GridHEALTH.id - Saat ini sudah cukup banyak kandidat vaksin penawar virus corona (Covid-19) yang dikembangkan oleh beberapa perusahaan di dunia.
Salah satu perusahaan yang terdepan mengembangkan vaksin Covid-19 adalah Sinovac Biotech.
Diketahui terdapat beberapa negara yang menggunakan vaksin Sinovac untuk program vaksinasi, diantaranya seperti Brazil, Turki, Chile, Singapura, Filipina, dan Indonesia.
Baca Juga: Karena Hal Ini, Vaksin Pfizer Dianggap Tidak Cocok Digunakan di Indonesia
Namun seiring berjalannya vaksinasi, tak sedikit pihak yang meragukan keefektifan dan keamanan vaksin dari perusahaan China tersebut.
Bahkan terbaru, para ahli di Jepang tak segan membeberkan minus atau kelemahan dari vaksin Sinovac.
Menurut para ahli kelemahan inilah yang juga menjadi alasan mengapa sampai sekarang Jepang tidak memakai vaksin Sinovac untuk program vaksinasi rakyatnya.
Dari laporan yang beredar banyak kalangan di Jepang yang tidak dapat percaya vaksin Sinovac karena sangat sedikit sekali bukti-bukti serta data yang diungkap mengenai vaksin tersebut.
Hal ini pun dibeberkan dokter Hiroyuki Moriuchi (69) Doktor dan Profesor Universitas Nagasaki, Direktur Kelompok Sains Vaksin Jepang, Direktur Kelompok Sains Virus Jepang dalam acara TV Asahi Rabu (24/2/2021).
"Kita tidak bisa mempercayai vaksin Sinovac dari China tersebut karena sangat sedikit sekali data yang diungkap. Jadi hampir tidak bisa dipercaya," papar dokter Hiroyuki.
Lebih lanjut, ia mengaku menerima informasi bahwa orang yang sudah disuntik vaksin Sinovac mengelami berbagai dampak seperti sakit yang cukup tinggi, panas yang cukup tinggi, dan kekakuan.
"Kita sama sekali tidak tahu bagaimana vaksin tersebut yang sedikit sekali data yang dibuka dan penuh dengan hal^hal yang tidak jelas sampai saat ini sehingga tidak bisa mempercayai vaksin tersebut," tambah dokter Hiroyuki.
Namun apabila data vaksin tersebut dibuka lebar-lebar dan vaksin setelah digunakan dapat terbukti dengan baik dalam jumlah yang bisa dipertanggungjawabkan, maka bukan tidak mungkin vaksin tersebut bisa ditinjau lebih lanjut.
"Kita sama sekali tak tahu mengenai vaksin Sinovac. Banyak hal tidak jelas disana. Namun kalau semua diungkap secara terbuka dan data dengan jelas dan pasti menyakinka para ahli vaksin dunia, todak macam-macam data muncul saat ini yang sangat membingungkan, mungkin saja vaksin itu bisa ditinjau lebih lanjut dan dipertimbangkan dengan baik. Selama segalanya masih buram dan mendapatkan data yang berubah-ubah tak jelas hingga kini, kita semua tak akan percaya dengan Sinovac," tambahnya lagi.
Itulah sebabnya Jepang lebih mempercayai Pfizer, Moderna dan Astrazeneca karena semua data lengkap dapat dipertanggungjawabkan dan diakui kalangan vaksin internasional di banyak negara, diakui di AS dan Eropa, termasuk oleh badan kesehatan dunia (WHO).
Meskipun demikian vaksin China sempat masuk diam-diam dan seorang bos IT Jepang yang terkenal telah mencoba vaksin China tersebut tanpa komentar apa pun hingga kini dan dipertanyakan banyak orang.
Baca Juga: Rajin Makan Buah dan Sayur Selama 3 Tahun, Kesehatan Wanita Ini Justru Memburuk, Kenapa?
"Kalau vaksinnya bagus kan dia akan berkomentar. Tapi kalau diam saja umumnya semua orang Jepang tahu pasti ada yang tidak benar dengan vaksin China tersbeut," papar sumber di kalangan kementerian kesehatan Jepang.
Diketahui sejak akhir tahun 2020 lalu sudah banyak negera ynag memulai program vaksinasi.
Diketahui vaksinasi merupakan proses pemberian vaksin dengan cara disuntik atau diteteskan pada mulut guna memicu produksi antibodi untuk memberikan kekebalan terhadap suatu penyakit infeksi.
Sementara vaksin sendiri adalah produk biologi berasal dari virus, bakteri atau dari kombinasi antara keduanya yang dilemahkan.
Menurut NHS pemberian vaksin ini bertujuan guna merangsang munculnya antibodi atau kekebalan tubuh untuk mencegah diri dari infeksi penyakit tertentu seperti Covid-19.(*)
Baca Juga: Saban Bulan Mengalami Tapi Belum Tahu Mengapa Wanita Menstruasi? Ini Penjelasan Ilmiahnya
View this post on Instagram
#berantasstunting
#hadapicorona
#BijakGGL
Source | : | Tribunnews.com,NHS |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Anjar Saputra |
Komentar