Connors sempat berpikir untuk melakukan aborsi ketika rasa sakit di perutnya ini sudah sangat tidak tertahankan.
Namun ia tetap mempertahankannya hingga saat persalinan yang dilakukan melalui operasi sesar, dokter dan staf rumah sakit menemukan bahwa uterus dan plasenta robek, seperti tercabik-cabik.
Baca Juga : Pencernaan Sehat Didapat Dari Cara Makan yang Sehat, Begini Caranya
Tidak hanya itu, dokter merasa heran dan tidak bisa menjelaskan bagaimana bayi bertahan hidup tanpa air ketuban dalam jangka waktu yang lama.
Melansir dari laman American Pregnancy, sebenarnya mendekati masa persalinan, air ketuban akan berkurang.
Hal tersebut merupakan kondisi yang sehat alias normal.
Kondisi berkurangnya cairan ketuban ini disebut dengan istilah oligohidramnion.
Volume cairan ketuban kurang dari 500 ml pada usia kehamilan 32-36 minggu bahkan hingga bayi dilahirkan jumlahnya akan semakin berkurang.
Cairan ketuban adalah bagian dari sistem pendukung kehidupan bayi yang berfungsi untuk melindungi bayi dan membantu dalam pengembangan otot, anggota badan, paru-paru dan sistem pencernaan.
Baca Juga : Viral Berita Kepala Bayi Putus Saat Dilahirkan, Begini Kronologisnya
Cairan ketuban diproduksi segera setelah kantong ketuban (plasenta) terbentuk sekitar 12 hari setelah pembuahan.
Jika volume cairan ketuban ini semakin berkurang pada ibu hamil bahkan habis seperti yang terjadi pada Suzanne Connors, biasanya disebabkan oleh beberapa hal, seperti: