Sindrom kepala datar pada bayi merupakan kondisi yang menggambarkan bentuk kepala datar atau biasa yang dikenal dengan kepala peyang. Istilah medis dari kondisi ini adalah plagiocephaly.
Baca Juga : Raisa Melahirkan, Netizen Malah Salah Fokus Dengan Bentuk Kepala Bayi
Meski kondisi ini akan menghilang dalam beberapa bulan, kita tidak boleh menyepelekan hal ini.
Kita juga perlu mengenal kepala peyang pada bayi, mulai gejala hingga penyebab yang perlu di waspadai.Jenis yang pertama adalah posisional plagiocephaly. Seperti namanya bayi cenderung tidur dengan kepala ke kiri atau ke kanan.
Tekanan lembut yang konsisten menyebabkan perubahan pada tengkorak bayi yang sangat lembut.
Jika kondisi ini dibiarkan akan menimbulkan kepala bayi yang berbentuk asimetris.
Brachycephaly menjadi jenis perubahan kepala bayi yang disebabkan bayi menghadap lurus ke atas sehingga mengakibatkan tengkorak merata pada bagian belakang.
Jenis kepala peyang ini pada dasarnya sama dengan perubahan kepala peyang yang lain, namun yang membedakan hanyalah di mana posisi kepala yang merata.
Baca Juga : Setop! Bercanda Tarik Kursi Ternyata Bisa Bikin Lumpuh Selamanya!
Kepala peyang pada bayi juga bisa disebabkan cacat saat lahir.
Jenis scaphocephaly merupakan jenis cacat lahir di mana sendi antara tulang tengkorak bayi tertutup sehingga mencegah pertumbuhan normal.
Baca Juga : Banyak Minum Air Putih, Benarkah Hilangkan Batu Ginjal? Ini Faktanya
Normalnya di antara tulang ada karet jaringan lunak yang dapat memperluas pertumbuhan tengkorak.
Biasanya kondisi ini terjadi pada bayi prematur atau yang memiliki masalah jaringan tubuh.
Lalu, bagaimana kita bisa mengetahui sindrom kepala peyang pada bayi terjadi pada si kecil?
Kita bisa melihat ada bintik-bintik di area yang peyang atau melihat rambut yang hilang di salah satu sisi kepalanya.
Baca Juga : Obat Batu Ginjal Alami Ternyata Ada di Rumah, Apa Saja?
Jika melihat ada yang aneh dengan bentuk kepala secara fisik, apakah ukurannya juga besar atau kecil, atau perbedaan rambut ada baiknya langsung membawa ke dokter anak. (*)