Menurut penelitian itu pun, pembuahan pada bulan Desember menghasilkan kelahiran tiga bayi lebih banyak per 200 kehamilan.
Meski demikian, kita perlu bijaksana dalam menanggapi hasil penelitian tersebut. Seperti diterangkan dr. Boy Abidin, SpOG, penelitian tersebut dilakukan di negara-negara yang memiliki empat musim (panas, dingin, gugur, semi), sementara di Indonesia hanya ada dua musim (kemarau dan hujan).
Baca Juga : Hasil Studi, Bakar Lemak Sambil Tidur Ternyata Bisa, Begini Caranya
Jika di sana musim panasnya (matahari muncul) berlangsung pada bulan tertentu saja, maka di Indonesia sepanjang tahun ada matahari dan aktivitas tidak berubah.
"Memang benar, salah satu persyaratannya adalah sperma harus aktif, tetapi jumlahnya juga harus mencukupi dan bentuknya pun harus baik," terang dr. Boy.
Ditambah lagi, kondisi rahim si wanita juga sehat, saluran ke sel telur baik, sel telur pun sudah matang dan siap dibuahi, serta hubungan intim yang dilakukan di masa subur.
"Jadi, kalau dilakukan di bulan Juli-Agustus, tetapi persyaratan persyaratan ini tidak terpenuhi, si wanita tetap akan sulit hamil," tambah dr. Boy.
Selain itu, kualitas sperma juga ditentukan banyak hal. Misalnya, kondisi hormon pria, kondisi lingkungan buah zakar, asupan nutrisi, kondisi kesehatan, pola dan gaya hidup, serta lainnya.
Sebenarnya, menurut dr. Boy, bila kita ingin membuktikan apakah penelitian tersebut bisa diaplikasikan di Indonesia, tidaklah sulit.
Baca Juga : Bikin Iri, Perangi Kegemukan Turki Dirikan Pusat Obesitas di Seluruh Negeri, Gratis Buat Pasien
"Kita bisa menghitung angka kelahiran di bulan April-Mei. Jika kelahiran di bulan ini meningkat, bisa saja penelitian tersebut memang benar," katanya.