GridHEALTH.id - Menurut laporan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sekitar 1,3 miliar orang di seluruh dunia menderita hipertensi, pembunuh diam-diam yang sering didorong oleh obesitas yang meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan penyakit ginjal.
Hipertensi dapat dengan mudah didiagnosis dengan memantau tekanan darah dan diobati dengan obat-obatan murah.
Tetapi setengah dari orang-orang yang terkena tidak menyadari kondisi mereka sehingga tidak diobati, kata WHO dan Imperial College London dalam sebuah studi bersama yang diterbitkan di The Lancet.
Sementara tingkat hipertensi telah berubah sedikit dalam 30 tahun, beban kasus telah bergeser ke negara-negara berpenghasilan rendah karena negara-negara kaya sebagian besar telah mengendalikannya, kata studi tersebut.
"Ini jauh dari kondisi kemakmuran, ini adalah kondisi kemiskinan," Majid Ezzati, profesor kesehatan lingkungan global di Imperial College London, mengatakan pada konferensi pers yang diadakan The Lancet di London (24/08/2021).
"Banyak bagian Afrika sub-Sahara, sebagian Asia Selatan, beberapa negara kepulauan Pasifik, mereka masih belum mendapatkan perawatan yang dibutuhkan," katanya.
Baca Juga: Risiko Stroke Meningkat Bila Pengobatan Hipertensi Tidak Tepat, Studi
Baca Juga: 7 Mitos Umum Tentang Virus HPV, Penyebab Infeksi Menular Seksual
Sekitar 17,9 juta orang meninggal pada 2019 karena penyakit kardiovaskular, terhitung satu dari tiga kematian global, dengan hipertensi sebagai faktor utama, menurut WHO.
“Kita tahu pengobatannya murah, obatnya murah. Tapi perlu dimasukkan ke dalam UHC (universal health coverage) jadi ini bukan biaya bagi pasien, harus ditanggung oleh sistem asuransi.," kata Bente Mikkelsen, direktur departemen penyakit tidak menular WHO.
Terlepas dari faktor risiko genetik untuk hipertensi, ada faktor risiko yang dapat dimodifikasi yang terkait dengan gaya hidup, kata Mikekelsen.
Baca Juga: Pengobatan Rumahan Bantu Kontrol Darah Bagi Penyandang Pradiabetes
Baca Juga: 1,5 Juta Vaksin Pfizer Datang, Prioritas Untuk Ibu Hamil dan Usia 18+
Ini termasuk diet yang tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, konsumsi tembakau dan alkohol, diabetes yang tidak terkontrol dan kelebihan berat badan, katanya.
Mengacu pada obesitas, dia berkata: "Ini benar-benar tsunami dari faktor risiko." (*)
#berantasstunting #hadapicorona #bijakGGL
Source | : | WHO,The Lancet |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar