GridHEALTH.id - Menurut Direktur Kesehatan Lingkungan Kemenkes RI Dr. Imran Agus Nurali Sp.KO, Indonesia menempati urutan kedua penyumbang buang air besar (BAB) sembarangan terbanyak di dunia, satu peringkat di bawah India.
Kajian Unicef di Indonesia menyebutkan sekitar 88% kematian anak akibat diare disebabkan oleh sanitasi dan perilaku kebersihan yang buruk, sementara itu negara mengalami kerugian sebesar 56,7 triliun per tahun akibat kondisi sanitasi yang buruk.
Setidaknya ada empat dampak sanitasi buruk pada kesehatan masyarakat akibat BAB sembarangan.
Keempat dampak tersebut adalah penyakit diare, tifus, polio, dan penyakit cacingan.
Untuk mencegah meluasnya dampak tersebut, masyarakat dan pemerintah perlu meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya sanitasi.
Baca Juga: Buah Apel Menurunkan Risiko Stroke Jika Makan 2 Buah Setiap Hari!
Wahanuddin, tim teknis dari Departemen Kesehatan untuk Indonesia Sanitation Sector Development Program (ISSDP), mengatakan, perubahan terbesar yang harus dilakukan menyangkut perilaku orang untuk hidup sehat.
”Urusan sanitasi ini tidak bisa hanya dipasrahkan kepada pemerintah saja. Perlu kerja sama semua pihak untuk membenahi sanitasi,” ujar Wahanuddin, dikutip dari Kompas.com(13/9).
Kematian akibat diare pada anak usia di bawah tiga tahun mencapai sekitar 100.000 anak pada tahun 2003.
Kejadian diare yang disurvei tahun 2006 menunjukkan bahwa diare pada semua usia dialami 423 orang per 1.000 penduduk.
Penyakit tifus dialami 350-810 orang per 100.000 penduduk. Studi klinis di rumah sakit menunjukkan, angka penderita tifus 500 orang per 100.000 penduduk, dengan laju kematian antara 0,6 dan 5 persen.
Untuk penyakit cacingan, prevalensi terjangkit cacingan di Indonesia tahun 2007 mencapai 35,3%. Penyakit polio kembali menjangkiti seorang anak laki-laki yang berusia dua tahun di Jawa Barat.
Untuk diketahui, urusan sanitasi meliputi pengolahan tinja dengan penyediaan jamban pada tiap keluarga, pengelolaan pembuangan akhir sampah, dan drainase di lingkungan masyarakat.(*)