Find Us On Social Media :

Juni Hari Isi Ulang Sedunia, Greenpeace Kampanyekan Pemakaian Guna Ulang

Sampah plastik air minum menjadi perhatian kelangsungan bumi.

Hal itu karena memang industri Indonesia saat ini, daur ulangnya baru fokus hanya pada PET dan belum jenis plastik yang lain.

Padahal, kata Uso, jenis plastik yang lain sangat banyak bahkan yang paling banyak jenis plastik yang disebut problematic unnecessary packaging atau plastik yang multilayer."Yang multilayer, yang fleksibel, yang kecil-kecil itu yang menjadi persoalan kita. Jadi, ketika bicara kemasan sampah AMDK, perlu kami tegaskan apapun jenis plastiknya, baik PC, PET atau jenis lain, kami ingin memastikan produsennya harus bertanggung jawab untuk menarik lagi untuk didaur ulang jika dirancang untuk sekali pakai. Itu yang ingin kami tegaskan,” tutupnya.

Penting juga diingat, berdasarkan data olahan dari Asosiasi Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan Indonesia (ASPADIN) dan lembaga riset AC Nielsen, produk AMDK menyumbang 328.117 ton dari 11,6 juta ton sampah plastik sepanjang tahun 2021.

Fakta data tersebut bagi lingkungan tentu menakutkan. Paslanya sampah plastik sangat sulit diolah dan terurai oleh tanah.

Pada akhirnya dapat merusak tanah, mencemari tanah dan sumber air tanah.

Sebab sampah plastik itu sulit untuk dihancurkan atau dimusnahkan.

Jika sampah plastik dibakar, bisa menghasilkan asap beracun yang berbahaya bagi kesehatan yaitu jika proses pembakarannya tidak sempurna, plastik akan mengurai di udara sebagai diloksin, senyawa ini sangat berbahaya jika terhirup manusia.

Dampaknya akan memicu penyakit kanker, hepatitis, pembengkakan hati, gangguan sistem saraf dan memicu depresi.

Baca Juga: Cedera Vagina dan Patah Tulang Bisa Dialami Korban Pemerkosaan

Selain itu sampah plastik pun menyebabkan bahaya kesehatan dunia, yaitu mikroplastik.

Dilansir dari New York Post, diketahui bahwa manusia menelan setidaknya 5 gram mikroplastik setiap minggunya. Jumlah itu sendiri sama dengan sekitar sebuah kartu ATM.

Temuan ini diketahui berdasar sebuah penelitian yang dilakukan oleh University of Newcastle, Australia dan World Wildlife Fund for Nature (WWF).

Jadi mana yang harus kita dukung, guna ulang atau sekali pakai?(*)

Baca Juga: Dokter Erlina Burhan: Subvarian BA.4 dan BA.5 Berisiko Menginfeksi Ulang Penyintas Covid-19