GridHEALTH.id - Risiko impoten atau disfungsi ereksi adalah masalah umum yang tak bisa dihindari bagi pria yang menyandang diabetes, terutama tipe 2.
Diketahui disungsi ereksi sendiri merupakan ketidakmampuan pria untuk mendapatkan atau mempertahankan ereksi yang cukup kuat untuk berhubungan seksual.
Menurut laman Mayo Clinic (24/3/2921), risiko impoten pada penyandang diabetes berasal dari kerusakan saraf dan pembuluh darah yang disebabkan oleh kontrol gula darah jangka panjang yang buruk.
Disfungsi ereksi mungkin terjadi lebih awal pada pria dengan diabetes dibandingkan pada pria tanpa penyakit.
Kesulitan mempertahankan ereksi bahkan mungkin mendahului diagnosis diabetes itu sendiri.
Baca Juga: Mirip, LADA Sering Dikira Diabetes Tipe 2, Padahal Ini Gejala Khasnya
Sementara itu melansir dari WebMD (17/5/2921(, penyebab disfungsi ereksi pada pria dengan diabetes sangat kompleks dan melibatkan gangguan pada saraf, pembuluh darah, dan fungsi otot.
Untuk mendapatkan ereksi, pria membutuhkan pembuluh darah yang sehat, saraf, hormon pria, dan keinginan untuk terangsang secara seksual.
Diabetes dapat merusak pembuluh darah dan saraf yang mengontrol ereksi.
Oleh karena itu, bahkan jika memiliki jumlah hormon pria yang normal dan memiliki keinginan untuk berhubungan seks, mereka mungkin masih tidak dapat mencapai ereksi yang kuat.
Pria dengan diabetes yang mengalami masalah dalam mencapai dan/atau mempertahankan ereksi dapat minum obat oral seperti avanafil (Stendra), sildenafil (Revatio, Viagra), tadalafil (Adcirca,Cialis), atau vardenafil (Levitra, Staxyn).
Namun, karena penderita diabetes juga cenderung memiliki masalah dengan jantungnya, obat-obatan ini mungkin tidak tepat dan dapat menyebabkan interaksi yang berbahaya dengan beberapa obat jantung.
Baca Juga: Sering Kencing Bisa Jadi Tanda Penyakit Diabetes, Ini Yang Perlu Diperhatikan
Bicaralah dengan dokter untuk menentukan perawatan apa yang terbaik.
Perawatan tambahan yang mungkin ingin dipertimbangkan pria dengan diabetes termasuk terapi injeksi intracavernous, alat ereksi vakum (bukan penyempitan), alat penyempitan vena (untuk sindrom kebocoran vena), terapi intrauretra, prostesis penis (tiup dan lunak), dan terapi seks.
Jadi pengobatan apa yang terbaik? Jawaban itu tergantung pada banyak faktor termasuk kesehatan pria dan kemampuan mereka untuk mentolerir pengobatan.
Tanyakan kepada dokter apakah kita harus menemui spesialis (ahli urologi) untuk menentukan perawatan terbaik untuk situasi yang dialami.(*)
Baca Juga: Penyebab Diabetes Tipe 2, Faktor Keturunan Vs Makanan Sehari-hari
Source | : | Webmd,Mayoclinic.org |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar