GridHEALTH.id -Kolesterol tinggi, yang dikenal sebagai faktor penurunan kesehatan jantung, dapat membahayakan lebih dari sistem kardiovaskular kita dan menyebabkan pengeroposan tulang, kata para peneliti.
Penelitian baru yang dilakukan dengan menggunakan model hewan menunjukkan bahwa kadar kolesterol yang tinggi dapat memicu stres oksidatif mitokondria pada sel-sel tulang rawan pada jaringan ikat yang menyebabkan mereka mati.
Hal ini pada akhirnya dapat mengarah pada perkembangan osteoartritis, sejenis radang sendi yang terjadi ketika jaringan fleksibel di ujung tulang aus, kata Indira Prasadam, seorang peneliti di Queensland University of Technology di Brisbane, Australia.
Untuk penelitian ini, Prasadam dan timnya menggunakan dua model hewan yang berbeda untuk meniru hiperkolesterolemia manusia.
Yang pertama adalah model tikus yang memiliki gen yang diubah yang disebut Apolipoprotein E yang membuat hewan hiperkolesteremia.
Yang lainnya adalah model tikus, dan hewan diberi makan diet tinggi kolesterol, menyebabkan hiperkolesterolemia yang diinduksi diet.
Kedua model diberi makan diet tinggi kolesterol atau kontrol diet normal, setelah itu mereka menjalani operasi yang meniru cedera lutut pada orang dan dirancang untuk menyebabkan osteoarthritis.
Baik tikus maupun tikus yang dioperasi dan diberi diet tinggi kolesterol menunjukkan perkembangan osteoartritis yang lebih parah daripada yang terlihat pada kelompok diet normal.
Namun, ketika tikus dan tikus terkena obat penurun kolesterol atorvastatin dan antioksidan yang ditargetkan mitokondria, perkembangan osteoartritis sangat menurun dalam kaitannya dengan kelompok yang tidak diobati.
Baca Juga: 4 Tips Mengatasi Kolesterol Tinggi Agar Tetap Dalam Batas Normal
Studi ini menguji peran terapeutik potensial mitokondria yang menargetkan antioksidan pada osteoartritis yang diinduksi kolesterol tinggi, kata para peneliti.
"Tim kami telah mulai bekerja sama dengan ahli gizi untuk mencoba mendidik masyarakat tentang makan sehat dan bagaimana menjaga kadar kolesterol pada tingkat yang dapat dikelola yang tidak akan merusak sendi, kata Prasadam." Penelitian ini dipublikasikan secara online di The FASEB Journal pada Maret 2021. (*)