Find Us On Social Media :

101 Alasan Kenapa Wanita Zaman Now Lebih Memilih Melahirkan Normal

101 alasan wanita zaman now lebih memilih melahirkan normal.

GridHEALTH.idPersalinan normal alias pervaginam, yaitu melahirkan bayi melalui jalan lahir, adalah cara yang paling direkomendasikan oleh para ahli juga peneliti.

Persalinan dengan cara lain, sesar, adalah metode persalinan dengan cara operasi. Cara melahirkan yang satu ini para ahli sepakat dilakukan harus degan indikasi medis.

Ternyata diera modern ini yang biasanya hal serba simpel, mudah, tidak sakit disukai, justru persalinan normal alias pervaginam banyak disukai wanita.

Baca Juga : Gadis Ini Mengalami Kembar Parasit, Anggota Tubuh Saudaranya Menempel di Perutnya

Hal itu terjadi bisa jadi karena aneka informasi kesehatan sudah mudah diakses oleh awam.

Sehingga banyak wanita yang sudah melek ilmu kesehatan.

Nah, berikut ini mungkin beberapa alasan dari sekian banyak alasan, yang melatar belakangi mengapa melahirkan normal alias pervaginam sekarang ini lebih banyak disukai oleh para wanita zaman now.

* Sakit di Tulang Belakang

Banyak ibu setelah sesar mengeluh sakit di bagian tulang belakang (tempat dilakukan suntik anastesi sebelum operasi).

Keluhan ini umumnya terasa saat membungkukkan badan, mengambil sesuatu di lantai, atau mengangkat beban yang lumayan berat.

Sumber rasa nyeri berada tepat pada bekas tusukan jarum suntik saat dilakukan bius lokal.

Alhasil, sehabis melahirkan sesar, ibu tidak disarankan melakukan gerakan yang terlalu mendadak dan drastis serta harus menghindari mengangkat beban berat.

Umumnya jika keluhan ini berlarut-larut atau intensitas sakitnya meningkat, ibu disarankan untuk berkonsultasi pada dokter.

Baca Juga : Puluhan Tahun Jadi Perokok, Kejadian Ini Bikin Rano Karno Kapok dan Berhenti

Kalau perlu, akan dilakukan pemeriksaan penunjang, misalnya rontgen tulang belakang.

Pada ibu yang melahirkan normal, kondisi ini tidak terjadi. Empat puluh hari bahkan enam jam setelah bersalin, ibu bisa langsung beraktivitas normal.

Baca Juga : Obat Palsu Tak Ada Habisnya, Ternyata Obat Ini yang Paling Banyak  

* Nyeri di bekas Sayatan

Pascaoperasi, saat efek anestesi hilang, nyeri di bekas sayatan bedah akan terasa.

Ibu melahirkan normal, setelah istirahat enam jam, paling-paling akan merasa letih atau pegal-pegal. Rasa letih ini lekas hilang jika ibu banyak bergerak.

* Rasa Kebal di Bekas Sayatan

Keluhan lain sehabis operasi sesar adalah rasa kebal di bagian atas bekas sayatan operasi.

Ini wajar karena saraf di daerah tersebut boleh jadi ada yang terputus akibat sayatan saat operasi.

Butuh kira-kira 6-12 bulan, sampai serabut saraf tersebut menyambung kembali.

Pada persalinan normal, putus saraf di perut dipastikan tidak ada.

Baca Juga : 8 Manfaat Buah Srikaya yang Ajaib Tak Banyak Diketahui, Cegah Kanker!

* Nyeri di Bekas Jahitan

Keluhan ini sebetulnya wajar karena tubuh tengah mengalami luka, dan penyembuhannya tidak bisa sempurna 100%. Apalagi jika luka tersebut tergolong panjang dan dalam.

Dalam operasi sesar ada 7 lapisan perut yang harus disayat. Sementara saat proses penutupan luka, 7 lapisan tersebut dijahit satu demi satu menggunakan beberapa macam benang jahit.

Nah, dalam proses penyembuhan tak bisa dihindari terjadinya pembentukan jaringan parut.

Jaringan parut inilah yang dapat menyebabkan nyeri saat melakukan aktivitas tertentu, terlebih aktivitas yang berlebihan atau aktivitas yang memberi penekanan di bagian tersebut.

Pada persalinan normal, walau ada jahitan pada vagina (ini juga tidak pada semua ibu), tapi efeknya tidak akan seperti kondisi ibu disesar.

Ibu yang bersalin normal biasanya tidak akan mengeluhkan apa-apa pada jahitan tersebut.

Baca Juga : Obat Demam Anak, Parasetamol atau Ibuprofen? Ini Penjelasan Ahli

* Mual Muntah

Rasa mual-muntah yang umumnya timbul akibat sisa-sisa anestesi pada diri ibu.

Efek seperti ini, tidak ditemukan pada ibu bersalin normal. Yang ibu rasakan hanyalah perasaan letih, lapar, dan haus.

* Muncul Keloid di Bekas Jahitan

Selama masa penyembuhan luka operasi, banyak ibu yang gundah karena perutnya tak lagi mulus.

Apalagi jika di bekas jahitan muncul benjolan memanjang yang disebut keloid.

Munculnya keloid pada bekas sayatan operasi sesar biasanya disebabkan oleh paparan cairan ketuban yang mengandung faktor pertumbuhan sel, jenis benang jahit yang dipakai, teknik menjahit, serta bakat seseorang dalam reaksi jaringan.

Pada ibu yang bersalin normal, mendambakan perut yang tetap mulus seperti saat gadis bukanlah masalah berarti.

Baca Juga : Inilah 5 Gejala Leukemia yang Tanpa Disadari Dapat Menimpa Kita

* Gatal di Bekas Jahitan

Rasa gatal di bekas jahitan sangat mengganggu dan mendorong ibu untuk menggaruknya.

Sedihnya, tidak disarankan bagi ibu untuk menggaruk karena dikhawatirkan jahitan akan terbuka dan menimbulkan dampak lebih parah.

Rasa gatal bisa timbul akibat adanya infeksi pada daerah luka operasi seperti infeksi jamur atau karena reaksi penyembuhan luka yang berlebihan.

Bila penyebabnya infeksi biasanya akan tampak tanda radang di daerah jahitan (ditandai dengan kulit yang berwarna kemerahan, ada luka, ada cairan yang keluar, terasa panas, dan terasa nyeri bila ditekan).

Berbeda bila disebabkan reaksi kulit yang berlebihan; kulit di daerah jahitan menebal dan mengeras serta menonjol dibanding permukaan kulit lainnya. Inilah yang disebut keloid.

Ibu bersalin normal tidak merasakan hal ini karena tidak ada luka sayatan di daerah perut.

Baca Juga : Cinta Vs Kehamilan, Apakah Ini Penyebab Wanita Tak Kunjun Hamil?

* Luka Berpeluang Infeksi

Ibu yang melahirkan secara sesar harus menjaga luka di perutnya agar jangan sampai terkena air dan terinfeksi. Proses penyembuhan luka bekas sesar biasanya berlangsung 10 hari.

Bagi ibu yang bersalin normal, perawatan luka kemungkinan dilakukan di bibir vagina yang diepisiotomi (digunting sedikit).

Jika tak ada indikasi perlunya eposiotomi, setelah bersalin normal dan kembali bugar, ibu boleh mandi sesuka hati.

* Minum Antibiotik

Untuk mencegah infeksi pada luka sayatan sesar, pascaoperasi ibu akan diberi antibiotik untuk beberapa hari ke depan.

Jadi, sabar-sabar saja untuk tidak putus obat sepanjang dosis yang ditentukan dokter.

Ibu bersalin normal, tidak perlu antibiotik. Yang mesti dipenuhi adalah asupan makanan empat sehat lima sempurna, dan minum minimal 8 gelas sehari.

Baca Juga : Cinta Vs Kehamilan, Apakah Ini Penyebab Wanita Tak Kunjun Hamil?

* Tak Bisa Segera Hamil Kembali

Jarak aman antarkehamilan yang disarankan adalah 2 tahun setelah sesar, meski ini bukan angka mati karena terpulang kembali pada kondisi masing-masing ibu.

Idealnya, sehabis menjalani operasi sesar, tunda kehamilan sampai luka operasi dan jahitannya benar-benar sembuh dan kuat.

Kehamilan selagi jahitan masih "basah" dan belum kuat dikhawatirkan membuatnya lepas dan selanjutnya membahayakan ibu seiring dengan membesarnya perut.

Selain itu, tenggang waktu 2 tahun ini juga dimaksudkan untuk memberi kesempatan pada organ-organ reproduksi maupun organ lainnya untuk beristirahat.

Pada ibu yang bersalin normal, jarak setahun tidaklah masalah. Namun, tentu saja jarak kehamilan sedekat ini tidak dianjurkan karena tidak terlalu baik bagi psikis anak yang sangat membutuhkan perhatian penuh sampai ia cukup mandiri dan bisa berbagi.

Baca Juga : Tika Bravani Suka Minum Jus Pakcoy, Siapa Sangka Manfaatnya Tak Terduga Untuk Kesehatan!

* Mobilitas Terbatas

Dalam waktu 24 jam, mobilisasi ibu pascapersalinan sesar mesti dilakukan secara lebih lama dan lebih bertahap. Tanpa itu, proses penyembuhan luka bisa mengalami gangguan.

Ibu yang melahirkan normal, setelah 6 jam beristirahat hanya perlu tahapan singkat mobilisasi. Setelah itu, ibu dapat langsung beraktivitas seperti biasa.

* Kemungkinan Sembelit

Sehabis menjalani operasi sesar, biasanya ibu baru bisa buang air besar beberapa hari kemudian.

Pada ibu yang bersalin normal, kondisi sembelit umumnya tidak ditemui.

Baca Juga : Menurunkan Berat Badan Mudah Dengan 9 Trik Diet Ini, Buktikan!

Bagaimana? Apakah bersalin sesar masih dianggap lebih baik daripada secara alami?

Sekali lagi, persalinan sesar hanya lebih baik jika memang terdapat indikasi medis pada ibu dan janin. (*)