Peneliti kemudian membandingkan konsumsi pemanis buatan dengan tingkat risiko kanker pada setiap orang, sambil menyesuaikan dengan faktor-faktor lain.
Misalnya usia, indeks massa tubuh, kebiasaan merokok, pola makan, aktivitas fisik, dan riwayat kanker dalam keluarga.
Hasilnya menunjukkan, orang-orang yang mengonsusmi pemanis buatan dalam jumlah besar, mengalami peningkatan risiko kanker sebesar 13% dibandingan mereka yang tidak menggunakannya.
Jenis kanker yang paling berisiko dialami adalah kanker payudara dan kanker yang berkaitan dengan obesitas.
“Studi prospektif skala besar ini menunjukkan bahwa pemanis buatan, yang digunakan dalam banyak makanan dan minuman di Prancis dan seluruh dunia, dapat meningkatkan faktor risiko kanker,” kata penulis utama penelitian Charlotte Debras, dikutip dari EuroNews.
Dia menekankan, hasil penelitian ini sama dengan studi eskperimental yang pernah dilakukan sebelumnya terkait efek karsinogenik terhadap hewan pengerat.
Baca Juga: Studi di Amerika, Minuman Diet Soda Bisa Menimbulkan Masalah Jantung
Meskipun hasil studi menunjukkan adanya hubungan antara pemanis buatan dan risiko kanker, tapi para peneliti menyatakan bahwa temuan mereka bukan menunjukkan sebab akibat.
“Hasil ini perlu direplikasi dalam kohort skala besar lainnya, dan mekanisme yang mendasarinya diklarifikasi oleh studi eksperimental,” kata mereka.
Peneliti yang tidak terlibat dalam studi ini, Dr Michael Jones dari Institute of Cancer Research di London, menyambut hasil penelitian ini dengan hati-hati.
“Hubungan antara pemanis buatan dan kanker yang dilaporkan dalam penelitian ini tidak menyiratkan sebab-akibat. Ini bukan bukti bahwa pemanis buatan menyebabkan kanker,” ujar Jones.
Dia menambahkan, tipe orang yang menggunakan pemanis buatan mungkin berbeda-beda dalam banyak hal, terutama jumlahnya, sehingga tidak bisa disamaratakan.
Peneliti sendiri mengakui adanya keterbatasan dalam studi yang dilakukan oleh mereka, sehingga diperlukan penelitian lanjutan.
“Temuan kami tidak mendukung penggunaan pemanis buatan sebagai alternatif yang aman untuk gula dalam makanan atau minuman, serta memberikan informasi penting dan baru untuk mengatasi kontroversi tentang efek kesehatan yang merugikan,” pungkas mereka.
Baca Juga: Mengenal Pemanis Buatan, Pengganti Gula yang Tetap Perlu Dibatasi
Source | : | Euronews,Harvard Health Publishing |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar