Find Us On Social Media :

Sudah 40 Hari Ani Yudhoyono Meninggal, SBY: 'Saya Masih Terus Menata Hati dan Jalan Hidup Baru'

Peringatan 40 Hari Ani Yudhoyono, SBY: Masih Menata Hati

GridHEALTH.id - Bagi SBY cukup sulit rupanya terlepas dari bayang-bayang Ani Yudhoyono selepas kepulangannya menghadap Sang Ilahi pada 1 Juni 2019 lalu.

Begitu juga dengan anak, menantu hingga para cucu yang setia menemani Ani Yudhoyono berjuang melawan kanker darah.

Baca Juga: SBY Tepati Janjinya Temani Ani Yudhoyono Hingga Akhir Hayatnya, Warganet:

Ani Yudhoyono memang menyentuh hati banyak orang dengan kebaikannya, hal ini pun disampaikan oleh menantu pertamanya, Annisa Pohan lewat unggahan video singkat di Instagram pribadinya pada Sabtu (6/7/2019) lalu.

Bahkan semalam, tepatnya pada Rabu (10/7/2019) malam, telah digelar acara doa bersama mengenang 40 hari meninggalnya Ani Yudhoyono di kediaman SBY di Puri Cikeas, Bogor. 

Baca Juga: Dijenguk Baim Wong, Agung Hercules Hanya Bisa Bergumam, Tangannya Dicium Oleh Suami Paula Verhoeven

Dalam acara tersebut, nampak pula sang suami tercinta Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang terlihat tak biasa.

Namun berbeda pada saat ini, SBY mengaku harus menggunakan teks agar mudah di dalam memberi sambutan. 

"Biasanya saya jarang menggunakan teks seperti ini. Dengan menggunakan teks, saya bisa menjaga emosi saya yang sekarang belum stabil. Izinkan saya membacakan teks ini," kata SBY, mengutip Tribunnews Bogor.

Baca Juga: Kisah Yuliana Yuliani, Kembar Siam Pertama Yang Berhasil Dipisahkan Hingga Jadi Dokter dan Doktor

SBY membuka acara mengenang 40 hari meninggalnya Ani Yudhoyono dengan sebuah sambutan yang cukup menyentuh hati.

"Saya dan keluarga sedang menjalani healing process. Saya pernah mengatasi rasa duka (deep grief), dan juga rasa kehilangan (great loss) yang amat dalam. Dengan berpulangnya istri tercinta, Ani Yudhoyono menghadap Sang Khalik," kata SBY.

Di dalam sambutannya itu, SBY menceritakan kalau dirinya tengah menulis memoar untuk mengenang almarhumah istrinya, Ani Yudhoyono. 

"Saya masih terus menata hati, dan membangun kembali semangat dan jalan hidup saya yang baru, reinventing my new life dalam healing process yang tengah saya lakukan, dengan keyakinan bahwa pada saatnya nanti saya bisa sepenuhnya menerima kenyataan hidup ini," kata SBY. 

Sulit memang ditinggal pergi untuk selamanya oleh orang terkasih, terlebih sudah melewati masa suka dan duka selama 43 tahun bersama.

Baca Juga: Behel Gigi Berujung Malapetaka, Menghitam dan Menjadi Kanker hingga Akhirnya Harus Dicabut Paksa

Tak ayal, hal ini pun mungkin menjadi beban mental bagi keluarga Ani Yudhoyono.

"Alih-alih serangkaian tahapan, kita mungkin juga menganggap proses berduka sebagai roller coaster, penuh pasang surut, pasang surut.

"Seperti banyak roller coaster, perjalanan cenderung lebih kasar pada awalnya, posisi terendah mungkin lebih dalam dan lebih lama.

"Periode sulit harus menjadi kurang intens dan lebih pendek seiring berjalannya waktu, tetapi butuh waktu untuk bekerja melalui kerugian.

"Bahkan bertahun-tahun setelah kehilangan, terutama di acara-acara khusus seperti pernikahan keluarga atau kelahiran anak, kita mungkin masih mengalami rasa duka yang kuat," mengutip dari Hospice Foundation of America.

Baca Juga: 5 Koboi 'Marlboro Man' Ini Meninggal dengan Gangguan Paru, Ini Kejamnya Tembakau Bernama Rokok

Namun perlu diingat perasaan sedih yang mendalam ini jika dibiarkan berlarut-larut dalam jangka waktu panjang dapat mendatangkan masalah kesehatan.

Hal ini dijabar oleh seorang profesor kedokteran di Harvard Medical School dan dokter senior di Divisi Kardiovaskular di Brigham and Women's Hospital, Dr. Peter Stone.

"Stres emosional jelas akan mendatangkan malapetaka dengan sistem saraf simpatik, dan itu dapat menyebabkan masalah seperti yang dijelaskan penulis," kata Dr. Stone. 

Ini termasuk perubahan tekanan darah, detak jantung, dan pembekuan darah yang disebabkan oleh stres.

Baca Juga: Rehat Syuting FTV, Ben Joshua Sering Jalan-Jalan Bareng Keluarga, Ben: 'Buah dan Sayur Harus Selalu Ada Tiap Hari'

"Penting juga dicatat bahwa orang-orang dalam penelitian ini berusia 60-89 tahun. Seringkali individu yang memiliki pasangan atau orang yang dicintai meninggal di usia tua, lebih rentan terhadap penyakit jantung," tambah Dr. Stone.

Baik SBY atau anggota keluarga lainnya, hal ini memang sangat menyedihkan namun penting untuk tetap menjaga kesehatan fisik dan mental.

Baca Juga: Salmafina Tertangkap Kamera Berdoa di Gereja, Tak Tahunya Sedang Asyik Lakukan Olahraga Ekstrem

#gridhealthid #gridnetwokjuara