GridHEALTH.id - Cacar monyet menjadi salah satu penyakit yang hingga saat ini masih terus mendapatkan perhatian khusus di dunia, termasuk di Indonesia.
Per 27 Juli 2022, Indonesia masih mengabarkan nol kasus cacar monyet, namun tetap mewaspadai dan melakukan berbagai pencegahan, hingga pengenalan mengenai gambaran klinis dari cacar monyet untuk meningkatkan kesiapan menghadapi berbagai risiko.
Negara tetangga Indonesia, yakni Singapura dan Australia telah melaporkan kasus positif cacar monyet, maka dari itu sudah sebaiknya bagi masyarakat Indonesia untuk mengenali lebih jauh mengenai gambaran klinis, cara penyebaran, komplikasi, dan segala hal tentang cacar monyet, sebagai sebuah langkah pencegahan.
Kemenkes melalui konferensi pers secara virtual kepada media pada Rabu (27/07/2022) telah memberikan penjelasan lengkap mengenai gambaran klinis dari cacar monyet yang harus diketahui masyarakat sebagai upaya pencegahan.
Gambaran Klinis Cacar Monyet - Cacar monyet pertama kali muncul pada monyet dengan cacar dan saling menularkan di Denmark pada tahun 1958, namun sejak tahun 1970 cacar monyet pertama kali menularkan ke manusia di Republik Kongo dan dinyatakan sebagai endemi di negara-negara Afrika bagian barat dan tengah dan penularannya telah terjadi pada manusia.
Beberapa hewan yang dinyatakan rentan terhadap penularan cacar monyet adalah tupai tali, tupai pohon, tikus berkantung Gambia, dormice, primata non-manusia, dan spesies lainnya.
Kasus cacar monyet kembali menjadi perhatian setelah pada bulan Mei lalu, Inggris kembali melaporkan adanya penemuan kasus baru cacar monyet dan mengalami peningkatan kasus di bulan Juli pada 75 negara di dunia.
Berdasarkan kasus yang terjadi saat ini, cacar monyet umumnya menjangkit kelompok usia 15-40 tahun, dengan 939 kasus mengenai pria di seluruh dunia.
Gejala Khas Cacar Monyet - Cacar monyet dapat dikenali melalui berbagai macam gejala, dengan gejala khasnya adalah demam tinggi di atas 38 derajat celcius, limfadenopati yaitu benjolan di leher atau kelenjar leher, sakit kepala berat (sefalgia), dan ruam.
Baca Juga: Gejala Cacar Monyet Berubah, Hati-hati Jika Temukan Lesi di Bagian Tubuh Ini
Ruam yang muncul akan terbentuk seperti cacar yang dimulai dari wajah dan menyebar pada bagian tubuh lainnya.
Cara Penyebaran Cacar Monyet - Penyakit cacar monyet bertransmisi melalui berbagai cara, bisa dari hewan ke manusia maupun dari manusia ke manusia.
Transmisi dari hewan ke manusia terjadi dari gigitan, luka cakar, dan konsumsi daging hewan yang terkontaminasi, khususnya pada binatang pengerat.
Sedangkan, cacar monyet dapat menyebar dari manusia ke manusia melalui kontak langsung, saluran napas, dan inokulasi.
Kontak langsung bisa melalui darah, cairan tubuh, lesi kulit atau mukosa, kemudian melalui saluran pernapasan melalui kontak erat dalam waktu yang lama, penelitian lebih lanjut masih dicari tahu secara pasti terkait kemungkinan adanya penularan melalui air mani atau cairan vagina.
Cacar monyet dapat dicegah dengan pola hidup bersih dan rajin menjaga kebersihan tangan serta cegah kontak dengan hewan penular yang bergejala dan manusia yang terkontaminasi.
Cara Mendeteksi Cacar Monyet - Untuk mengetahui seseorang positif cacar monyet, maka akan dilakukan tes darah melalui pemeriksaan RT-PCR dengan jenis swab nasofaringeal, swab vesicular lesi dan serum.
Indonesia sendiri telah menyiapkan alat tes ini dan sudah bisa dilakukan di laboratorium yang ada di seluruh Indonesia.
Pengobatan Cacar Monyet - Cacar monyet sendiri digolongkan sebagai penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya selama 2 hingga 4 minggu sejak terkonfirmasi positif.
Baca Juga: Persiapan Hadapi Ancaman Cacar Monyet di Indonesia, Kemenkes: Tak Perlu Sepanik Covid-19
Pengobatan penderita cacar monyet dapat menggunakan obat jenis tecoviramat, berdasarkan saran yang telah disetujui oleh WHO.
Selain pemberian obat tecoviramat, pengobatan cacar monyet juga bisa dilakukan dengan pemberian vaksin, dua jenis vaksin yang direkomendasikan oleh CDC adalah JYNNEOS dan ACAM2000.
Namun baik obat dan vaksin dari cacar monyet yang sudah disetujui penggunaannya di dunia, belum tersedia di Indonesia.
Komplikasi Cacar Monyet
Meskipun cacar monyet dikenal sebagai penyakit yang dapat sembuh sendirinya dan tingkat kematian 0-11%, namun untuk beberapa golongan rentan penyakit cacar monyet juga memiliki risiko komplikasi.
Kelompok rentan cacar monyet adalah anak-anak, orang dewasa dengan usia 40-50 tahun, dan penderita imunocompromissed.
Beberapa komplikasi yang mungkin muncul dari cacar monyet dan perlu diawasi lebih lanjut adalah infeksi sekunder, bronkopneumonia, sepsis, ensefalitis, infeksi kornea yang menyebabkan kebutaan.
Sebagai informasi tambahan, Indonesia telah melakukan tes kepada 9 suspek penderita cacar monyet dan hasilnya dinyatakan negatif.
Melihat kondisi ini, meskipun Indonesia tidak memiliki kasus positif hingga hari ini (28/07/2022), namun pemerintah selalu mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dengan mengenali penyakit cacar monyet dan menjaga kebersihan diri.
Baca Juga: 5 Aktivitas yang Dilarang Dilakukan dengan Penderita Cacar Monyet, IDI; Termasuk Seks