"Penyebaran virus dari manusia ke manusia yang langka telah terjadi, tetapi belum berkelanjutan dan tidak ada penyebaran komunitas virus ini yang pernah diidentifikasi," lanjut staf kementerian tersebut.
Namun, flu burung sangat mematikan bagi manusia yang tertular, dengan tingkat kematian lebih dari 50% dalam kasus selama 15 tahun terakhir, yang jauh lebih mematikan bagi manusia daripada SARS (tingkat kematian 10%) atau virus corona baru (tingkat kematian 2% dalam wabah sejauh ini).
Melansir laman WebMD, penularan virus flu burung pada manusia umumnya terjadi jika ada kontak langsung manusia dengan hewan ternak utamanya unggas.
Bahkan beberapa orang terinfeksi flu burung setelah berenang atau mandi di air yang terkontaminasi kotoran burung yang terinfeksi.
Selain itu, di China, ada laporan infeksi melalui inhalasi bahan aerosol di pasar burung hidup.
Gejala flu burung pada manusia dapat bervariasi, bisa dimulai sebagai gejala seperti flu biasa hingga memburuk menjadi penyakit pernapasan parah yang bisa berakibat fatal.
Umumnya, gejala yang menyertai penderita flu burung, seperti batuk, demam lebih tinggi dari 38°C, sakit tenggorokan, nyeri otot, sakit kepala, sesak napas, mual, muntah atau diare.
Terlepas dari itu, kini pemerintah China kembali mengkaji ulang agar penularan virus flu burung dan virus corona semakin menyebar ke berbagai wilayah. (*)
Source | : | WebMD,Mayo Clinic,scmp |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Komentar