GridHEALTH.id - Masalah Nyeri Sendi Lebih Rentan Dialami Wanita, Ini Penyebabnya
Berbicara mengenai nyeri sendi, tahukah rupanya wanita jauh lebih rentan mengalami masalah kesehatan ini. Berikut penjelasannya.
Baca Juga: Surat Izin Keluar Masuk Jakarta Dihapus, Masyarakat Bisa Bikin SIKM Sendiri dengan CLM, Apa Itu?
Artritis atau biasa disebut nyeri sendi menjadi salah satu masalah kesehatan serius yang sering dialami hampir masyarakat di seluruh dunia.
Saat mengalami nyeri sendi, tak sedikit penderitanya akan merasa tersiksa dibuatnya.
Sebab ini terjadi biasanya ditandai dengan munculnya gejala-gejala seperti sendi terasa sakit, kaku, bengkak, yang mengakibatkan tubuh menjadi sulit untuk bergerak.
Tapi berbicara mengenai nyeri sendi, tahukah rupanya wanita jauh lebih rentan mengalami masalah kesehatan ini.
Bahkan saat wanita mengalami nyeri sendi, ia akan jauh menderita ketimbang pria.
Baca Juga: Studi: Penderita Psoriasis Juga Berisiko Alami Penyakit Sendi
Baca Juga: Bahu dan Leher Sering Kaku, Risiko Menderita Frozen Shoulder
Baca Juga: Surat Izin Keluar Masuk Jakarta Dihapus, Masyarakat Bisa Bikin SIKM Sendiri dengan CLM, Apa Itu?
Dilansir dari intermountainhealthcare.org, pria memang akan lebih cepat menderita radang sendi namun wanita akan lebih menyakitkan saat mengalaminya.
Artritis cenderung mempengaruhi persendian yang berbeda pada wanita dibandingkan pria.
Pada wanita artritis biasanya akan menyerang tangan dan lutut mereka.
Hal ini dikarenakan tendon wanita lebih elastis dan bergerak lebih banyak terlebih untuk mengakomodasi kelahiran sehingga rentan terhadap cedera.
Juga pinggul wanita yang lebih luas mempengaruhi keselarasan lutut dengan cara yang membuat mereka lebih rentan terhadap jenis cedera tertentu.
Selain itu hormon pada wanita mempengaruhi kerentanan nyeri sendi.
Perlu diketahui wanita memiliki hormon estrogen yang akan berkurang saat memasuki masa menoupause.
Baca Juga: CDC Terbitkan Panduan Terbaru saat Beraktivitas di Tempat Gym Agar Terlindung dari Infeksi Corona
Seiring dengan penurunan level itu peradangan akan meningkat sehingga mereka kerap mengalami artritis setelah berusia lebih dari 40 tahun.
Tapi para peneliti masih mencoba untuk mencari temuan rumit lainnya mengenai bagaimana hormon membentuk risiko artritis, dengan hubungan yang jelas antara usia pubertas, melahirkan anak dan penggunaan terapi penggantian hormon.
Yang membuat radang sendi semakin rentan juga adalah berat badan berlebih alias obesitas yang sering terjadi pada wanita.
Diketahui saat obesitas terjadi tekanan pada lutut akan semakin besar sehingga meningkatkan risiko artritis.
Baca Juga: Dampak Pengganian Istilah New Normal yang Salah, Ini Kata Ahli Epidemiologi
Baca Juga: Dampak Pengganian Istilah New Normal yang Salah, Ini Kata Ahli Epidemiologi
Keluarga memiliki riwayat radang sendi juga dapat meningkatkan risiko nyeri sendi pada usia yang sama dan pada persendian yang sama.
Selain artritis, wanita juga ternyata lebih rentan terkena Rheumatoid Arthritis (RA), yakni peradangan sendi akibat sistem kekebalan tubuh yang menyerang jaringannya sendiri.
Jenis radang sendi ini menimbulkan keluhan bengkak dan nyeri sendi, serta sendi terasa kaku.
Rheumatoid ini terjadi dipengaruhi oleh estrogen yang ada pada wanita karna hormon tersebut berpengaruh pada kondisi autoimun.
Baca Juga: Kepala Bappeda Jatim Meninggal Dunia, Khofifah Kehilangan ASN Terbaik Pemprov Jatim
Lebih lanjut estrogen berpotensi untuk menimbulkan sistem imun yang tidak baik, jadi yang harusnya normal menjadi tidak normal.
Autoimun sendiri merupakan kondisi di mana sistem imun salah mengenal dan justru menyerang jaringan tubuh sendiri.
Para ahli percaya ada dua alasan utama perbedaan gender dalam RA. Pertama, wanita mendapatkan penyakit autoimun dalam jumlah yang jauh lebih besar dari pada pria, lantaran diperkirakan sistem kekebalan wanita lebih kuat dan lebih reaktif.
Kedua, tampaknya hormon memengaruhi risiko dan flare RA.
Banyak wanita dengan RA yang hamil mengalami lebih sedikit atau tanpa gejala sama sekali, hanya untuk menemukan bahwa mereka muncul kembali setelah bayi lahir.
Dan menyusui mengurangi risiko mengembangkan RA, seorang wanita yang telah menyusui selama dua tahun telah mengurangi risiko dia akan mendapatkan kondisi hingga setengahnya.(*)
Baca Juga: Studi: Kekebalan Tubuh Penyintas Covid-19 Ternyata Cuma 3 Bulan
#berantasstunting
#hadapicorona
Source | : | intermountainhealthcare.org |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar