GridHEALTH.id - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) baru saja mempublikasikan riset terbarunya pada jurnal Frontiers in Pediatrics, Kamis (23/9/2021).
Dimana dalam risetnya itu, IDAI melibatkan pasien Covid-19 anak pada periode awal pandemi di Indonesia yaitu pada Maret-Desember 2020.
Dalam riset itu disebutkan pada awal pandemi di Indonesia terdapat 37.706 kasus Covid-19 untuk anak-anak.
Sedangkan, pada saat itu, secara total kasus Covid-19 di Indonesia mencapai 671.778 kasus dengan jumlah kematian total 20.085.
Pada kasus anak-anak sendiri terdapat 175 kasus yang mengakibatkan kematian pada rentang waktu yang sama.
Ada beberapa penyebab utama kematian pasien Covid-19 anak di Indonesia.
Baca Juga: Ilmuwan Penemu Vaksin Covid-19 Sebut Virus Corona Akan Berakhir Seperti Flu Biasa
Dimana sebagian besar anak yang meninggal dengan Covid-19 memiliki penyakit keganasan (17,3%), diikuti oleh gizi buruk (18,0%) dan penyakit jantung bawaan (9,0%).
"Ada 62 anak terkonfirmasi Covid-19 yang meninggal tanpa penyakit penyerta," tulis peneliti.
Dalam laporan ini, satu pasien dapat memiliki lebih dari satu penyakit penyerta.
Dua diagnosis yang paling sering dilaporkan pada kasus Covid-19 adalah gagal napas (54,5%) dan sepsis dan syok septik (23,7%).
Untuk diketahui, syok septik adalah kondisi yang disebabkan oleh kondisi sepsis, yaitu peradangan di seluruh tubuh akibat infeksi.
Syok sepsis ditandai dengan kegagalan fungsi sirkulasi akibat infeksi yang berlanjut.
Peneliti juga menjabarkan data milik Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam penelitiannya.
Di sana terlihat adanya perbedaan data dari jumlah positif hingga angka kematian.
Berdasarkan data Kemenkes per 21 Desember 2020, anak-anak menyumbang 77.254 dari total 671.778 kasus terkonfirmasi (11,5%).
Proporsi kematian anak usia 0–5 tahun adalah 0,9%, usia 6–18 tahun, 1,8% dari total kasus 542 kasus.
Baca Juga: Sambut Pandemi Jadi Endemi, Jokowi: 'Kita Bersiap Untuk Hidup Berdampingan Dengan Covid-19'
"Dari data ini, kami dapat mengidentifikasi perbedaan besar antara data yang dikumpulkan oleh Kementerian Kesehatan dan data dari penelitian kami," kata peneliti.
"Perbedaan ini mungkin karena cakupan data yang dikumpulkan oleh IPS terbatas pada anak-anak dengan Covid-19 terkonfirmasi yang dirawat oleh dokter anak."
Data dari Depkes lebih mungkin juga dikumpulkan dari anak-anak tanpa gejala yang didiagnosis dari pelacakan kontak kasus positif di antara orang dewasa.
Dijelaskan jika penelitian ini menggambarkan bahwa anak-anak yang datang ke rumah sakit sebagian besar adalah mereka yang memiliki kondisi klinis berat hingga kritis.
Semua yang tidak selamat memiliki gejala saat masuk rumah sakit, menyebabkan tingkat kematian yang tinggi.
Demikian pula, kasus di mana anak-anak tidak mengunjungi dokter anak, termasuk mereka yang tidak memiliki gejala atau komorbiditas, tidak dicatat dalam penelitian kami, menjelaskan Case Fatality Rate (CFR) yang lebih tinggi dalam kasus yang tercatat.(*)
Baca Juga: Ilmuwan Penemu Vaksin Covid-19 Sebut Virus Corona Akan Berakhir Seperti Flu Biasa
#berantasstunting
#hadapicorona
#BijakGGL
Artikel ini telah tayang di TribunWow dengan judul Waspada saat Isolasi Mandiri, Ini 2 Sebab Kematian Utama Pasien Covid-19 Anak Menurut Riset IDAI
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar