GridHEALTH.id - Kudus, Jawa Tengah kembali menjadi buah bibir dan pemberitaan.
Setelah sebelumnya karena terjadinya lonjakan kasus Covid-19 yang signifikan, kini karena ditemukannya virus corona varian asal India di Kudus.
Ironisnya lagi pemakaman Jenazah Covid-19 di Kudus karena banyaknya korban Covid-19, jenazah sampai harus antri mengular untuk bisa dikebumikan.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyebut, ditemukan varian virus corona asal India B.1.617 pada lonjakan kasus yang terjadi di Kudus, Jawa Tengah.
"Itu sudah kita teliti, hasilnya baru keluar sekitar 2 hari yang lalu bahwa memang yang di area Kudus adalah varian baru yang datang dari India," kata Budi dalam seminar daring yang digelar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) wilayah Jawa Tengah, Minggu (13/6/2021).
Sementara itu, menurut CNN Indonesia (14/6/2021), Bupati Kudus HM Hartopo pada Minggu (13/6) mengungkapkan ada 28 warga Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, terpapar Covid-19 varian B.1617.2 yang berasal dari India .
Data tersebut didapat berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tim peneliti dari Universitas Gadjah Mada (UGM).
Baca Juga: 9 Komplikasi Diabetes Ini Bisa Melumpuhkan dan Mengancam Jiwa, Hati-hati
"Kemarin ada 34, yang keluar 28 ada varian baru," kata Hartopo.
Karenanya Hartopo bakal lebih optimal memberlakukan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berbasis mikro, untuk memastikan penyebaran virus tidak terus berlangsung.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga meminta masyarakat waspada terhadap penyebaran mutasi baru.
Ia memastikan temuan varian dari India ini merupakan yang pertama terjadi di Jateng.
"Sekali lagi dicatat, varian baru virus Covid-19 sudah masuk di Kudus. Maka, masyarakat harus sadar betul akan penularannya yang lebih cepat dibanding virus varian sebelumnya," kata Ganjar di Kudus.
Baca Juga: 8 Tanda Hamil Muda yang Sering Kali Tidak Disadari Oleh Perempuan
Demi memastikan varian tersebut tidak menyebar ke daerah lain, Ganjar telah memperbanyak pengambilan sampel untuk pemeriksaan genome sequencing.
"Saya sempat curiga dengan pergerakan tiga pekan sebelumnya hanya tiga kabupaten yang mengalami lonjakan kasus, terus bertambah menjadi delapan kabupaten dan sekarang 11 kabupaten. Saya waktu itu yakin ini pasti varian baru," kata Ganjar.
Adapun prihal jenazah korban Covid-19 di Kudus, dijelaskan Menkes Budi, intensitas pemakaman jenazah dengan prokes Covid-19 diketahui mulai meningkat sejak 18 Mei 2021 atau beberapa hari usai lebaran.
Baca Juga: Fakta Narkoba Anji yang Membuatnya Ditangkap, Ternyata Dirinya Sudah Meramalkannya Sejak 2013
"Biasanya satu dan maksimal dua jenazah, namun sejak tanggal 18 mulai 4 jenazah dan berturut turut hingga empat hari," ungkap Budi, dilansir dari Intisari-Online.com (14/6/2021).
Menurut Budi, pemakaman jenazah dengan prokes Covid-19 lebih dari satu tidak bisa langsung ditangani serentak. Tidak lain karena keterbatasan jumlah petugas pemakaman BPBD Kudus.
Terlebih lagi dengan melonjaknya jumlah kematian yang memicu "waiting list" atau antrian pemakaman setiap jenazah.
"Setiap pemakaman jenazah dengan prokes Covid-19 butuh waktu satu jam. Sedangkan tim pemakaman jumlahnya 20 orang yang dibagi shift pagi dan malam."
"Setiap tim berjumlah 10 orang menangani satu pemakaman jenazah Covid-19," jelas Budi.
Ia mengatakan, masuknya varian corona B.1.617 ke Indonesia disebabkan banyaknya para pekerja migran yang kembali ke Tanah Air melalui pelabuhan-pelabuhan laut.
Selain karena masuknya varian virus baru yang penularannya lebih cepat, kata Budi, lonjakan Covid-19 juga disebabkan karena euforia masyarakat yang sudah disuntik vaksin.
Di Kudus, kondisi tersebut diperparah dengan banyaknya tenaga kesehatan yang terpapar Covid-19.
Jumlahnya mencapai lebih dari 400 jiwa.
Kini, lonjakan kasus tidak hanya terjadi di Kudus, tetapi juga daerah-daerah sekitarnya seperti Jepara, Rembang, Grobogan, Pati, bahkan di berbagai provinsi lainnya di luar Jawa Tengah.
"Terus terang saya merasa sangat khawatir," kata Budi.(*)
Baca Juga: Pertanyaan Awam, Perlukah Penyandang Diabetes Khawatir Setiap Terjadi Luka?
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar