Menurut American Heart Association menjelaskan bahwa ketika di bawah stres berat (seperti saat patah hati), terkadang sebagian jantung akan membesar sementara dan tidak dapat memompa darah dengan baik.
Baca Juga : Tidur Sehat Matikan Lampu, Memang Ada Manfaatnya Bagi Kesehatan?
Sementara fungsi bagian jantung lainnya bekerja dengan sangat baik, bahkan bisa berkontraksi dengan sangat kuat.
Kondisi ini bisa menyebabkan gagal otot jantung jangka pendek yang parah, kondisi ini disebut sebagai kardiomiopati induksi stres, namun labih sering disebut sebagai “sindrom patah hati”.
Kabar baiknya, sindrom patah hati termasuk kondisi medis yang sangat jarang, tapi mudah untuk diobati.
Sebuah studi di jepang tahun 2014 memperkirakan hanya ada sebesar 2% kasus sindrom patah hati di dunia yang diikuti oleh masalah koroner akut.
Baca Juga : Usai Patah Hati, Ariana Grande Merasa Terhina Batal Tampil di Grammy Awards 2019
Namun, studi yang sama menemukan bahwa sindrom patah hati lebih cenderung memengaruhi wanita, dengan laporan kasus mencapai 80% hingga saat penelitian dilakukan.
Sebagai respons stres, sistem saraf simpatetik dalam otak akan diaktifkan akibat pelepasan sejumlah hormon secara tiba-tiba.