Find Us On Social Media :

Bahaya Saraf Kejepit Intai Anak yang Suka Main Gadget, Ini Faktanya

Terlalu banyak bermain gadget dapat menimbulkan bahaya saraf kejepit yang menyebabkan leher sakit.

GridHEALTH.id - Pembicaraan tentang manfaat gadget oleh anak anak masih menjadi topik diskusi yang menarik bagi orangtua.

Baca Juga : Main Gadget Lebih Dari 7 Jam Sehari Ganggu Kesehatan dan Emosi Anak

Di satu sisi, gadget memang dapat menjadi sarana pembelajaran dan hiburan bagi anak. Sisi yang lain, penggunaan gadget pada menimbulkan beberapa risiko negatif.

Hal inilah yang kemudian membuat banyak orangtua merasa dilema untuk memberikan gadget pada anak mereka atau tidak.

Karena banyaknya dilema orangtua inilah Hansa Bhargava, MD, adalah dokter spesialis anak WebMD mengungkapkan pendapatnya tentang penggunaan gadget pada anak.

"Hasil awal dari multi-center study yang didanai oleh National Institute of Health menunjukkan bahwa ada perubahan otak pada anak-anak berusia 9-10 tahun yang memandangi layar gadget selama lebih dari 7 jam sehari.

Kami tidak tahu pasti apakah efek struktural ini negatif tetapi, sayangnya, ada penelitian lain yang sudah mengarah ke potensi bahaya. Baik secara fisik maupun psikis."

Terbaru, menggunakan gadget terlalu lama, yang berarti dalam posisi menunduk, menimbulkan bahaya saraf kejepit.

Baca Juga : Orang Jepang Paling Disiplin Sedunia, Ternyata Begini Model Pendidikannya Sejak Kecil

Hal ini disampaikan dr. Mahdian Nur Nasution, SpBS dari Lamina Pain and Spine Center, nyeri leher atau leher kaku menjadi penyakit yang sering dialami penggemar gadget.

Fenomena baru ini terjadi seiring dengan banyaknya orang yang tak bisa lepas dari penggunaan gawai baik untuk sarana hiburan, komunikasi, hingga pekerjaan.

Baca Juga : Minum 2 Gelas Air Putih Sebelum Makan, Bisa Turunkan Berat Badan

"Nunduk berjam-jam main gadget menyebabkan generasi sekarang berisiko mengalami masalah di tulang belakang, terutama leher. Kita sering sakit kepala, migrain, itu ternyata kalau ditelusuri dari leher juga problemnya. Harap diketahui,  10% nyeri di leher disebabkan oleh bahaya saraf kejepit," ujar dr. Mahdian dalam temu media di RS Meilia Cibubur, Selasa (19/2/2019).

Bahaya saraf kejepit sendiri, kata dr. Mahdian, merupakan kondisi dimana isi bantalan antar-ruas tulang belakang bocor sehingga menekan saraf.

Bantalan tulang sendiri berperan sebagai penyerap kejutan, bersama dengan dua sendi kecil di belakang leher akan membantu manusia untuk menggerakkan lehernya.

"Kalau saraf kejepit di leher bisa memicu nyeri menjalar hingga ke lengan. Cirinya ada kesemputan di lengan bawah hingga jari. Otot menjadi lemah," imbuh dia.

Selain rasa nyeri yang menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasien, saraf kejepit ini juga bisa membuat seseorang tidak produktif karena otot lengannya menjadi lemah.

Pijat terapi atau konsumsi obat, menurut dr. Mahdian, kurang efektif dalam mengatasi saraf kejepit.

Baca Juga : Aura Kasih Hamil Suami Rajin Memasak, Ini Makanan Sehat Ibu Hamil

Salah satu metode yang efektif dalam membuka bantalan tulang yang terjepit ini adalah operasi. Namun banyak masyarakat yang beranggapan bahwa operasi dapat memicu kelumpuhan dan meninggalkan luka sayatan yang besar.

Namun kata dr. Mahdian, ada teknologi yang dapat meminimalkan luka sayatan dan risiko pascaoperasi saraf kejepit, yakni Percutaneous Endoscopic Cervical Discectomy (PECD) atau sering disingkat pula menjadi Endoskopi Servical.

Baca Juga : Bukan Cuma Untuk Bergaya, Pakai Kacamata Hitam di Siang Hari Baik Untuk Mata

Bahkan teknik operasi ini sudah dijalankan dr. Mahdian sejak November 2018 di RS Meilia Cibubur. Menurut dia, tak mudah untuk mewujudkan teknik yang sudah dikenal sejak tahun 1990-an di negara lain, tapi baru bisa diterapkan di Indonesia baru-baru ini.

”Masalah mahalnya alat yang harus dibeli dokter atau rumah sakit, menjadi masalah yang harus menjadi perhatian bersama,” imbuhnya.

Dalam teknik PECD untuk mengatasi bahaya saraf kejepit, dr. Mahdian menjelaskan ada dua pendekatan yang dipakai, yaitu anterior (depan) dan posterior (belakang).

Keduanya bertujuan menghilangkan herniasi bantalan sendi tulang belakang yang menyebabkan penekanan pada saraf tulang belakang, dengan bantuan penglihatan langsung melalui kamera endoskopi yang ditampilkan pada layar.

Baca Juga : Pemanis Buatan Ternyata Bisa Menyebabkan Obesitas, Ini Penjelasannya

"Selain sayatan yang minimal, hanya 4 mm, operasi ini juga dapat dilakukan melalui anastesi lokal saja. Waktu operasi pasien juga menjadi lebih singkat, pemulihan cepat, kerusakan jaringan lebih minimal," katanya.(*)