Find Us On Social Media :

Musim Haji, Jemaah Indonesia Sering Dikritik Karena Enggan Pakai Alas Kaki, Padahal Ini Risikonya

Petugas haji menyediakan sandal gratis untuk para jamaah.

GridHEALTH.id -  Memasuki musim haji, kedatangan jamaah haji asal Indonesia sudah memasuki minggu ke-2. Sebagian besar jamaah sudah berada di Madinah sebagai bagian gelombang satu.

Baca Juga: Tempelkan Bawang Pada Telapak Kaki Menjelang Tidur, Lihat Dampaknya Bagi Tubuh

Di Madinah, aktivitas ibadah jamaah haji dipusatkan di masjidil Nabawi. Namun sayangnya banyak jamaah haji asal Indonesia yang tidak memerhatikan hal-hal penting yang sudah diingatkan sebelum keberangkatan ke tanah suci.

Hal paling sering menjadi permasalahan jamaah haji adalah penggunaan alas kaki. Seperti diketahui, lantai di luar bangunan masjid sangatlah panas. Kondisi ini sering menyebabkan cedera pada telapak kaki. Misalnya kaki jadi melepuh.

Tim Pertolongan Pertama Pada Jamaah Haji (P3JH) sering menemukan jamaah yang keluar dari bangunan masjid tanpa menggunakan alas kaki. Penyebabnya karena jamaah sering lupa menyimpan alas kaki nya.

“Tim P3JH adalah bagian dari PPIH non kloter yang memberikan layanan umum dengan kemampuan khusus kesehatan.

Tim ini hanya membantu penanganan darurat awal, selanjutnya masalah kesehatan ditangani oleh petugas PPIH Kesehatan,” jelas dr.Mahesa Paranadipa, Wakil Koordinator Tim P3JH seperti dikutip dari Viva.co.id

Baca Juga: Shandy Aulia Sering Lakukan USG Kehamilan, Berapa Kali Idealnya Melakukan USG Selama Hamil?

“Cedera pada kaki akibat menginjak lantai yang panas dapat menghambat aktivitas ibadah jamaah selanjutnya.

Oleh karenanya penting bagi jamaah untuk memperhatikan arahan dari petugas kesehatan dan pembimbing di kloternya masing-masing,” tambah dr. Mahesa.

Padahal Petugas haji Indonesia terus bekerja maksimal melayani jamaah haji di tanah suci. Salah satunya, untuk melindungi kaki jamaah dari teriknya panas, para petugas haji menyediakan sandal gratis di pintu keluar Masjid Nabawi, bagi jamaah yang kehilangan sandalnya.

Kritikan dan imbauan kepada jemaah haji Indonesia ini sebaiknya dipatuhi karena berjalan tanpa alas kaki sering mengundang risiko kesehatan.

Bisa saja ada beberapa kuman atau bakteri yang masuk ke dalam kaki, apalagi jika pada kaki terdapat luka.

Baca Juga: Kontrol Gula Darah dengan 5 Jenis Teh Ini, Aman Bagi Penderita Diabetes

Berikut adalah penyakit-penyakit yang bisa didapat jika berjalan-jalan tanpa menggunakan alas kaki di luar rumah.

1. Cutaneous Larva Migrans

"Ini adalah infeksi parasit yang disebabkan oleh larva dari kucing atau cacing tambang pada anjing," kata Eric Brown, Ph.D., Associate Professor Epidemiologi, Genetika Manusia dan Ilmu Lingkungan di The University of Texas School of Public Health, Center for Infectious Diseases.

"Itu bisa terjadi pada siapa saja. Tapi umumnya terjadi di daerah di mana sanitasi buruk. Anda bisa mengalaminya jika Anda bertelanjang kaki di atas pasir atau tanah dimana anjing dan kucing yang terinfeksi cacing tambang meninggalkan kotorannya."

Baca Juga: Benarkah Teknik Buteyko Breathing Bisa Bikin Tidur Enak? Ini Jawaban Pakar

2. MRSA

Methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA) adalah sejenis bakteri staph yang resisten terhadap banyak antibiotik.

Kita bisa mengalami MRSA ini ketika berjalan tanpa alas kaki di gym atau ruang ganti melalui luka kecil yang terdapat pada kaki.

3. Infeksi jamur

Kita bisa mendapatkan infeksi jamur pada kuku (onikomikosis) atau kulit kaki (tinea pedis) yang lebih dikenal dengan kaki atlet.

Jika tidak diobati, kaki bisa terlihat sangat jelek. Berjalan tanpa alas kaki di mana terdapat spora jamur berada, termasuk gym umum, kolam renang, spa, asrama, dan kamar mandi umum bisa memungkinkan kita mengalami infeksi jamur.

Baca Juga: PK Ditolak Bikin Baiq Nuril Syok, Kondisi Ini Bisa Memengaruhi Kesehatan Seseorang

4. Tungiasis

Penyakit parasit yang disebabkan oleh lalat pasir betina atau kutu chigoe yang terkadang disebut jigger masuk ke dalam kulit.

"Mereka umumnya menginfeksi kaki atau tumit dan juga jari kaki Anda. Ini adalah infeksi yang buruk dan menjijikkan," kata Brown.

Seringnya terjadi di daerah-daerah miskin di dunia, seperti Amerika Tengah dan Selatan, Karibia, dan Afrika. (*)