GridHEALTH.id – Gizi bayi harus tercukupi dengan baik dan optimal.
Karena itu banyak ibu muda yang was-was mengenai hal ini.
Bagaimana mengetahui kalau ASI kita mencukupi atau tidak?
Bagaimana cara menambah produksi ASI? Kapan susu formula diperlukan?
Berikut aneka pertanyaan seputar asupan susu untuk si kecil yang dijawab langsung oleh dr. Nanis Sacharina Marzuki, Sp.A, dari Klinik Anakku, Cinere,Depok.
Tanya: ASI sedikit, bayi tak henti-henti minta menyusu. Mengapa bisa demikian, apa yang harus dilakukan?
Baca Juga : Agar Tidak Keliru, Kenali Ciri Sakit Pinggang Karena Gangguan Ginjal
Jawab: Ada masa di mana bayi memang lebih sering lapar dan minta menyusu. Di usia 2-3 bulan, misalnya, bayi sedang mengalami percepatan pertumbuhan sehingga sebentar-sebentar menyusu sampai ibu terkadang tidak bisa melakukan kegiatan dan aktivitas apa pun.
Di saat itulah ibu sering frustrasi dan merasa ASI-nya kurang.
Produksi ASI yang berkurang bisa disebabkan berbagai faktor, seperti; frekuensi menyusui yang kurang atau tidak rutin sehingga bayi tidak efektif menyusu.
Hal ini bisa karena ibu mulai bekerja kembali dan sulit mencari waktu untuk memerah ASI saat di kantor, kecapekan, atau sedang banyak pikiran.
Baca Juga : Hasil Studi, Bakar Lemak Sambil Tidur Ternyata Bisa, Begini Caranya
Keadaan inilah yang kerap membuat ibu bekerja gagal memberikan ASI eksklusif.
Kondisi ibu yang banyak pikiran juga dapat menghambat hormon oksitosin yang menentukan keluarnya ASI. Tanpa oksitosin, ASI dari 'pabrik susu' tak bisa mengalir ke 'gudang susu'.
Tanya: Bagaimana mengetahui bahwa bayi tidak cukup mendapatkan ASI?
Jawab: Paling mudah dengan mengetahui kenaikan berat badan (BB) bayi.
Bayi 3-6 bulan, umpamanya, setiap bulan beratnya mesti bertambah 500 g atau 125 g setiap minggu.
Kalau pertambahan BB bayi dalam satu bulan kurang dari 500 g berarti ia tidak mencapai berat seimbang.
Bayi yang cukup mendapatkan ASI juga umumnya akan pipis 6-8 kali dalam 24 jam.
Urine yang dikeluarkannya tidakberwarna kuning tua (kental). Bayi yang jarang pipis, urinenya kental, berbau menyengat sehingga bisa menjadi indikasi bahwa ia kurang mendapatkan ASI.
Baca Juga : Sopir Angkot Tangerang Meninggal Usai Pesta Durian, 500 gr Durian Meningkatkan Denyut Jantung Dalam 2 Jam
Tanya: Kapan bayi diberikan susu formula?
Jawab: ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi sampai 6 bulan pertama.
Untuk itu, sedapat mungkin ASI tetap diberikan meski ibu harus bekerja.
Baca Juga : Sering Ngempeng? Awas, Bisa Menjadi Pencetus Pembusukkan Gigi Bayi
ASI tidak dianjurkan diberikan kepada bayi hanya jika ibu (1) terinfeksi berat karena HIV, (2) mengidap kanker (yang mengharuskan ibu mengonsumsi obat-obatan), (3) mengidap kanker payudara atau kelainan anatomi payudara, (4) baru saja menjalani operasi atau mengalami luka yang meninggalkan jaringan parut dan menyebabkan ASI tidak keluar, (5) ibu sakit dan harus dirawat di rumah sakit, (6) ibu bekerja ke luar kota sehingga bayi tidak mempunyai cadangan ASI untuk dikonsumsi, atau (7) bayi terpisah dari ibunya karena ibu meninggal.
Baca Juga : Sudah Berikan MPASI? 5 Cara Mengenalkan Bayi dengan Makanan Padat
Pada keadaan itu mau tak mau bayi harus mendapatkan susu formula.
Tanya: Bagaimana memilih susu formula untuk bayi?
Jawab: Ada 3 jenis susu formula; (1) susu formula berbahan dasar susu sapi, (2) susu formula berbahan dasar kedelai (soya), dan (3) susu formula elemental atau susu formula dengan protein yang dihidrolisat.
Keti susu formula tersebut berbeda dalam komposisi lemak, karbohidrat dan proteinnya.
Susu dari bahan dasar kedelai (nabati) kandungan karbohidratnya tidak mengandung laktosa.
Sedangkan yang membedakan susu hidrolisat dibandingkan susu sapi atau nabati adalah ukuran molekul proteinnya yang dibuat lebih kecil lagi.
Baca Juga : Sudah Berikan MPASI? 5 Cara Mengenalkan Bayi dengan Makanan Padat
Tingkat hidrolisat protein dibagi menjadi parsial dan ekstensif.
Contoh formula protein terhidrolisat parsial adalah susu hipoalergenik yang biasanya mengandung HA.
Sedangkan formula hidrolisat ekstensif mempunyai molekul protein < 10 kDa. Formula jenis ini baik digunakan untuk bayi-bayi yang alergi terhadap protein susu sapi.
Bayi yang normal (tak bermasalah dengan alergi) bisa mengonsumsi susu formula berbahan dasar susu sapi.
Sedangkan bayi dengan riwayat alergi dalam keluarga (ayah, ibu atau saudara kandung menderita asma, sering bersin-bersin, atau menderita eksim kulit) bisa dipertimbangkan untuk diberi susu formula hidrolisat parsial.
Hanya saja susu ini memang sulit ditemui dan harganya pun mahal.
Baca Juga : Sudah Berikan MPASI? 5 Cara Mengenalkan Bayi dengan Makanan Padat
Sementara untuk bayi yang alergi terhadap protein susu sapi, pertimbangkan untuk menggunakan susu formula kedelai atau susu hidrolisat protein ekstensif.
Namun menurut penelitian, sekitar 30% bayi yang alergi susu sapi biasanya alergi susu kedelai pula. Waspadai hal ini.
Pemilihan susu formula untuk bayi juga harus memerhatikan usia dan kebutuhan nutrisinya (dapat dilihat dalam komposisi gizinya). Komposisi nutrisi untuk bayi di bawah 6 bulan belum sebesar kebutuhan usia di atasnya."
Tanya: Seperti apa bentuk ketidakcocokan bayi dengan susu formula yang ia konsumsi?
Jawab: Paling sering, timbul ruam-ruam pada pipi dan bagian tubuh yang lain.
Ada juga dengan gejala kolik yang berulang, muntah, diare, berat badan susah naik, batuk berulang, dan sebagainya.
Baca Juga : Hati- Hati Kabar Hoax, Terapi Sel Punca pada Pasien Down Syndrome dan Cerebral Palsy
Menurut penelitian, bayi yang mengonsumsi formula lebih besar kemungkinannya untuk mengalami diare, infeksi saluran napas, obesitas dan penyakit diabetes di kemudian hari daripada bayi yang mendapat ASI.
Karenanya, sedapat mungkin upayakan selalu pemberian ASI eksklusif mengingat ASI mengandung zat-zat yang dibutuhkan untuk perkembangan dan kematangan sel-sel usus bayi.
Dengan begitu, pertahanan usus bayi lebih baik dan relatif lebih tahan terhadap penyakit."
Tanya: Apakah sesudah bayi usia ASI eksklusif, perlu mendapat tambahan susu formula?
Jawab: ASI masih bisa tetap diberikan sampai anak 2 tahun. Namun jangan lupa, setelah usia 6 bulan, bayi harus diperkenalkan dengan makanan padat pertamanya.
Baca Juga : Jangan Khawatir, Wanita Dengan Kanker Serviks Bisa Kok Punya Anak
Bila bayi sebelumnya memang hanya mengonsumsi susu formula saja, maka konsumsi susu formula tetap dilanjutkan di usia selanjutnya.
Hanya, perhatikan apakah bayi bisa mencerna susu formula lanjutannya atau tidak mengingat kandungan nutrisi susu formula lanjutan memiliki kandungan lebih tinggi dibanding susu formula di usia sebelumnya.
Jika sistem pencernaan bayi belum siap, bisa saja timbul diare atau gangguan saluran cerna lainnya.
Peralihan ke susu formula lanjutan hendaknya dilakukan secara perlahan untuk melihat reaksinya.
Misalnya, satu takar dulu baru nanti ditambahkan sesuai kebutuhannya, boleh juga mencampurkan susu formula sebelumnya dengan susu formula lanjutan, itu boleh-boleh saja.
Baca Juga : Benar Atau Tidak ? Anak Jadi Hiperaktif Akibat Efek Sugar Rush
Kalau pemberian susu formula di usia-usia sebelumnya bisa sehari 8 kali, maka setelah usia 6 bulan cukup diberikan 7 kali @ 180-200 ml disamping makanan padat pertamanya.
Jika makanan padat sudah dapat dikonsumsi bayi sebanyak 3 kali sehari, maka susu dapat diberikan 2-3 kali sehari di usia 9-12 bulan.