GridHEALTH.id – Setelah kabar sedih tentang BPJS dan pihak rumah sakit yang belum dibayar, kembali kabar pilu datang dari dunia kesehatan Indonesia.
Kali ini dari Indonesia tengah, Makasar.
Bayi usia 9 bulan akhirnya harus meninggal dunia karena sakit, setelah sebelumnya diperiksa di RSUD Daya Makassar dan diarahkan untuk ke rumah sakit lain.
Meninggalnya bayi usia 9 bulan tersebut di perjalanan saat mencari rumah sakit lain.
Dari informasi yang dilansir Tribun Manado dari Kompas.com, kronologis meninggalnya bayi usia sembilan bulam tersebut; sebelumnya bayi tersebut lebih dahulu datang ke Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Daya Makassar.
Baca Juga: Daun Kelor Penolak Hantu dan Sihir? yang Benarnya Untuk Kesehatan, Obat Diabetes Hingga Anti Aging
Namun di sana tidak bisa mendapat perawatan atas kondisi yang dialaminya
Bibi dari bayi tersebut mengatakan, peristiwa itu bermula ketika keluarga A membawa bayi tersebut ke RSUD Daya, karena mengalami dehidrasi pasca-diare, Senin (22/7/2019) sekitar pukul 04.00 Wita.
Baca Juga: Sempat Beri Wejangan 'Jauhi Narkoba', Jefri Nichol Tertangkap Konsumsi Ganja 6,01 Gram di Rumahnya
Saat tiba di IGD RSUD Daya, bayi sempat diperiksa oleh dokter di sana.
Namun, pihak rumah sakit meminta keluarga bayi untuk mencari rumah sakit lain karena ruang IGD di rumah sakit itu penuh.
"Suhu tubuhnya sempat diukur sama perawat dan saat itu suhunya mencapai 38 derajat. Setelah itu mereka meminta untuk dibawa ke rumah sakit lain. Padahal neneknya sudah memohon supaya bayi kami mendapatkan penanganan dulu di Daya," kata Ica, Selasa (23/7/2019).
Baca Juga: Jangan Makan Pisang di Malam Hari Kalau Tak Mau Alami Gangguan Kesehatan Ini
Karena tak bisa dirawat di IGD RSUD Daya, keluarga membawa bayi tersebut ke Rumah Sakit Tajuddin Makassar yang jaraknya dekat dengan RSUD Daya.
Malang, di tengah perjalanan, bayi itu meninggal dunia.
Nyawanya tak tertolong usai tiba di Rumah Sakit Tajuddin Makassar.
Menanggapi hal ini, melansir Tribun Manado, Kasubag Humas dan Pemasaran RSUD Daya Muhammad Ansar mengatakan, bayi tersebut meninggal dunia di tengah perjalanan bukan karena pihaknya menolak merawat anak tersebut.
Baca Juga: Syuting Film Panas, Aktris Jepang Ini Meninggal di Lokasi Akibat Hal Cairan Ini
Menurutnya, saat pemeriksaan awal yang dilakukan dokter di ruang IGD, bayi tersebut masih dalam kondisi sadar dan baik meski anamnesis keluarga korban menyatakan bahwa bayi tersebut demam dan buang air besar tiga kali sehari.
"Setelah dilakukan pemeriksaan oleh dokter jaga IGD dengan diagnosa bahwa pasien tersebut febris proevaluasi, kondisi pasien sadar dan baik," ungkap Ansar kepada Kompas.com, Selasa.
Ansar menjelaskan, pihaknya memang mengarahkan agar keluarga membawa bayi ke rumah sakit lain dikarenakan ruang IGD di RSUD Daya sedang penuh.
Alasan ini juga disampaikan pihak rumah sakit karena beranggapan bahwa bayi tersebut masih dalam keadaan baik dan sadar.
"Jadi tidak benar kalau pasien ditolak karena sudah dilakukan pemeriksaan fisik oleh dokter jaga IGD sebelum diarahkan ke rumah sakit lain," ujarnya.
Baca Juga: Penyebab Keloid Muncul di Kulit, Bukan Karena Bakteri Atau Digaruk
Karena kejadiannya bayi 9 bulan tersebut sudah tiada, "Kami dari pihak keluarga sudah ikhlas. Hanya kami menyayangkan sikap RSU Daya yang menolak pasien. Padahal anak ini sudah memerlukan penanganan medis," ujar Ica.
"Jangan sampai ini menjadi kebiasaan rumah sakit, yang menolak pasien karena alasan kamar full. Padahal kami hanya mau dia ditangani dulu, walaupun hanya di UGD untuk sementara waktu," ujarnya.
Dari kejadian ini satu hikmah yang bisa kita petik adalah penanganan diare di rumah.
Karena ini adalah kunci pentingnya.
Penanganan diare di rumah tepat, seharusnya hal ini tidak terjadi.
Menurut laman rehydrate.org, penanganan diare bayi dan anak di rumah; beri mereka lebih banyak cairan daripada biasanya, untuk mencegah dehidrasi.
Baca Juga: Vanessa Angel Ingin Mati di Penjara, Galih Ginanjar Malah Betah dan Suka Makanan Penjara
Selain itu, beri meraka banyak makanan, untuk mencegah kekurangan gizi.
Bagi bayi, pemberian ASI tetap dilakukan, malah ditingkatkan.
Untuk bayi sudah makan, cairan oralit bisa diberikan sebanyak-banyaknya, juga air putih, dan tidak lupa makanannya.
Makanannya bukan buah-buahan, Juga hentikan pemberian susu formula.
Langkah selanjutnya, bawa segera anak ke fasilitas kesehatan jika diarenya tidak membaik, atau jika tanda-tanda dehidrasi atau penyakit serius lainnya berkembang.
Seperti; si kecil kehilangan kesadaran. Contoh, anak lemas lunglai, lebih banyak tidur dari biasanya, dan tidak ada respon saat diajak berinteraksi.
Lihat juga fisiknya secara keselurahan, apakah pucat, apakah si bayi ubun-ubunnya cekung, matanya putih khususnya bagian dalam kelopak mata bawah.
Jika jawabannya ya, ada kemungkinan dia mengalami dehidrasi dan harus segera di bawa ke tenaga medis, klinik atau rumah sakit.
Cek juga kulitnya dengan cara di tekan, apakah rekasi kembali kulit setelah di tekan lama atau cepat. Jika lama, jangan tunggu lebih lama, segera bawa dia ke rumah sakit terdekat untuk mendapat pertolongan medis tepat dan cepat.
Ingat, pada bayi orangtua dilarang untuk menberikan obat anti diare.(*)