GridHEALTH.id - Kehamilan adalah suatu momen yang sangat dinantikan oleh banyak pasangan suami istri yang sudah menikah. Termasuk, pasangan yang sudah menikah lebih dari satu tahun.
Sayangnya, infertilitas mempengaruhi jutaan pasangan di seluruh dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikannya sebagai kegagalan untuk mencapai kehamilan setelah 12 bulan atau lebih mencoba untuk hamil tanpa menggunakan alat kontrasepsi .
Untuk wanita di atas 35 tahun, pasangan harus menemui dokter setelah mencoba hamil selama enam bulan.
Banyak faktor berbeda yang memengaruhi kemampuan pasangan untuk hamil, termasuk proses biologis alami dalam tubuh pria dan wanita.
Tetapi faktor gaya hidup, seperti indeks massa tubuh yang tinggi (kegemukan), stres, merokok, asupan kafein dan alkohol serta paparan polutan lingkungan, juga berperan.
Sebuah data menunjukkan bahwa pasangan infertilitas di Indonesia meningkat setiap tahunnya.
Pendataan Keluarga (PK21) oleh BKKBN dari hasil pasangan usia subur 2021 tercatat adalah 39,6 juta pasangan. Sepuluh persen atau sekitar 3,4 juga mengalami masalah kesuburan.
Sedangkan BPJS mencatat pasangan usia subur di Indonesia, 10%nya mengalami infertulitas atau ada 4,6 juta pasangan yang mempunyai tantangan untuk mendapatkan keturunan.
Di Indonesia ada yang disebut Konsensus Penanganan Infertilitas oleh berbagai kumpulan yang terkait dengan infertilitas.
Kumpulan yang terkait itu adalah Himpunan Endokrinologi Reproduksi dan Fertilitas Indonesia (HIFERI), Perhimpunan Fertilisasi In Vitro Indonesia (PERFITRI), Ikatan Ahli Urologi Indonesia (IAUI) dan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI).
Dari hasil konsensus pada 2013 diketahui, sepertiga kasus terjadi pada infertilitas wanita, sepertiga pria, dan sepertiganya lagi adalah unknown factor (faktor yang tidak diketahui). Jadi sebenarnya berimbang faktor infertilitas antara pria dan wanita.
Kabar baiknya, masalah infertilitas ini dapat ditangani salah satunya dengan bayi tabung. Dan sudah cukup banyak pasangan yang memberanikan diri untuk ikut program bayi tabung atau program IVF (in vitro fertilization).
Baca Juga: Anak Hasil Bayi Tabung Akan Memiliki Masalah Kesehatan Sepanjang Hidup Cuma Mitos
Baca Juga: 8 Titik Pijat Akupresur Untuk Mengusir Hidung Tersumbat Akibat Sinus
Penting diketahui bahwa di Indonesia, sudah tersebar 51 klinik IVF yang siap membantu pasangan untuk mewujudkan impiannya mempunyai keturunan.
Teknologi yang diaplikasikan pun tidak jauh berbeda dengan negara-negara maju lainnya. Fasilitas IVF yang ada di Indonesia ini sama dengan negara-nagara lain.
Tapi masih banyak pasien yang keluar negeri karena menyangka standar pelayanannya lebih baik.
Padahal standar pelayanan dan tingkat keberhasilan IVF di Indonesia cukup tinggi. Karena pengawasannya cukup ketat dari pemerintah, PERFITRI, dan POGI.
Teknologi yang diaplikasikan pun tidak jauh berbeda dengan negara-negara maju lainnya. Ini ada data, tingkat keberhasilan kehamilan (pregnancy rate) yang sedang menjalani IVF di Indonesia sudah setara di Eropa.
"Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan dokter, standar pelayanan di kliniknya, infrastuktur dan fasilitasnya, serta teknologinya, sudah bisa mengimbangi negara-negara maju. Ini tentu berita gembira dan menjadi solusi bagi pasangan yang ingin mendapakan keturunan,"jelas Evie Yulin, Presiden Direktur PT Merck Tbk dalam wawancara eksklusif dengan GridHEALTH.id pada 14 Agustus 2022.
Menurut Evie, Merck telah memberikan kontribusi dengan membantu dibentuknya PERFITRI, serta mendorong pelayanan IVF di Indonesia berkembang lebih baik.
"Merck berkontribusi dalam hal edukasi. Karena prevalensinya cukup besar mereka yang infertil. Sepuluh hingga 15 %. Melihat angka ini Merck ingin fertilitas di Indonesia tertangani dengan baik.
Yang pertama kita membantu para ahli dan klinik infertilitasnya. Kita juga mengedukasi masyarakat. Bersama-sama membangun kepercayaan publik terhadapa layanan kesehatan lokal," lanjut Evie.
Merck secara global, termasuk Indonesia adalah market leader dalam pasar infertilitas. Di Indonesia, Merck sudah mendukung banyak pasangan di Indonesia untuk mendapatkan kesuburan.
"Di Indonesia, Merck sudah 15 tahun mendukung pengembangan infertilitas di Indonesia. Merck selalu melakukan inovasi dalam bidang teknologi. Kita mengedukasi terutama dalam hal perawatannya agar sesuai dengan kebutuhan pasien.
Misalnya kita melakukan standarisasi proses, bekerja sama dengan kliniknya, lalu mengintegrasi semua informasi dan data selama perawatan IVF untuk memastikan keberhasilannya."
Baca Juga: Mari Berlomba Jadi Kaya, Penelitian Menyebutkan Orang Kaya Lebih Panjang Umur!
Baca Juga: Menyandang Diabetes Bisa Berisiko Timbulnya 3 Gangguan Penglihatan Ini
Data menarik, dalam dua tahun terakhir, inovasi produk fertilitas yang dimiliki Merck ini telah berhasil membantu kelahiran lebih dari 6000 bayi di Indonesia. Ini diambil dari data PERFITRI.
Dalam hal edukasi dan mendukung keberhasilan bayi tabung, Merck telah mengadakan ratusan pertemuan, baik langsung maupun webinar, dengan para dokter, ilmuwan, klinik dan komunitas yang berkepentingan pada program infertilitas dan bayi tabung.
Kertelibatan ahli fertilitas sudah ada sekitar 9900 dan ada 3000 peserta yang join dengan webinar Merck. Dari komunitas sendiri, ada 100 ribu yang bergabung di instagram.
"Sebagai tanggungjawab korporat, Merck meng-update dokter, mengembangkan teknologi dari IVF center-nya.
Merck adalah piooner di bidang ini sehingga kami bertanggungjawab untuk memberikan edukasi yang relevan terhadap dokter dan juga klinik dan masyarakat tentang solusi infertilitas. Atau kepada awam dan pasien yang mengalami masalah infertilitas.
Kita terus berkolaborasi, dan ternyata kolaborasi kita dengan komunitas berjalan dengan baik. Yang tadinya mereka tidak tahu atau harus kemanan, sekarang mereka akhirnya menjadi tahu yang berarti awarenessnya meningkat."
Dengan tingkat keberhasilan yang sama dengan negara maju, Evie berharap pasien tidak perlu lagi ke luar negeri dalam rangka ikhtiar menjalankan bayi tabung.
"Kalau dilakukan di Indonesia, setidaknya kita tidak perlu mengeluarkan biaya akomodasi dan transportasi."
Ditanya tentang anggapan selama ini bahwa menjalankan program bayi tabung masih mahal, Evie menjalankan, mahal tidaknya tergantung pada kondisi awal sejak awal kedatangan ke dokter, dan dokter tentunya akan menentukan apa yang diperlukan sesuai kondisi pasien.
"Komponen obat hanya 30% dari serangkaian biaya. Yang jelas biaya pemeriksaannya macam-macam, semakin tua usia pasangan, semakin banyak pemeriksaan yang harus dilakukan dan yang tentunya memakan biaya yang lebih banyak."
Tentu selain obat-obatan banyak hal yang mendukung keberhasilan bayi tabung, seperti disiplin pasien, dukungan keluarga, dan treatment yang dilakukan.
"Yang jelas Merck selalu mendukung dengan cara memberikan edukasi. Baik ke dokter dengan update knowlegde, dan pasien agar mendapatkan treatment yang tepat dengan harapan mimpinya punya anak terwujud.
Baca Juga: Penyandang Diabetes Sering Terbangun Dini Hari, Ini Penyebabnya
Baca Juga: 3 Makanan Sehari-hari Yang Dapat Meningkatkan Kolagen Di Kulit
Kita juga melakukan inovasi pada alat-alat yang harus digunakan pasien, sehingga mereka lebih nyaman saat melakukannya.
Juga mengeluarkan produk yang harus dipakai pasien dalam bentuk slim pack sehingga lebih kecil kemasannya. Seperti pena injeksi hormon, dan mengurangi jejak karbon hingga 33%.
Jadi selain bicara keberhasilan terapi, kita juga bicara tentang sustainabilty. Sehingga kita memberi peran yang baik terhadap lingkungan."
Merck juga mengembangkan digital ecosystem yang dapat membantu pasien agar lebih merasa terlibat dan lebih merasa dirawat dengan lebih baik selama dia menjalani proses terapi kesuburan tersebut. Sistem kesehatan digital memungkinkan dokter melakukan pemantauan jarak jauh.
"Merck saat ini terus melakukan inisiatif untuk menciptakan kesadaran dari publik, bahwa solusi infertilitas itu ada, dan semuanya ada di Indonesia dengan penanganan yang tepat.
Kami sebagai pemimpin pasar baik di Indonesia maupun di global, selalu memiliki komitmen, melalui beragam inovasi untuk terus dapat membantu impian semua pasangan yang ingin mendapatkan buah hati." (*)
Baca Juga: Mengenal Brittle Diabetes, Kondisi Labil Gula Darah Pada Penyandang Diabetes
Baca Juga: Diet Telur Rebus Berat Badan Berkurang Cepat, Waspadai 3 Risiko Ini