GridHEALTH.id - Desas-desu mengenai masuknya varian baru virus corona Inggris ke Indonesia tak ayal membuat masyarakat panik.
Pasalnya, varian baru virus corona Inggris kabarnya lebih menyebar dan menular.
Namun di balik itu, varian baru virus corona Inggris dikabarkan bisa menyebabkan hasil tes Covid-19 negatif palsu.
Bahkan, untuk mendeteksi keberadaan varian baru virus corona Inggris ini diperlukan biaya yang cukup mahal hingga Rp 15 juta.
Baca Juga: Kasus Positif Terus Bertambah, 80% Penularan Covid-19 Terjadi Pada Orang Tanpa Gejala
Dikutip dari Kompas.com, peneliti genomik molekuler dari Aligning Bioinformatics dan anggota konsorsium Covid-19 Genomics UK, Riza Arief Putranto menyatakan, prediksi tersebut diperkuat dengan lamanya jeda kemunculan varian baru virus tersebut dengan diambilnya kebijakan larangan masuknya WNA oleh pemerintah Indonesia.
Varian baru virus corona ini muncul lewat pemberitaan pada September 2020.
Sedangkan larangan masuknya WNA baru diterapkan pada 1 Januari.
Dengan adanya jeda waktu selama 3-4 bulan, memungkinkan adanya sejumlah orang yang bepergian dari Inggris lalu masuk ke Indonesia dan terinfeksi varian bari virus tersebut.
Terlepas dari itu, dilansir dari Reuters, FDA telah memberi tahu staf laboratorium dan penyedia layanan kesehatan tentang kemungkinan hasil negatif palsu dari paparan varian baru virus corona Inggris.
FDA juga meminta mereka untuk mempertimbangkan hasil itu serta menggunakan tes berbeda jika masih dicurigai.
Sementara itu, Wakil Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Herawati Supolo Sudoyo juga menilai bahwa perlu adanya penelitian khusus untuk mendeteksi keberadaan varian baru virus ini.
Pasalnya, varian baru ini memiliki 17 mutasi dan 6 di antaranya di protein spike (paku).
Untuk itu, guna mendeteksi keberadaan varian baru B117 ini harus dilakukan analisis pengurutan total genomnya.
”Kalau analisis PCR biasa hasilnya bisa tidak konklusif, jadi tidak ada jalan lain selain WGS (whole genome sequencing),” katanya.
Namun perlu diketahui, untuk menganalisis sekunes genom, membutuhkan biaya tidak murah.
Menurut Herawati, untuk 20 spesimen saja butuh biaya sekitar Rp 300 juta atau sekitar Rp 15 juta per spesimen.
”Sejauh ini Eijkman telah melakukan analisis WGS 40 genom, dan menargetkan melakukan analisis terhadap 1.000 spesimen,” katanya. (*)
View this post on Instagram
#hadapicorona
Source | : | Kompas.com,Reuters |
Penulis | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Editor | : | Nikita Yulia Ferdiaz |
Komentar