GridHEALTH.id - Puber alias masa puber dalam siklus kehidupan manusia terjadi dua kali.
Pertama, saat masa remaja. Kedua, saat di usia matang.
Baca Juga: Dinilai Mudah Menyerap Bakteri dan Kuman, Begini Perawatan Sikat Gigi dengan Gagang Bambu
Bedanya, pubertas pertama adalah masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.
Ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis. Secara fisik, hal ini terkait dengan kematangan seksual.
Puber kedua, pada orang dewasa, istilah puber kedua lebih dikaitkan dengan perkembangan psikologis.
"Biasanya di usia ini mulai mengalami penurunan hormon sehingga takut menjadi tua. Akibatnya mereka jadi lebih memperhatikan penampilannya, mungkin mirip dengan perilaku remaja berusia 17-20 tahun," kata dr. Aditya Suryansyah, Sp.A seperti dilansir dari Kompas.com.
Baca Juga: Jangan Sampai Salah atau Panik, Begini Langkah-langkah Memandikan Bayi Baru Lahir
Usia yang dimaksud adalah usia 35 – 45 tahun, di mana seorang pria berada di usia peralihan antara dewasa dan paruh baya.
Lalu, apa tanda puber kedua pada pria ini? Sedikitnya ada enam tanda puber kedua, seperti dilansir dari Tribunnews.com.
Tiga tanda pertama adalah tanda-tanda secara fisiologis. Sedangkan tiga tanda berikutnya adalah tanda-tanda secara psikologis.
Artikel selengkapnya KLIK DI SINI
Sementara itu, seorang wanita gegara mengonsumsi obat pereda nyeri dirinya malah menjadi gemuk tak terkira.
Hingga akhirnya karena kegemukannya itu meninggal dunia.
Ternyata, alasan berat tubuh mendiang wanita 39 tahun ini bisa mencapai lebih dari satu kuintal adalah karena sering mengonsumsi obat pereda nyeri golongan steroid untuk menghilangkan nyeri di sekitar tubuhnya.
Hal ini diketahui dari hasil analisis yang dilakukan oleh tim dokter di RHSH Bandung yang menanganinya.
"Dari hasil analisa kami, dia sudah mengonsumsi obat nyeri tulang itu sekitar enam bulan lalu," tutur Kepala Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Hasan Sadikin ( RSHS) Bandung Dody Tavinto pada Kompas.com, Minggu (3/2/2019).
Kortikosteroid atau yang biasanya hanya disebut dengan steroid, memang sangat efektif untuk mengurangi peradangan, tapi sayangnya obat ini juga mempunyai sejumlah efek samping.
Melansir Healthline, salah satu efek samping dari mengonsumsi steroid adalah penambahan berat badan.
Steroid menyebabkan kenaikan berat badan dengan mengubah keseimbangan elektrolit dan air tubuh, serta metabolisme - cara ia menggunakan dan menyimpan lemak, asam amino, protein, karbohidrat, dan glukosa, di antara hal-hal lainnya.
Dikutip dari Mayo Clinic, faktor lain yang membuat kenaikan berat badan karena mengonsumsi steroid adalah nafsu makan meningkat, terjadi retensi cairan, perubahan dimana tubuh menyimpan lemak.
Secara umum, semakin tinggi dosis steroid dan semakin lama menggunakannya, semakin besar kemungkinan seseorang mengalami kenaikan berat badan.
Biasanya efek ini tidak akan terlihat setelah beberapa hari atau minggu mengonsumsi obat ini. Saat seseorang ingin berhenti mengonsumsinya, ia harus mendapat bimbingan dari dokter.
Sebab steroid adalah obat kuat yang perlu dikurangi secara bertahap. Menghentikannya secara tiba-tiba dapat menyebabkan komplikasi kesehatan yang serius seperti kekakuan otot, nyeri sendi, dan demam, belum lagi kekambuhan gangguan apa pun yang mereka kendalikan.
Artikel selengkapnya KLIK DI SINI(*)