GridHEALTH.id – Bruce Willis memutuskan meninggalkan dunia perfilman setelah didiagnosis mengalami afasia.
“Kepada para pendukung Bruce yang luar biasa, sebagai sebuah keluarga, kami ingin berbagi bahwa Bruce tercinta telah mengalami beberapa masalah kesehatan dan baru-baru ini didiagnosis menderita afasia, yang memengaruhi kemampuan kognitifnya,” bunyi pesan yang dibagikan keluarganya, dikutip dari Variety, Kamis (31/03/2022).
Keputusan untuk pension ini, merupakan hasil dari pertimbangan matang-matang yang telah dilakukan oleh Bruce Willis.
Apa yang penyakit afasia yang dialami oleh Bruce Willis?
Melansir laman aphasia.org, afasia merupakan gangguan bahasa yang memengaruhi produksi atau pemahaman bicara serta kemampuan membaca dan menulis seseorang.
Afasia terjadi akibat kerusakan pada salah satu sisi otak, umumnya sebelah kiri, akibat dari kondisi berikut ini:
1. Stroke
2. Cedera kepala
3. Tumor otak
Baca Juga: Jangan Sering Dilakukan, Ini 6 Kebisaaan Sehari-hari yang Merusak Otak
4. Infeksi
5. Demensia
Penderita afasia rata-rata merupakan orang yang dewasa atau lanjut usia, kondisi ini juga bisa dialami oleh anak-anak.
Afasia seperti yang dialami oleh Bruce Willis, akan menimbulkan gejala seperti berikut, dilansir dari Mayo Clinic.
1. Saat berbicara hanya bisa membuat kalimat pendek atau tidak lengkap
2. Sering berbicara atau menulis kalimat yang tidak masuk akal
3. Mengganti satu kata dengan yang lain atau suara lain
4. Melontarkan kata-kata yang tidak bisa dikendalikan
5. Tidak mengerti perkataan yang diucapkan oleh orang lain
Baca Juga: Healthy Move, 3 Latihan Aerobik yang Dapat Mengoptimalkan Kerja Otak
Beberapa pasien afasia kondisinya dapat membaik dengan sendirinya tanpa menjalani perawatan apapun. Tapi bagi kebanyakan orang, afasia tidak sepenuhnya hilang.
Perawatan seperti terapi berbicara dapat membantu memulihkan kondisi pasien dan mengembalikan fungsi kemampuan berbicara dari waktu ke waktu.
Namun, tidak semua orang yang melakukan terapi bicara berhasil mengembalikan kemampuan berbicaranya. Meski begitu, terapi tetap penting untuk dilakukan.
Kondisi seperti ini, tentunya terasa sulit dan membuat frustasi baik untuk penderita afasia sendiri, serta seluruh anggota keluarganya.
Baca Juga: Hidung Tersumbat Bisa Membuat Otak Bekerja Lebih Keras, Menurut Studi
Sangat penting bagi anggota keluarga untuk mengetahui cara terbaik untuk melakukan komunikasi dengan penderita afasia.
Agar penderita afasia dapat menjalani aktivitas sehari-hari dengan nyaman, keluarga harus selalu melibatkan orang dengan afasia dalam setiap pembicaraan dan gunakan kalimat yang singkat saat berbicara.
Ulangi kata-kata yang penting, bicara seperti biasanya, lakukan komunikasi dengan berbagai cara (ucapan, gerakan tubuh, atau gambar), dan jangan mengoreksi ucapan penderita afasia.
Selain itu, berikan kebebasan bagi penderita afasia untuk mengekspresikan dirinya dan ajak mereka untuk bertemu dengan orang-orang dengan kondisi yang sama.
Baca Juga: 6 Gejala Tumor Otak yang Perlu Diwaspadai, Salah Satunya Sakit Kepala
Source | : | Mayo Clinic,Variety,aphasia.org |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar