GridHEALTH.id – Kasus Covid-19 belum juga menunjukkan tanda-tanda akan membaik dalam waktu dekat.
Shanghai, pada Minggu (24/04/2022), bahkan melaporkan adanya 39 kasus kematian dalam satu hari. Ini menjadi angka yang tertinggi, dalam satu minggu setelah aturan lockdown kembali diberlakukan.
Selain di Shanghai, peningkatan kasus Covid-19 juga terdetksi terjadi di wilayah ibu kota, Beijing.
Bahkan, akibat tingginya infeksi di sana, pemerintah setempat mewajibkan masyarakat untuk melakukan tes Covid-19 sebanyak tiga kali dalam satu minggu.
Aturan ini berlaku terutama bagi orang-orang yang tinggal dan bekerja di distrik Chaoyang, rumah bagi 3,45 juta orang.
Distrik tersebut juga mengumumkan bahwa mereka telah menghentikan sekolah tatap muka atau kegiatan olahraga ekstrakurikuler tanpa batas waktu yang ditentukan.
“Risiko penularan lanjutan dan tersembunyi tinggi, dan situasinya suram. Seluruh kota Beijing harus segera bertindak,” kata Tian Wei dari komite partai kota Beijing, dikutip dari The Guardian, Senin (25/04/2022).
Tempat-tempat olahraga lain di Beijing pun juga turut ditutup. Kontrol ketat telah dilakukan, sehingga orang-orang yang berpergian harus mempunyai tes negatif Covid-19 yang berlaku selama 48 jam.
Orang-orang yang baru saja melakukan perjalanan ke kota atau wilayah di mana hanya ada satu kasus Covid-19 yang dilaporkan selama dua minggu terakhir, akan dilarang untuk masuk.
Baca Juga: Covid-19 di Indonesia Bisa Kembali Meledak Setelah Musim Mudik, Ini Penyebabnya
China diketahui menerapkan strategi nol Covid, sehingga dilakukan penguncian dan pengujian massal. Ini tentunya telah merugikan banyak orang.
Contohnya bagi masyarakat yang ada di Shanghai, di mana lockdown telah dilakukan sejak awal bulan ini. Pada akhirnya menimbulkan masalah baru.
Melansir CNA, Senin (25/04/2022), kota terbesar di China tersebut pertama kali melaporkan adanya kasus kematian pada 18 April lalu, meskipun setiap harinya ada ribuan kasus Covid-19 baru.
Data Komisi Kesehatan Nasional menunjukkan, total pasien Covid-19 yang emninggal belakangan ini sebanyak 87 orang. Sementara negara tersebut mencatat hampir 22.000 kasus virus lokal baru.
Rata-rata usia pasien Covid-19 yang meninggal dunia 81 tahun dan yang paling tua berumur 101 tahun.
Direktur Shanghai Shenkang Hospital Development Center, Wang Xingpeng mengatakan, pasien Covid-19 yang meninggal dunia rata-rata memiliki penyakit bawaan seperti tumor ganas, liver, diabetes, dan uremia.
Lockdown yang berlanjut ini, tentunya membuat masyarakat Shanghai frustasi. Belum lagi mereka juga kesulitan untuk mendapatkan pasokan makanan.
Mereka juga mengaku kesulitan mengakses perawatan medis lain, karena ribuan pekerja medis dikerahkan untuk pengujian dan perawatan Covid-19.
Selain itu, masyarakat juga mempertanyakan adanya pemasangan pagar besi setinggi 2 meter di perumahan dan jalan-jalan yang ada di kota tersebut.
Baca Juga: Kasus Covid-19 Melonjak Tajam, India Wajibkan Penggunaan Masker Lagi
Sebagian besar pengar digunakan sebagai pembatas, untuk menentukan area tertup. Di mana dalam bagunan tersebut, terdapat setidaknya satu orang yang dinyatakan positif Covid-19.
Maka, orang-orang yang tinggal satu Gedung yang sama dengan pasien Covid-19, tidak diperbolehkan keluar.
Varian Omicron dan subvarian BA.2 disebut menjadi biang keladi dari meledaknya kasus Covid-19 di Negara Tirai Bambu tersebut.
Baca Juga: Benarkah Vaksinasi Covid-19 Alami Itu Adalah Varian Omicron?
Source | : | CNA,The Guardian |
Penulis | : | Nurul Faradila |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar