GridHEALTH.id - Kita tidak ada tahu persis bagaimana suatu penyakit itu datang pada tubuh kita.
Namun ada beberapa penyakit yang memiliki ciri tertentu yang dapat menunjukkan adanya pertumbuhan penyakit tersebut.
Baca Juga: Sering Sembelit? Konsumsi 7 Makanan Pelancar Buang Air Besar Ini
Salah satu penyakit kanker usus atau yang biasa disebut dengan kanker kolorektal.
Melansir WebMD, kanker kolorektal biasanya dimulai sebagai polip, istilah yang tidak spesifik untuk menggambarkan pertumbuhan pada permukaan bagian dalam usus besar.
Poplip merupakan pertumbuhan non-kanker tetapi beberapa jenis dapat berkembang menjadi kanker.
Baca Juga: Terapi Target Sembuhkan Kanker Stadium 3 dan 4, Efek Sampingnya Ringan
Dua jenis polip yang paling umum ditemukan di usus besar dan dubur yaitu polip hiperplastik dan inflamasi.
Polip ini tidak membawa risiko berkembang menjadi kanker, namun, polip hiperplastik besar terutama di sisi kanan usus dapat menjadi perhatian dan harus dihilangkan sepenuhnya.
Meskipun sebagian besar polip kolorektal tidak menjadi kanker, hampir semua kanker usus besar dan dubur dimulai dari pertumbuhan ini.
Baca Juga: Beratnya Tas Ransel yang Dibawa Anak ke Sekolah Terbukti Tidak Mengakibatkan Nyeri Punggung
Menurut American Cancer Society, tanda dan gejala awal kanker kolokteral ini meliputi:
- Perubahan kebiasaan buang air besar, seperti diare, sembelit, atau penyempitan tinja, yang berlangsung selama lebih dari beberapa hari- Perasaan ingin buang air besar yang tidak lega dengan melakukannya- Pendarahan dubur- Kotoran gelap, atau darah di dudukan kloset- Nyeri kram atau perut- Kelemahan dan kelelahan- Penurunan berat badan
Menurut Sekretaris Jenderal Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Disgestif Indonesia (IKABDI), Dr. A. Hamid Rochanan, SpB-KBD, MKes, yang sering menangani pasien penyintas kanker kolokteral saat ditemui GridHealth.id menyebutkan, jenis kanker ini merupakan salah satu kanker yang dapat dideteksi dini.
"Cara mendeteksinya yaitu dengan pemeriksaan tinja. Deteksinya boleh dilakukan 3 bulan sekali atau setahun sekali demi pengecekan rutin," ujarnya dalam acara press conference "Penatalaksanaan Kanker di Era BPJS Kesehatan" di Menteng, Jakarta Pusat (15/7/2019).
Baca Juga: Studi: Kalsium Non-Susu Ternyata Ampuh Turunkan Risiko Batu Ginjal
Pada penderita kanker kolokteral umumnya tinja atau feses keluar bersama darah dengan tekstur cair terus menerus.
Baca Juga: Beratnya Tas Ransel yang Dibawa Anak ke Sekolah Terbukti Tidak Mengakibatkan Nyeri Punggung
Kondisi ini bisa terjadi selama lebih dari 3 hari bahkan berminggu-minggu.
Dr. Hamid juga menyebutkan bahwa kanker jenis ini dapat berkembang akibat adanya riwayat keluarga yang memiliki penyakit polip dan kanker, bahkan gaya hidup yang tidak sehat.
Anjuran untuk menjalani pola hidup sehat dan pola makan sehat pun memang wajib diterapkan bagi semua orang.
"Gaya hidup sehat seperti olahraga selama 30 menit salam sehari, 5 kali dalam seminggu, itu harus aktivitas. Ini bisa menurunkan risiko kanker, segala jenis kanker.
"Yang kedua pola makan. Makanan kalau enggak pengawet, pewarna, soft drink wah luar biasa (menjamur saat ini). Sebenarnya boleh saja (dimakan), asal tidak melebihi ambang batas kekuatan tubuh.
"Kalau melebihi sel-sel usus akan berubah sifat, yang lama-lama berubah menjadi cancer," terangnya.
Bahkan Dr. Hamid menyatakan jika daging juga dapat meningkatkan risiko kanker.
"Contohnya daging merah, bisa menyebabkan risiko kanker. Padahal ikan laut, tahu, tempe, sayur segar itu lebih bagus daripada makanan yang macam-macam," sambungnya.
Demi kesehatan pencernaan, kita memang harus mengonsumsi makanan-makanan sehat dan menrapkan pola hidup sehat agar terhindar dari berbagai macam jenis kanker seperti kanker kolokteral.(*)