat terkandung di dalam kemasan PET sebagai sisa dari proses produksi dan degradasi PET selama pemakaian.
Berdasarkan regulasi Uni Eropa kadar EG, TA, dan Sb maksimum di dalam makanan adalah 30 mg/kg, 7.5 mg/kg, dan 0.04 mg/kg.
"Bahaya spesifik dari kemasa PET belum banyak dieksplorasi, namun ada indikasi kandungan logam Antimon dari sisa proses produksi PET dapat menyebabkan gangguan hormon," papar Prof Akhmad Zainal Abidin, menegaskan.
Untuk diketahui, Etilen glikol (EG) juga dapat digolongkan sebagan bahan berbahaya jika melebihi kadar tertentu.
Gejala-gejala awal pada keracunan EG meliputi muntah dan sakit perut.
Gejala-gejala yang dapat timbul belakangan adalah berkurangnya tingkat kesadaran, sakit kepala, dan kejang.
"Dampak jangka panjangnya bisa berupa gagal ginjal atau kerusakan otak" tandas Prof Akhmad Zainal Abidin.(*)
Baca Juga: Berbuka Dengan Air Nabeez, Ini Beragam Khasiat yang Bisa Didapat