Find Us On Social Media :

Akibat Pengakuan Berubah-ubah, Putri Candrawati yang Terlibat Pembunuhan Brigadir J Akan Melalui Uji Kebohongan Lewat Lie Detector, Begini Cara Kerjanya

Putri Candrawati akan melalui uji kebohongan lewat lie detector.

GridHEALTH.id - Kasus pembunuhan Brigadir J yang dilakukan oleh Ferdy Sambo ternyata juga melibatkan istri Sambo, Putri Candrawati.

Dalam kasus ini, Putri Candrawati diketahui memberi keterangan yang berbeda-beda dalam setiap pemeriksaan sehingga penyidik menganggap Putri perlu melakukan uji kebohongan lewat lie detector.

Dalam bahasa indonesia lie detector diartikan sebagai pendeteksi kebohongan yang merupakan alat yang dipasangkanpada manusia dengan menggunakan mesin poligraf.

Lie detector sering digunakan dalam hal yang menyangkut hukum, terutama yang menyangkut tindakan kriminal. Penyidik sering menggunakan lie detector atau alat pendeteksi kebohongan guna mengungkap kebenaran yang sesungguhnya dalam beberapa kasus.

Tetapi lie detector juga bisa digunakan dalam rekruitmen kerja saat wawancara berlangsung, terutama untuk profesi tertentu.

Poligraf adalah perangkat yang mengumpulkan dan memungkinkan analisis respons fisiologis manusia melalui sensor yang secara fisik terhubung ke individu yang diperiksa oleh sistem ini.

Alat ini awalnya ditemukan pada awal 1902. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, lie detector sudah memiliki banyak versi yang lebih modern dan lebih canggih.

Seperti namanya lie detector atau pendeteksi kebohongan, ia berfungsi mendeteksi kebohongan seseorang lewat alat-alat vital seperti seperti detak jantung, pernapasan, dan kulit.

Melalui sensor-sensor yang menempel di tubuh, penyelidik bisa menemukan ada tidaknya perubahan abnormal pada ketiga fungsi tubuh di atas.

Hasilnya bisa langsung tertera pada kertas grafis. Pemeriksaan melalui alat pendeteksi kebohongan umumnya berlangsung selama kurang lebih 1,5 jam dengan tingkar akurasi 90%.

Alat pendeteksi kebohongan pada dasarnya mendeteksi kebohongan dari sistem gelombang yang mencatat dan merekam reaksi seseorang ketika ia diberikan sejumlah pertanyaan secara berkelanjutan.

Bila seseorang berbohong, gelombang akan bergetar cepat. Sebaliknya jika seseorang jujur, gelombang tidak bergetar dengan cepat dan tidak terdeteksi oleh alat.

Baca Juga: Barbie Kumalasari dan Galih Ginanjar Dituding Sebagai Pasangan Tukang Bohong, Awas, Sering Bohong Rawan Terserang Penyakit!

Baca Juga: 7 Perubahan Gaya Hidup yang Harus Dilakukan Setelah Serangan Jantung

Seseorang yang akan diuji dengan alat pendeteksi kebohongan duduk di bangku. Di dalam ruangan interogasi hanya ada dua orang, yaitu penguji (forensic psychophysiologist) dan orang yang diuji.

Beberapa sensor yang terhubung dengan kabel-kabel pada alat lantas dipasang ditubuh orang yang akan diuji. Sensor tersebut antara lain ;

- Pneumograph untuk mendeteksi ritme nafas ditempelkan pada bagian dada dan perut

- Blood pressure cuff mendeteksi perubahan tekanan darah dan detak jantung ditempelkan pada bagian lengan atas

- Galvanic skin resistance (GSR) mendeteksi keringat terutama di daerah tangan ditempelkan pada jari-jari tangan.

Penguji kemudian memberikan beberapa pertanyaan kepada seseorang mengenai suatu topik, isu, atau kasus.

Baca Juga: Penyandang Diabetes Tipe 1 dan Tipe 2 Perlu Segera Vaksin Booster, Ini Prosedurnya

Baca Juga: Bukan Pertama Kali, Dunia Mencatat Kelompok Penolak Vaksin Sudah Ada Sejak Berabad Lampau, Ini Sejarahnya

Hasilnya berupa grafik yang memperlihatkan adanya reaksi yang tidak normal atau fluktuatif. Fluktuasi yang terbaca oleh alat poligraf akan menentukan seseorang berbohong atau jujur. (*)