Find Us On Social Media :

Sutopo dan Ani Yudhoyono Meninggal Saat Menjalani Pengobatan, Mahfudz (6) Menderita Kanker Langka Harus Jalani 85 Kali Kemoterapi

mahfudz, anak 6 tahun menjalankan 85 kali kemoterapi karena kanker langka.

GridHEALTH.id – Bulan lalu saat Ramadan, tak lama lagi lebaran, Istri mantan Presiden Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono alias SBY meninggal dunia karena kanker.

Ani Yudhoyono meninggal dunia di Singapura saat sedang menjalani pengobatan kanker. Kemoterapi adalah salah satunya.

Baca Juga: Bayi 4 Bulan Diberi Makan Nasi Perutnya Membesar dan Bentuknya Mengerikan, Sangsi Bagi Orangtua Denda 100 juta Kurungan 1 Tahun

Tak lama kemudian, Minggu (7/7) kembali berita duka merebak, Kepala Humas dan Pusat Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho meninggal dunia di Guangzhou, China.

Penyakit yang diderita pria yang akrab disapa Sutopo ini adalah kanker paru. Sutopo di China dalam rangka pengobatan penyakit kanker yang dideritanya sejak lama.

Tapi tahukah, kanker tidak hanya terjadi pada orang dewasa saja, kanker juga mungkin terjadi pada anak-anak.

Baca Juga: Kesakitan Setelah Disunat, Anak Ini Minta Alat Kelaminnya Dikembalikan

Kanker seperti kanker darah sendiri menjadi jenis kanker yang umum dialami anak.

Tapi ada pula anak yang mengalami kanker langka seperti Mahfudz.

Dilansir dari laman Nakita.id (22 Februari 2018) anak yang lahir pada 12 April 2012 ini merupakan anak keempat dari empat bersaudara.

Menginjak usia 1,5 tahun, Mahfudz tiba-tiba mengalami demam tinggi yang kadang hilang dan muncul selama tiga bulan.

Baca Juga: Senasib dengan Gugun Gondrong, Vokalis band Terkenal yang lagunya hits di 2008 Ini Saat Sakit Stroke Dicerai Istri Tercinta

Pemeriksaan dimulai dari Bidan, Klinik, dan Puskesmas namun hasilnya biasa aja.

Semakin lama, perut Mahfudz membesar, kulit kepala & kuku luka, dan bercak tangan di tangan.

Setelah di cek ke rumah sakit, diketahui bahwa Mahfudz didiagnosa sakit Kanker LCH (Langerhans Cell Histiocytosis).

Kanker ini, sel-sel Langerhans (disebut histiosit) meningkat jumlahnya dan menyerang berbagai jaringan tubuh.

Sel tersebut ditemukan di seluruh tubuh, namun paling sering ditemukan di Limpa, Paru-Paru, Hati, dan Sum-Sum Tulang Belakang.

Baca Juga: Segera Transplantasi Ginjal, Stevie Wonder Sementara Rehat Bermusik

Penyakit ini dibilang cukup langka sebab terjadi pada 1:200.000 anak

Sel-sel kekebalan tubuh secara keliru menyerang tubuh dan pada akhirnya membentuk tumor.

Melansir ghr.nlm.nih.gov kanker LCH, 80 persen individu yang terkena, satu atau lebih granuloma berkembang di tulang, menyebabkan rasa sakit dan bengkak.

Granuloma, yang biasanya terjadi di tengkorak atau tulang panjang lengan atau kaki, dapat menyebabkan patah tulang.

Granuloma juga sering terjadi pada kulit, muncul sebagai lepuh, benjolan kemerahan, atau ruam yang bisa ringan hingga berat.

Kelenjar pituitari mungkin juga terpengaruh; kelenjar ini terletak di dasar otak dan menghasilkan hormon yang mengendalikan banyak fungsi tubuh yang penting.

Tanpa suplementasi hormon, individu yang terkena mungkin mengalami pubertas yang tertunda atau tidak ada atau ketidakmampuan untuk memiliki anak (infertilitas).

Baca Juga: Menyebar ke Tulang dan Organ Vital, Begini Kanker Paru Memengaruhi Tubuh Kepala BNPB Sutopo Purwo

Selain itu, kerusakan kelenjar hipofisis dapat menyebabkan produksi urin dalam jumlah berlebihan (diabetes insipidus) dan disfungsi kelenjar lain yang disebut tiroid.

Disfungsi tiroid dapat mempengaruhi laju reaksi kimia dalam tubuh (metabolisme), suhu tubuh, tekstur kulit dan rambut, dan perilaku.

Granuloma sendiri adalah kelainan pada jaringan tubuh yang muncul akibat peradangan.

Dalam pemeriksaan mikroskopik, kelainan ini bisa terlihat sebagai kumpulan sel-sel radang pada jaringan dalam pemeriksaan mikroskopik.

Munculnya granuloma bisa disebabkan oleh beberapa hal, seperti infeksi atau karena paparan zat kimia.

Baca Juga: Harapan dan Cita-citanya Sudah Terpenuhi, Sutopo Pergi Untuk Selamanya di Guangzhou Karena Kanker Paru dengan Tenang

Tanda dan gejala lain yang mungkin terjadi pada LCH tergantung pada organ dan jaringan mana yang memiliki endapan sel Langerhans, termasuk pembengkakan kelenjar getah bening, sakit perut, menguningnya kulit dan putih mata (jaundice), pubertas tertunda, mata menonjol, pusing, lekas marah, dan kejang.

Sekitar 1 dari 50 individu yang terkena mengalami penurunan fungsi neurologis (neurodegeneration).

LCH sering didiagnosis pada masa kanak-kanak, biasanya antara usia 2 dan 3, tetapi dapat muncul pada usia berapa pun.

Sebagian besar individu dengan LLCH dewasa adalah perokok saat ini atau sebelumnya; pada sekitar dua pertiga dari kasus onset dewasa gangguan hanya mempengaruhi paru-paru.

Baca Juga: Putra Sulung Ahok Menjawab Keraguan Publik Atas Pernikahan Ayahnya dengan Puput Nastiti Devi, Ibu Tirinya Dikabarkan Ngidam

Tingkat keparahan LCH dan tanda dan gejalanya, sangat bervariasi di antara individu yang terkena.

Presentasi atau bentuk gangguan tertentu sebelumnya dianggap sebagai penyakit yang terpisah

Pada banyak orang dengan LCH, kelainan tersebut akhirnya hilang dengan pengobatan yang tepat.

Mahfudz menjalankan beberapa operasi dan perawatan kemoterapi di RSCM.

Biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS namun ada beberapa obat-obatan yang harus beli sendiri, dan harganya mencapai jutaan.

Ibu dari Mahfudz harus berjuang sendiri karena Ayah Mahfudz meninggal dunia di bulan Februari 2017 lalu.

Baca Juga: Putra Sulung Ahok Menjawab Keraguan Publik Atas Pernikahan Ayahnya dengan Puput Nastiti Devi, Ibu Tirinya Dikabarkan Ngidam

Pada bulan Desember kemarin (2017), Mahfudz sudah menyelesaikan operasi dan sedang menjalani rawat jalan.

Perjuangan Mahfudz belum selesai Moms sebab ia harus menghadapi kemoterapi berkala sebanyak 85 kali.

Semoga perjuangan Mahfudzini diberikan yang terbaik, kondisinya dapat pulih seperti anak lainnya.(*)

#gridhealthid @inspiringbetterhealth #gridnetwokjuara