Find Us On Social Media :

Skrining Anak Stunting Bisa Dilakukan Mulai dari Tingkat Posyandu

Kader kesehatan di Posyandu Dusun Mranggen, Desa Tanjunganom, Wonosobo, Jawa Tengah, melakukan pemeriksaan antropometri untuk mengetahui status gizi, bagian dari upaya pencegahan stunting.

GridHEALTH.id - Stunting adalah sebuah kondisi gagal tumbuh, yang cukup banyak terjadi pada anak-anak.

Pos Layanan Terpadu atau Posyandu yang lokasinya berdekatan dengan tempat tinggal masyarakat, dapat membantu deteksi awal.

Seperti yang dilakukan di Posyandu Dusun Mranggen, Desa Tanjunganom, Wonosobo, Jawa Tengah.

Program edukasi personal

Berkolaborasi dengan Danone Indonesia dalam program TANGKAS atau Tanggap Gizi dan Kesehatan Anak Stunting, membuat meja-meja yang ada di Posyandu aktif secara maksimal.

Sebagai informasi, di sebuah Posyandu biasanya terdapat lima buah meja yang didatangi oleh orangtua saat melakukan pemeriksaan.

Wiwin selaku kader kesehatan desa di wilayah tersebut mengatakan, edukasi personal kepada orangtua yang datang mulai dari pola makan, pola asuh, hingga perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), sebagai langkah pencegahan stunting.

"Di dalam Posyandu biasanya ada lima meja. Kalau dulu sebelum ada program, orangtua ke Posyandu hanya datang, timbang, terus pulang," kata Wiwin kepada awak media, Selasa (8/11/2022).

"Setelah dapat pendampingan, para kader dapat pelatihan antropometri, bagaimana melakukan skrining anak terindikasi gizi kurang dan pendek," sambungnya.

Kader kesehatan yang ada, dapat mengajukan pertanyaan secara langsung kepada orangtua untuk menyelesaikan masalah yang ada.

Baca Juga: Dampak Stunting untuk Anak, Menurunnya Kemampuan Kognitif, Rentan Alami PTM

Misalnya saja, saat ada anak yang nafsu makannya kurang, akan dilakukan investigasi terkait pola asuh dan pola makan di rumah.

"Biasanya anak nggak mau makan, setelah kita tanya-tanya ke ibunya, ternyata kebanyakan jajan. Kita kasih edukasi tentang gizi yang dibutuhkan anak," jelas Wiwin.

Ia melanjutkan, "Terus sebulan ke depannya setelah kita edukasi, ternyata ada peningkatan, anak mau makan, karena jajannya dikurangi."

Anak-anak yang datang ke Posyandu pun harus membawa buku KIA (Kartu Identitas Anak). Karena pelayanan yang diberikan disesuaikan dengan usia dan lebih mudah memantau perkembangan kemampuannya.

Bagaimana hasil skrining stunting?

Dari kasus yang ada di Wonosobo, khususnya di Dusun Mranggen, Desa Tanjunganom, Bidan desa yang sudah mendampingi masyarakat sejak 2004, Zuniarti, mengatakan belum bisa dikatakan ada kasus stunting di sini. Karena yang dilakukan hanya skrining kesehatan.

Meskipun demikian, dari pemeriksaan, sebanyak 8 anak terindikasi mengalami gizi kurang. Sedangkan 20 dari 68 anak mempunyai tubuh pendek.

"Di desa itu kan sifatnya skrining. Jadi kalau indikasi seperti itu, kita rujuk ke Puskesmas. Kalau dia ada penyakit atau apa, kita bantu rujukan. Kalau tumbuh kembang, kita ada petugas gizi," jelasnya.

Terdapat program perbaikan gizi pada anak yang terindikasi asupan gizinya kurang dalam bentuk makanan, yang setiap menunya telah ditentukan oleh ahli gizi.

Zuniarti juga mengatakan, ibu-ibu di wilayah ini kooperatif untuk datang setiap kali ada pertemuan pemberian edukasi tentang stunting.

Selain itu ada juga kelas lapang yang bertujuan untuk membagikan materi tentang gizi dan kelas hamil, supaya kehamilan sehat, dilakukan setiap 15 hari sekali secara bergantian. (*)

Baca Juga: Maraknya Pernikahan Usia Dini Sebabkan Angka Stunting Masih Tinggi